Kegiatan Belajar Keterampilan Menulis

Kegiatan belajar keterampilan menulis memerlukan stimulus-respon yang kontinu dalam prosesnya. Guru memberikan stimulus melalui ucapan tentang langkah-langkah menulis, kemudian siswa akan merespon dengan gerak. Gerak yang dilakukan siswa saat menulis adalah hasil koordinasi antara otak sebagai pembuat ide dengan otot-otot tangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan berulang- ulang agar siswa mampu mempertajam koordinasi otak dan otot tangan. Kegiatan belajar keterampilan yang tepat hanya akan terjadi apabila terdapat pemahaman peserta didik terhadap tugas dan tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar keterampilan, serta dalam kondisi tertentu semua peserta didik merupakan fasilitator bagi peserta didik lainnya dalam kegiatan belajar keterampilan Sudjana, 2000: 123. Guru memberikan pengetahuan kepada siswa tentang tujuan kegiatan menulis yang akan dilakukan agar siswa dapat fokus mencapai tujuan tersebut. Dalam proses menulis, tidak tertutup kemungkinan bahwa siswa akan saling bertukar pendapat mengenai hambatan-hambatan yang mereka temui. Kegiatan bertukar pendapat mampu memperkuat koordinasi otak dan otot tangan saat menulis. Oleh sebab itu, kegiatan bertukar pendapat penting dalam proses menulis.

b. Pembelajaran Menulis di Kelas

Kegiatan menulis biasanya dianggap sebagai keterampilan sekunder setelah keterampilan berbahasa lainnya. Anggapan tersebut menimbulkan pemikiran bahwa kegiatan menulis tidak terlalu penting untuk dipelajari. Sampai sekarang, kegiatan menulis lebih banyak digunakan sebagai cara untuk mempraktikkan struktur-struktur linguistik atau untuk mengekspreksikan hal-hal yang bersifat personal bagi siswa Ghazali, 2010: 295. Menulis tidak dapat diperoleh begitu saja tanpa latihan. Kegiatan menulis memerlukan pemahaman tentang cara menggabungkan komponen-komponen linguistik agar dapat menghasilkan teks. Komponen-komponen linguistik yang dimaksud yaitu pemahaman tentang kosakata, tatabahasa, ortografi, dan struktur genre. Berdasarkan permasalahan tersebut, guru dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran keterampilan menulis di kelas. Perlu adanya treatment khusus dalam menangani siswa agar mau melakukan praktik menulis. Menurut Ghazali 2010: 295 praktik menulis sangat penting artinya, namun perlu diperhatikan bahwa siswa harus diberi tugas yang bermakna dengan mempertimbangkan masalah tujuan, isi, aspek-aspek linguistik dan jenis pembacanya. Guru harus membimbing siswa dalam kegiatan menulis agar siswa mampu berpikir secara terstruktur dan terencana. Kegiatan tersebut penting dilakukan untuk memperkecil kesulitan siswa dalam membangun konsep tulisannya. Hedge dalam Ghazali 2010: 295-296 mengungkapkan ada tujuh asumsi yang perlu digunakan dalam membuat kerangka pengajaran menulis, yaitu. 1. Tugas menulis dalam kelas harus diarahkan untuk mencapai tujuan menulis. Tujuan menulis yang dimaksud ialah kegiatan menulis untuk membuat siswa mampu menulis teks secara utuh yang dapat membentuk komunikasi koheren, kontekstual, dan memenuhi kaidah-kaidah penulisan.