Latihan Kasus Tugas SD KELAS TINGGI KK A

29 SD Kelas Tinggi KK A Kegiatan Pembelajaran 2 Pemerolehan Bahasa Anak

A. Tujuan

Setelah mempelajari meteri dalam modul ini, Bapak dan Ibu diharapkan mampu: 1. Membedakan pemerolehan dan pembelajaran bahasa dengan rasa tanggung jawab; 2. Menjelaskan tahapan pemerolehan bahasa dengan rasa percaya diri; 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pemerolehan bahasa dengan kreatif.

B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator pencapaian kompetensi pada kegiatan pembelajaran ini adalah sebagai berikut. 1. Menjelaskan pemerolehan bahasa anak. 2. Menjelaskan pembelajaran bahasa anak. 3. Membedakan pemerolehan dan pembelajaran bahasa . 4. Menjelaskan tahapan pemerolehan bahasa. 5. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pemerolehan bahasa.

C. Uraian Materi

1. Pemerolehan Bahasa Anak

Istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah Inggris aquisition, yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya. Huda 1987:1 menyatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses alami di dalam diri seseorang untuk menguasai bahasa. Pemerolehan bahasa biasanya didapatkan dari hasil kontak verbal dengan penutur asli lingkungan bahasa itu. Dengan demikian, istilah pemerolehan bahasa mengacu pada penguasaan 30 Kegiatan Pembelajaran 2 bahasa secara tidak disadari dan tidak terpegaruh oleh pengajaran bahasa tentang sistem kaidah dalam bahasa yang dipelajari.

2. Tahap-Tahap Pemerolehan Bahasa Anak

Pada tahap-tahap permulaan pemerolehan bahasa, biasanya anak-anak memproduksi perkataan orang dewasa yang disederhanakan sebagai berikut: 1 Tahap satu kata atau Holofrastis Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18 bulan. Ujaran- ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari. Pada usia ini, sang anak sudah mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan mulai mengucapkan kata-kata yang pertama. Itulah sebabnya tahap ini disebut tahap satu kata, satu frase, atau kalimat, yang berarti bahwa satu kata yang diucapkan anak itu merupakan satu konsep yang lengkap. Misalnya “mam” Saya minta makan; “pa” Saya mau papa ada di sini. 2 Tahap dua kata, Satu frase Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18-20 bulan. Ujaran-ujaran yang terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama mam dan papa ikut. Kalau pada tahap holofratis ujaran yang diucapkan si anak belum tentu dapat ditentukan makna, pada tahap dua kata ini, ujaran si anak harus ditafsirkan sesuai dengan konteksnya. Pada tahap ini pula anak sudah mulai berpikir secara “subjek + predikat” meskipun hubungan-hubungan seperti infleksi, kata ganti orang dan jamak belum dapat digunakan. Dalam pikiran anak itu, subjek + predikat” dapat terdiri atas kata benda + kata benda, seperti “Difa mainan” yang berarti “Difa sedang bermain dengan mainan”. 3 Ujaran Telegrafis Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata ganda multiple- wordutterences atau disebut juga ujaran telegrafis. Anak juga sudah mampu membentuk kalimat dan mengurutkan bentuk-bentuk itu dengan benar. 31 SD Kelas Tinggi KK A Kosakata anak berkembang dengan pesat mencapai beratus-ratus kata dan cara pengucapan kata-kata semakin mirip dengan bahasa orang dewasa.

3. Pemerolehan Bahasa Anak secara Hirarkis

Bila dilihat secara hirarkis, maka pemerolehan bahasa anak dapat diuraikan seperti penjelasan di bawah ini: 1 Pemerolehan dalam Bidang Fonologi Pada umur sekitar 6 minggu, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi konsonan atau vokal. Bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena memang terdengar dengan jelas. Proses bunyi-bunyi seperti ini dinamakan cooing, yang telah diterjemahkan menjadi dekutan Dardjowidjojo 2000: 63. Anak mendekutkan bermacam-macam bunyi yang belum jelas identitasnya. Pada sekitar umur 6 bulan, anak mulai mencampur konsonan dengan vokal sehingga membentuk apa yang dalam bahasa Inggris dinamakan babbling, yang telah diterjemahkan menjadi celotehan Darmowidjojo: 2000: 63. Celotehan dimulai dengan konsonan dan diikuti oleh sebuah vokal. Konsonan yang keluar pertama adalah konsonan bilabial hambat dan bilabial nasal. Vokalnya adalah a dengan demikian, strukturnya adalah KV. Sehingga muncullah struktur seperti berikut: KV KV KV……papapa mamama ….. Konsonan dan vokalnya secara gradual berubah sehingga muncullah kata-kata seperti dadi, dida, dan sebagainya. 2 Pemerolehan dalam Bidang Sintaksis Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata atau bagian kata. Kata ini, bagi anak sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh kalimat itu. Yang menjadi pertanyaan adalah kata mana yang dia pilih? Seandainya anak itu bernama Dodi dan yang ingin ia sampaikan adalah Dodi mau bobok, dia akan memilih di untuk Dodi, mau untuk mau, ataukah bok untuk bobok? Kita pasti akan menerka bahwa dia akan memilih bok.