Strategi Pembelajaran untuk Aspek Mengevaluasi Bacaan
                                                                                termasuk  dalam  kategori  rendah  karena  tidak  sesuai  bagi  mahasiswa  calon  guru bahasa  Indonesia. Ketidaksesuaian hasil angket  faktor membaca dengan hasil tes
kemampuan  membaca  ini  didasari  oleh  tidak  adanya  kebiasaan  membaca  yang dimiliki mahasiswa.
Kebiasaan  untuk  mengatur  jadwal  membaca  secara  rutin  tidak  dimiliki mahasiswa. Padahal, kebiasaan membaca  yang baik akan menjadikan mahasiswa
terbiasa  dengan  pertanyaan-pertanyaan  yang  diajukan  dalam  tes  kemampuan membaca  pemahaman.  Tidak  hanya  itu  minat  baca  mahasiswa  pun  rendah.
Mahasiswa  cenderung  tidak  merasa  aneh  jika  berpergian  tidak  membawa  buku dan mahasiswa tidak memiliki minat untuk membaca buku kemana pun pergi. Hal
ini  berkaitan  dengan  pendapat  Rahim  2007:28  yang  menyatakan  bahwa  orang yang  mempunyai  minat  baca  kuat  akan  diwujudkan  dalam  kesediaanya  untuk
mendapatkan  bahan  bacaan  kemudian  membacanya  atas  kesadarannya  sendiri. Tidak  hanya  itu  Tarigan  2008:107  pun  juga  sependapat  dengan  Rahim  juga
mengatakan  bahwa  kegiatan  membaca,  peranan  minat  sangat  penting.  Tanpa adanya minat, seseorang kesulitan melakukan kegiatan membaca. Oleh karena itu
motivasi  yang  baik  belum  tentu  memiliki  minat  baca  yang  baik.  Jika  mahasiswa mempunya  motivasi  baca  yang  baik  seharusnya  diimbangi  dengan  minat  baca
yang baik pula. Selanjutnya,  jika  perasaan  mahasiswa  sedang  galau  dan  kesehatan  tidak
baik  juga  dapat  menghambat  pemahaman  mahasiswa  sehingga  tidak  dapat mengerjakan  tes  kemampuan  membaca  pemahaman  dengan  maksimal.
Mahasiswa juga tidak pernah membiasakan diri untuk membuat pertanyaan ketika
membaca.  Pembiasaan  untuk  membuat  pertanyaan  setiap  membaca  membantu kognitif  mahasiswa.  Hal-hal  yang  dijabarkan  menunjukan  beberapa  faktor  yang
menjelaskan tes kemampuan membaca mahasiswa rendah. Mahasiswa dinyatakan sebagai calon guru bahasa Indonesia harus mampu
memiliki  kemampuan  membaca  pemahaman  yang  baik.  Hal  ini  berhubungan dengan  enam  aspek  yang  dikembangkan  dalam  pembelajaran  membaca
pemahaman.  Enam  aspek  tersebut  meliputi  menangkap  arti  kataistilah, menangkap  makna  tersurat,  menangkap  makna  tersirat,  menarik  kesimpulan  isi
bacaan,  memprediksi  maksud  penulis,  dan  mengevaluasi  bacaan.  Namun,  pada analisis hasil tes kemampuan membaca pemahaman terdapat 3 aspek yang belum
dapat  tercapai.  Tiga  aspek  tersebut  meliputi  menangkap  makna  tersirat, menangkap makna tersurat, dan menarik kesimpulan isi bacaan.
                