Bentuk Perilaku yang Paling Umum pada Masa Kanak-kanak Akhir

SD Kelas Tinggi KK A 79 8. Mudah dipengaruhi dan tidak mudah dipengaruhi. Anak mudah dipengaruhi karena ingin mendapat perhatian dan penerimaan sosial dari kelompok teman sebaya. Sedangkan sifat tidak mudah dipengaruhi yaitu anak yang lebih tua memberontak terhadap orang dewasa dan bertindak berlawanan secara langsung. 9. Wawasan sosial, kemampuan untuk memahami arti situasi sosial dan orang- orang yang ada di dalamnya. Hal ini berkaitan dengan empati yaitu kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan psikologis orang lain dan untuk melihat situasi dari sudut pandang orang lain Hurlock, 2013:267-271

b. Status Hubungan Sosial

Status hubungan sosial atau status sosiometri berkaitan dengan penerimaan dan penolakan teman-teman kelompok sebayanya. Penerimaan sosial sangat penting bagi anak karena berkaitan dengan harga diri anak. Penerimaan sosial berhubungan dengan kualitas pribadi yaitu banyaknya sifat-sifat baik, menarik , dan keterampilan sosial. Ada 3 status sosial, yaitu: 1. anak popular, seringkali dinominasikan sebagai teman yang terbaik, mereka memiliki keterampilan sosial yang tinggi, ramah, suka bergaul, bersahabat, sangat peka secara sosial, suka menolong, dan sangat mudah bekerjasama dengan orang lain, mandiri, cenderung riang, demikian menurut Hartuf Santrock, 2010:100. 2. anak yang diabaikan neglected children, jarang dinominasikan sebagai teman terbaik, tetapi bukan karena tidak disukai oleh teman sebayanya. Ciri-ciri perilaku anak yang diabaikan adalah, cenderung menarik diri, jarang bergaul, temannya sedikit, jarang dibutuhkan oleh temannya. 3. anak yang ditolak rejected chidren, jarang dinominasikan sebagai teman terbaik dan sering dibenci oleh teman-teman sebayanya. Anak menunjukkan agresi tinggi, menarik diri, serta kemampuan sosial dan kognitif yang rendah. Anak yang ditolak ada yang bersikap agresif, yaitu menunjukkan perilaku agresif yang tinggi, kontrol diri rendah impulsive, serta perilaku menganggu. Adapula yang tidak agresif, perilakunya menunjukkan melarikan diri, cemas, dan tidak memiliki keterampilan sosial. Anak yang ditolak, menurut Buke Ladd Kegiatan Pembelajaran 5 80 Santrock, 2010:100 mengalami masalah penyesuaian diri yang serius dibanding anak yang diabaikan. Salah satu bentuk perlakuan teman adalah bila ada anak yang bertengkar dengan teman sekelompoknya, maka cenderung bagi kelompok untuk menolak bermain dengan anak yang dimusuhi oleh kelompoknya.

3. Kecerdasan Emosi dan Keterampilan Sosial

Kecerdasan emosi dan keterampilan sosial akan membentuk karakter, berdasarkan beberapa hasil penelitian kecerdasan emosi dan keterampilan sosial lebih penting dari inteligensi IQ dalam mencapai keberhasilan hidup. Kecerdasan emosi EQ membuat anak memiliki semangat yang tinggi dalam belajar atau disukai oleh teman-temannya dalam kegiatan bermain, maka hal itu akan membawa keberhasilan ketika memasuki dunia kerja atau berkeluarga. Masalah sosial pada anak lebih menonjol dibandingkan masalah kesulitan dalam pelajaran di sekolah. Banyak penelitian menjelaskan bahwa penolakan oleh teman pada masa kanak-kanak menjadi salah satu penyebab buruknya prestasi belajar, munculnya masalah emosi, dan meningkatnya resiko kenakalan remaja. Oleh karena itu sangat penting mengajarkan kecerdasan emosi dan keterampilan sosial melalui contoh, pembiasaan, bimbingan. Menurut Shapiro 1997:175 bahwa kecerdasan emosi dan keterampilan sosial dapat diajarkan kepada anak sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak. Dijelaskannya pula, bahwa mengajarkan kecerdasan emosi dan keterampilan sosial dapat dilakukan antara lain dengan 1 membina hubungan persahabatan; 2 bekerja dalam kelompok; 3 berbicara dan mendengarkan secara efektif; 4 mengatasi masalah dengan teman yang nakal ; 5 berempati terhadap orang lain; 6 mencapai prestasi tinggi; 7 memecahkan masalah; 8 memotivasi diri bila menghadapi masa-masa yang sulit; 9 percaya diri saat menghadapi situasi yang sulit; 10 menjalin keakraban, dan mengajarkan tata krama.

4. Identifikasi Kecerdasan Emosi dan Keterampilan Sosial Peserta Didik

Untuk mengidentifikasi kecerdasan emosi dan keterampilan sosial peserta didik, guru harus mengetahui karakteristik emosi dan perilaku sosial pada masa usia sekolah dasar. Cara mengidentifikasi hal tersebut, diantaranya adalah pengamatan,