34
Kegiatan Pembelajaran 2
4. Periode dan Perkembangan Pemerolehan Bahasa Pertama
Perkembangan pemerolehan bahasa anak dapat dibagi atas tiga bagian penting yaitu: perkembangan prasekolah, perkembangan ujaran kombinatori, dan
perkembangan masa sekolah. Perkembangan pemerolehan bahasa pertama anak pada masa prasekolah dapat
dibagi lagi atas perkembangan pralinguistik, tahap satu kata dan ujaran kombinasi permulaan. Perkembangan pralinguistik ditandai oleh adanya pertukaran giliran
antara orang tua, khususnya ibu, dengan anak. Pada masa perkembangan pralinguistik anak mengembangkan konsep dirinya.
Kata-kata pertama yang diperoleh pada tahap ini lazimnya adalah kata yang menyatakan perbuatan, kata sosialisasi, kata yang menyatakan tempat, dan kata
yang menyatakan pemerian. Dilihat dari unsur dasar pembentukannya kombinasi yang dibuat anak pada periode ini mengekspresikan dua unsur deretan dasar pelaku
agen + tindakan aksi + objek, contoh Adik minum susu. Semua kombinasi dua unsur terjadi, misalnya Agen + Aksi + Objek, Agen + Objek, misalnya Adik minum
susu, Mama susu. Pada masa tahap dua ada tiga sarana ekspresif yang dipakai oleh anak-anak, yang
dapat membuat kalimat-kalimat mereka menjadi lebih panjang yaitu kemunculan morfem-morfem gramatikal secara inklusif dalam ujaran anak, pengertian atau
penyambungan bersama-sama hubungan dua hal tersebut, dan perluasan istilah dalam suatu hubungan. Perkembangan ujaran kombinatori anak-anak dapat dibagi
dalam empat bagian yaitu perkembangan negatifpenyangkalan. Pada tahap ini anak dengan bahasanya sudah mengembangkan kalimat-kalimat negatif atau
penyangkalan sebagai contoh ketika anak merusakkan mainannya dan ditanya orang tuanya siapa yang merusak mainan anak akan menjawab penyangkalan
dengan kalimat Bukan Difa. Perkembangan interogatifpertanyaan. Pada tahap ini anak mengekspresikan pertanyaan dengan susunan gramatika yang sederhana.
Misalnya ketika anak melihat benda mainan baru di lingkungan temannya anak sudah mampu merangkai kalimat Sepeda siapa? Perkembangan penggabungan
kalimat. Anak-anak dalam perkembangan linguistiknya sebelum 7 tahun sudah
35
SD Kelas Tinggi KK A
mampu menggabungkan kalimat-kalimat yang lebih panjang. Sebagai contoh, Difa nggak boleh ikut, mas aja yang temenin bunda.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak
1 Faktor Biologis Perangkat biologis yang menentukan anak dapat memperoleh kemampuan
bahasanya ada tiga, yaitu otak sistem syaraf pusat, alat dengar, dan alat ucap. 2 Faktor Lingkungan Sosial
Untuk memperoleh kemampuan berbahasa, seorang anak memerlukan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Bahasa yang diperoleh anak tidak
diwariskan secara genetis atau keturunan, tetapi didapat dalam lingkungan yang menggunakan bahasa. Oleh karena itu, anak memerlukan orang lain untuk
mengirimkan dan menerima tanda-tanda suara dalam bahasa itu secara fisik. 3 Faktor Intelegensi
Intelengesi adalah daya atau kemampuan anak dalam berpikir atau bernalar. Zanden 1980 mendefinisikannya sebagai kemampuan seseorang dalam
memecahkan masalah. Meskipun, anak yang bernalar lebih tinggi tidak dapat dipastikan akan lebih sukses daripada anak yang berdaya nalar pas-pasan
dalam hal pemerolehan bahasa. 4 Faktor Motivasi
Sumber motivasi pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu motivasi dari dalam atau internal dan motivasi dari luar diri atau eksternal. Dalam belajar bahasa
seorang anak tidak terdorong demi bahasa sendiri. Dia belajar bahasa karena kebutuhan dasar yang bersifat seperti: lapar, haus, serta perlu perhatian dan
kasih sayang Goodman, 1986; Tompkins dan Hoskisson. 1995. Inilah yang disebut motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri anak sendiri.
6. Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa
Istilah pemerolehan dipakai dalam proses penguasaan bahasa pertama, yaitu satu proses perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak lahir. Istilah
36
Kegiatan Pembelajaran 2
pembelajaran dipakai dalam proses belajar bahasa, umumnya bahasa yang dipakai yang dipelajari secara formal di sekolah atau bahasa asing, yang dialami oleh
seorang anak atau orang dewasa setelah ia menguasai bahasa pertama. Bagi sebagian besar anak di Indonesia, bahasa Indonesia bukanlah bahasa pertama,
meraka telah menguasai bahasa pertama mereka, yaitu bahasa daerah. Oleh karena itu, dalam kasus seperti ini bahasa Indonesia menjadi bahasa asing bagi sebagian
besar mereka. Untuk memahami struktur dan aturan-aturan di dalam bahasa asing, ada dua cara
yang dapat dipergunakan. Yang pertama adalah meminta seorang menerangkannya; yang kedua adalah menemukannya dengan cara sendiri. Cara yang pertama disebut
eksplikasi explication, sedangkan cara yang kedua disebut induksi induction Eksplikasi adalah penjelasan aturan dan struktur bahasa asing dalam bahasa kita
sendiri. Proses ini jarang sekali dipakai ketika seorang anak belajar bahasa pertama. Induksi adalah cara mempelajari struktur dan aturan bahasa asing dengan
mengulang-ulang kata, frasa, atau kalimat dalam situasi yang relevan sehingga diperoleh pemahaman yang tepat. Dengan cara ini, seorang pembelajar bahasa asing
akan menganalisis dan menemukan generalisasi atau aturan dalam struktur bahasa yang dipelajarinya. Dalam situasi berikut, seorang pembelajar bahasa Indonesia
akan memahami aturan membuat kalimat negatif dalam bahasa Indonesia. Tuti makan
Tuti tidak makan Tuti guru
Tuti bukan guru Di dalam pembelajaran bahasa ingatan juga penting. Memori atau ingatan berperan
dalam proses mengingat struktur dan aturan dalam bahasa asing. Orang dewasa menggunakan strategi untuk mengingat dengan cara “menghafal di luar kepala”
rote. Hal lain yang juga berkaitan dengan faktor psikologis adalah keterampilan motorik.
Pada masa pertumbuhan, otak sebagai pengendali alat ucap anak masih sangat “lentur”. Hal itu, memudahkan anak untuk menirukan pengucapan kata-kata asing
37
SD Kelas Tinggi KK A
karena pada masa ini ia masih melatih berbagai keterampilan motoriknya, termasuk di antaranya adalah alat ucapnya.
Namun, hal-hal di atas juga harus didukung oleh faktor lain yang tak kalah penting yaitu faktor sosial. Faktor sosial ini masih dibedakan menjadi dua hal. Yang pertama
adalah situasi natural. Yang kedua adalah situasi di dalam kelas. Seorang anak lebih mudah belajar bahasa asing dalam situasi yang sangat alami misalnya dalam situasi
bermain. Bagi anak-anak beradaptasi dengan lingkungan baru akan lebih mudah jika dibandingkan dengan orang dewasa.
Di dalam proses pembelajaran bahasa dikenal pula istilah Hipotesis Umur Kritis Critical Age Hypothesis. Hipotesis ini mempertimbangkan usia sebagai faktor untuk
mencapai kemampuan berbahasa. Menurut Lenneberg 1967, usia 2 sampai dengan 12 tahun merupakan usia yang sangat ideal untuk mencapai kemampuan berbahasa
seperti penutur asli, sedangkan menurut Kresen 1972 usia yang ideal untuk belajar bahasa adalah di bawah lima tahun.
Jadi, benarkah anak-anak lebih unggul daripada orang dewasa dalam proses pembelajaran bahasa asing? Jawabannya bergantung pada faktor mana yang paling
berpengaruh dan dalam situasi apa mereka belajar.
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Langkah-langkah untuk Aktivitas Pembelajaran Diklat Tatap Muka Penuh Kegiatan1:Pendahuluan
a. Sebelum peserta melakukan aktivitas pembelajaran, peserta berdoa menurut keyakinannya agar aktivitas pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Berdoa
dapat dipimpin oleh ketua kelas dalam pelatihan ini. b. Peserta memahami kompetensi, tujuan, indikator pembelajaran, dan kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan, agar pembelajaran lebih terarah dan terukur.