Analisis Data Wawancara Mengevaluasi Bacaan

mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta memiliki kategori cukup. Hasil perhitungan tes kemampuan membaca pemahaman ini tidak selaras dengan hasil angket faktor membaca yang berkategori tinggi. Hasil perhitungan nilai rata-rata dapat dilihat pada lampiran 14.

4.2.5 Analisis Data Wawancara

Subbab ini membahas hasil wawancara mahasiswa dari 2 mahasiswa kelas G dan 3 mahasiswa dari kelas H semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 20152016. Wawancara dilakukan dengan tujuan mongonfirmasi hasil data angket faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman. Tidak hanya itu, tujuan dari dilakukannya wawancara juga untuk mengetahui kebiasaan membaca yang sudah diterapkan dalam diri mahasiswa sehingga peneliti dapat mengembangkan kebiasaan membaca yang tepat agar mahasiswa memiliki kemampuan membaca pemahaman yang lebih baik. Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 3 Mei 2016. Persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan wawancara yaitu peneliti mengetahui terlebih dahulu hasil tes kemampuan membaca pemahaman dan hasil angket faktor kemampuan membaca pemahaman. Hasil dari data tes dan faktor membaca akan menjadi pedoman wawancara bagi peneliti. Hal tersebut juga digunakan untuk menyeleksi jumlah mahasiswa yang akan diwawancarai. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Mahasiswa yang memiliki hasil tes kemampuan membaca pemahaman yang tinggi merupakan kategori mahasiswa yang diwawancarai karena mahasiswa yang memiliki nilai tes kemampuan membaca yang tinggi juga memiliki pemahaman yang tinggi dari faktor membaca. Peneliti menyeleksi 5 mahasiswa yang memiliki nilai tertinggi berkisar 27 sampai dengan 28. Kelima mahasiswa tersebut yaitu Karunia Rahmawati, M. Masykuri, Debi Widya, Siti Muhimmatush, dan Wahyu Purnomo. Pertanyaan dalam wawancara berkaitan kebiasaan membaca dan faktor membaca pemahaman mahasiswa. Pertama, mengenai minat untuk melakukan kegiatan membaca. Terdapat mahasiswa yang sudah memiliki minat membaca sejak masuk sekolah dasar. Minat membaca tersebut dapat tumbuh tergantung dari berbagai jenis bacaan. Selain itu, motivasi dari orangtua juga memengaruhi mahasiswa melakukan kegiatan membaca. Mahasiswa memiliki minat membaca apabila kondisi emosi mendukung untuk melakukan kegiatan membaca. Biasanya minat membaca tinggi pada saat mahasiswa sedang menempuh ujian. Minat membaca mahasiswa juga tumbuh ketika mengisi waktu luang karena mahasiswa membutuhkan informasi dan referensi belajar. Kedua, mengenai kualitas minat baca yang berpengaruh pada prestasi belajar mahasiswa. Kualitas minat baca berpengaruh pada prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa menyadari bahwa prestasi yang baik tentu akan dapat diraih dengan membaca, karena manfaat dari membaca akan membuat seseorang mendapatkan informasi dan semakin menambah ilmu pengetahuan yang sudah dimiliki. Mahasiswa juga mendapat manfaat dari kegiatan membaca karena bertambahnya wawasan membuat mahasiswa tidak mengalami kesulitan ketika mengerjakan tugas dan ujian. Banyaknya kosakata yang diperoleh mahasiswa ketika membaca juga memengaruhi proses pemahaman mereka. Ketiga, mengenai motivasi yang dapat mendorong diri mahasiswa untuk membaca. Mahasiswa memiliki motivasi yang dapat mendorong diri mereka untuk membaca ketika mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang suatu bahan bacaan dan ingin menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bidang yang digelutinya maupun dalam bidang yang tidak berhubungan dengan bidang yang digelutinya. Mahasiswa juga memiliki motivasi untuk membaca karena ingin mendapatkan prestasi belajar yang baik sehingga mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Terdapat pula mahasiswa yang memiliki motivasi membaca karena ingin memperbanyak kosakata. Mahasiswa menyadari bahwa memperbanyak kosakata akan mempermudah dalam memahami bahan bacaan. Keempat, mengenai faktor internal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca mahasiswa. Faktor internal yang memengaruhi kemampuan membaca mahasiswa yaitu motivasi, kondisi emosi, serta faktor ketertarikan terhadap bacaan dan manfaat. Motivasi dapat tumbuh ketika melakukan kegiatan membaca karena dorongan dari hati. Kegiatan membaca dapat membuat seseorang menjadi cerdas. Mahasiswa yang memiliki keinginan untuk menjadi seseorang yang cerdas dan berprestasi dapat diraih dengan membaca. Ketika membaca, kondisi emosi yang baik akan memengaruhi pemahaman mahasiswa. Mahasiswa menyadari jika bahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bacaan sesuai dengan bidang yang digelutinya, bahasa dalam informasi dari bahan bacaan tersebut tidak sulit untuk dipahami. Kelima, mengenai faktor eksternal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca mahasiswa. Faktor eksternal yang memengaruhi kemampuan membaca mahasiswa yaitu suasana lingkungan dan waktu. Mahasiswa menyadari bahwa suasana lingkungan yang gaduh dan tidak kondusif sangat memengaruhi mahasiswa dalam memahami bahan bacaan. Selain itu, pemilihan waktu yang baik akan memengaruhi kondisi emosi yang berkaitan dengan pemahaman mahasiswa. Mahasiswa juga perlu mengelola waktu dengan baik sehingga mahasiswa memiliki kesempatan untuk membaca. Suasana lingkungan dan waktu yang tepat ketika membaca akan memengaruhi kondisi emosi mahasiswa. Apabila kondisi emosi sedang baik, maka kemampuan membaca juga baik. Keenam, mengenai faktor paling dominan di antara faktor internal dan faktor eksternal yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Mahasiswa menyadari bahwa faktor internal dan faktor eksternal saling memengaruhi ketika sedang membaca. Faktor internal yang paling dominan yaitu faktor motivasi, faktor kondisi emosi, serta faktor ketertarikan terhadap bacaan dan manfaat karena hal tersebut sangat memengaruhi mahasiswa dalam menumbuhkan minat dalam membaca. Faktor eksternal paling dominan yang memengaruhi membaca pemahaman yaitu berkaitan dengan kesulitan bacaan dalam teks karena apabila sedang membaca kemudian mengalami kesulitan terhadap bahan bacaan akan memengaruhi proses pemahaman. Ketujuh, mengenai kebiasaan membaca yang dimiliki mahasiswa. Terdapat mahasiswa yang sudah memiliki kebiasaan membaca yang baik. Kebiasaan membaca tersebut sudah tumbuh sejak kecil. Awalnya mahasiswa hanya membaca jenis bacaan yang sifatnya menghibur kemudian memiliki dorongan untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai informasi yang diinginkan dan dibutuhkan. Mahasiswa juga memiliki kebiasaan membaca apabila keadaan emosi selalu dalam keadaan baik. Jenis bacaan juga memengaruhi kebiasaan membaca yang dimiliki mahasiswa. Namun terdapat pula beberapa mahasiswa yang belum memiliki kebiasaan membaca yang tinggi. Mahasiswa kurang bisa mengendalikan kondisi emosi karena banyaknya kegiatan non akademik. Mahasiswa juga kurang menyediakan waktu khusus untuk membaca. Mahasiswa berusaha untuk melatih diri agar memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam memahami informasi dalam bahan bacaan. Hal tersebut dilakukan untuk menambah semangat dalam melakukan kegiatan membaca. Ketika sedang menghadapi ujian, mahasiswa akan lebih serius lagi dalam membaca. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap lima mahasiswa tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa minat, motivasi, dan kebiasaan membaca cukup tinggi. Kegiatan membaca belum sepenuhnya menjadi kebiasaan dalam diri mahasiswa. Mahasiswa mencoba untuk melakukan kegiatan membaca agar memiliki kebiasaan membaca yang dapat menumbuhkan budaya baca dalam dirinya. Mahasiswa menyadari bahwa sampai saat ini, kegiatan membaca sangat penting untuk menambah wawasan yang lebih dalam lagi. Tetapi, kenyataannya kebiasaan membaca belum diterapkan dengan baik dalam diri mahasiswa. Salah satu bukti transkrip wawancara dapat dilihat pada lampiran 19.

4.3. Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman