Kerangka Berpikir LANDASAN TEORI

beberapa peran pengajar, e cakupan bahasa terfokus dan terukur, serta f mementingkan aktivitas belajar pemakai. Vembriarto dalam Andi 2010: 110 menjelaskan lima karakteristik modul. Pertama, modul merupakan unit paket pengajaran terkecil dan lengkap. Kedua, modul memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematis. Ketiga, modul memuat tujuan belajar pengajaran yang dirumuskan secara eksplisit dan spesifik. Keempat, modul memungkinkan siswa belajar sendiri independent, karena modul membuat bahan yang bersifat self-instructional. Kelima, modul adalah realisasi pengakuan perbedaan individual, yakni salah satu perwujudan pengajaran individual. Berdasarkan karakteristik di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik modul secara umum memiliki petunjuk penggunaan yang jelas, terdapat tujuan belajar, mampu mengakomodasi gaya belajar siswa, dan membantu peserta didik dalam mengevaluasi proses belajar secara mandiri.

2.3 Kerangka Berpikir

Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 20152016, disusun dengan dasar kerangka berpikir sebagai berikut. Pertama, peneliti mengumpulkan data dari responden yaitu mahasiswa semester VI kelas G dan H Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015 2016 dengan melakukan observasi, memberikan angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, angket faktor membaca pemahaman, melakukan tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, dan melakukan wawancara kepada mahasiswa. Observasi dilakukan untuk mengetahui situasi proses perkuliahan yang melibatkan dosen dan mahasiswa. Angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman berisi pernyataan- pernyataan mengenai kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa. Angket faktor membaca pemahaman berisi tentang pernyataan-pernyataan mengenai faktor- faktor yang memengaruhi tinggi atau rendahnya kegiatan membaca mahasiswa. Tes kemampuan membaca pemahaman berisi soal pilihan ganda untuk mengukur tingkat kemampuan membaca mahasiswa. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada beberapa mahasiswa yang memiliki nilai tinggi dalam tes kemampuan membaca pemahaman. Kedua, setelah peneliti mendapatkan informasi dari observasi, hasil angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, angket faktor membaca pemahaman, tes kemampuan membaca pemahaman, dan wawancara, peneliti mencari korelasi terhadap data tersebut. Secara khusus, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, faktor-faktor kemampuan membaca pemahaman mahasiswa berkaitan dengan tinggi atau rendahnya kemampuan membaca pemahaman mereka. Selanjutnya, data dari hasil analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, faktor membaca dan tes kemampuan membaca, peneliti dapat menemukan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dapat dilakukan dengan cara mencari teori yang mendukung untuk membuat materi dan menambahkan hasil analisis data yang pada nantinya akan menghasilkan produk berupa modul. Angket analisis pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa dianalisis lebih dalam sehingga terdapat 6 indikator yang mendukung pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa. Setelah peneliti mengetahui indikator tersebut kemudian peneliti mengklasifikasikan subindikator menurut 6 indikator yang telah ada. Angket faktor membaca pemahaman juga dianalisis menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut kemudian dianalisis lebih dalam sehingga terdapat 14 indikator yang mendukung faktor internal dan eksternal. Setelah peneliti mengetahui indikator tersebut kemudian peneliti mengklasifikasikan subindikator menurut 14 indikator yang telah ada. Analisis subindikator pernyataan dari angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dan angket faktor membaca pemahaman tersebut sesuai dengan teori skala likert. Dalam skala likert diketahui terdapat pernyataan positif dan negatif. Subindikator kemudian dianalisis menurut pernyataan positif dan pernyataan negatif. Tes kemampuan membaca pemahaman digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiswa terhadap suatu bacaan. Tes tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks tingkat kesulitan untuk mengetahui butir soal yang layak dan tidak layak. Layak tidaknya sebuah butir soal ditentukan dari soal tersebut tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terlalu sulit dan tidak terlalu mudah untuk dikerjakan oleh mahasiswa. Setelah menentukan indeks tingkat kesulitan butir soal kemudian dikaitkan dengan enam aspek kemampuan membaca pemahaman. Enam aspek tersebut yaitu menangkap arti kataistilah, menangkap makna tersurat, menangkap makna tersirat, menarik kesimpulan isi bacaan, memprediksi maksud penulis, dan mengevaluasi bacaan. Keenam aspek tersebut dianalisis agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan mahasiswa dalam mencapai keenam aspek tersebut. Ketiga, pengembangan produk yang berupa modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman. Modul akan dikembangkan berdasarkan hasil observasi, angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman, angket faktor membaca pemahaman, hasil tes kemampuan membaca pemahaman, dan wawancara. Setelah produk selesai dibuat, peneliti melakukan penilaian kelayakan modul kepada dosen ahli sebelum diberikan kepada mahasiswa untuk diuji cobakan. Hasil penilaian produk tersebut menjadi pedoman bagi peneliti untuk melakukan revisi apabila terdapat kekurangan dari modul tersebut. Setelah peneliti melakukan revisi modul maka peneliti dapat melakukan uji coba produk kepada lima mahasiswa yang sudah dipilih melalui tahap seleksi. Sejumlah mahasiswa yang dipilih peneliti untuk menjadi responden guna menguji keefektivan modul tersebut dapat mewakili keseluruhan jumlah respoden. Modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa sebagai langkah untuk pengembangkan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa. Secara ringkas, kerangka berpikir dapat dilihat pada skema berikut ini. Skema 2.1 Kerangka Berpikir Kebiasaan Membaca Pemahaman Analisis Kebutuhan Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Pengembangan Kebiasaan Membaca Pemahaman Mahasiswa Analisis Faktor Membaca Modul Pengembangan Kebiasaan Membaca 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini peneliti memaparkan mengenai delapan hal yaitu, 1 jenis penelitian, 2 model pengembangan, 3 subjek penelitian, 4 teknik pengumpulan data, 5 instrumen penelitian, 6 uji instrumen, 7 teknik analisis data penelitian, dan 8 uji coba terpakai. Delapan hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

3.1 Jenis Penelitian

Peneliti berupaya mencari jawaban, solusi, dan bukti dari masalah dalam penelitian ini dengan menentukan dan merancang desain penelitian dan pengembangan. Jenis penelitian dan pengembangan ini sering disebut dengan Research and Development atau yang lebih dikenal dengan RD. Borg dan Gall dalam Zainal 2011: 127 mengemukakan “Research and development is a powerful strategy for improving practice. It is a process used to develop and validate educational product .” Hal tersebut dimaksudkan bahwa penelitian dan pengembangan adalah sebuah strategi yang efektif untuk meningkatkan pelaksanaan penelitian. Penelitian dan pengembangan adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Produk tersebut dapat berupa perangkat keras seperti modul yang bermanfaat bagi dunia pendidikan. Wina 2013: 136 menjelaskan tahap-tahap penelitian pengembangan, yaitu 1 memunculkan idegagasan awal dan melaksanakan studi pendahuluan, 2 pengembangan produk, 3 melakukan uji coba, dan 4 uji validasi dan desiminasi.