Satire Genre Sastra Indonesia

120 Kegiatan Pembelajaran 6

c. Roman

Roman yaitu prosa yang bercerita dalam lingkup hidup hingga sang tokoh meninggal. Biasanya tokoh yang diceritakan mengalami perubahan nasib di akhir cerita. Roman juga terbagi menjadi beberapa jenis, yaotu: roman sejarah, sosial, bertendens, dan psikologis.

d. Novelet

Novelet merupakan jenis prosa yang lebih panjang dari cerpen tetapi terlalu pendek jika dikategorikan sebagai novel. Biasanaya novel berkisar antara lima puluh hingga seratus halaman. Novelet banyak dijumpai dalam karya-karya populer yang bersifat komedi. Karya-karya Hilman Hariwijaya dapat dikategorikan dalam jenis ini sebagai contoh Lupus, Olga dan Sepatu Roda, sedangkan untuk yang berkategori sastra yang dapat digolongkan ke dalam novelet misalnya Sri Sumarah dan Bawuk karya Umar Kayam. Drama Drama berasal dari bahasa Yunani yang berarti dialog dalam bentuk prosa atau puisi dengan keterangan laku. Unsur-unsur terpenting dalam drama untuk dapat dipentaskan adalah sebagai berikut. 1. Naskah lakon, berguna untuk menetapkan urutan adegan dan dialog yang ada dalam drama. 2. Sutradara, yaitu orang yang mengatur dan mengonsep drama yang akan dimainkan. 3. Pemain yaitu orang yang memainkan peran di panggung. Drama di Indonesia berkembang pada masa drama tradisonal dan modern. Sebelum drama moderen dikenal di Indonesia, drama tradisonal telah lebih dahulu berkembang di tanah air. Drama tardisonal dipergunakan dengan merujuk pada pakem-pakem yang berlaku dan dipertahankan secara turun menurun sesuai dengan keasliannya. Setiap drama tradisional memiliki aturan atau pakem yang berbeda seperti ludruk di Jawa Timur misalnya merupakan drama tradisional yang mengutamakan humor dan komedi. Hingga kini ludruk pun tetap bertahan pada aturan ini. Contoh bentuk drama trasdional lainnya adalah: Ketoprak dari Jawa 121 SD Kelas Tinggi KK A Tengah, Ubrug dari Banten, Longser dari Jawa Barat, Mamanda dari Kalimantan Selatan, dan Lenong dari Betawi. Dalam situasi bahasa tersebut terdapat dialog yang terdiri atas unit-unit dialog. Unit-unit dialog tersebut disebut juga giliran bicara yang akan diucapkan oleh tokoh. Sebuah dialog minimal terdiri atas dua giliran bicara yang didukung sekurang-kurangnya oleh dua pelaku; bahan pembicaraan tidak boleh berubah. Konvensi tersebut merupakan konvensi ideal. Namun, bila konvensi yang ideal ini diganggu karena pelaku angkat bicara dengan tidak teratur atau tidak membicarakan bahan yang sama mustahil akan terbentuk dialog dan alur cerita yang dimaksudkan. Pelaku drama akan berdialog dalam ruang dan waktu yang sama. Keadaan tersebut dalam drama disebut dengan latar bagi sebuah dialog.

2. Apresiasi Sastra

Banyak ahli mengartikan apresiasi sebagai sebuah penghargaan, untuk itu diperlukan sebuah penilaian untuk dapat mengaparesiasi sastra. Menurut Sayuti 2009 apresiasi sastra merupakan hasil usaha pembaca dalam mencari dan menemukan nilai hakiki karya sastra melalui pemahaman dan penafsiran sistematik yang dapat dinyatakan dalam bentuk tertulis. Untuk mengapresiasi sebuah karya sastra, perlu dilakukan pengamatan, penilaian, dan pemberian penghargaan terhadap karya sastra tersebut. Berikut dijelaskan tahap-tahap untuk mengapresiasi sastra. a. Tahap mengenal dan menikmati yaitu tindakan berupa membaca, melihat atau menonton, dan mendengarkan suatu karya sastra. b. Tahap menghargai yaitu merasakan kegunaan atau manfaat karya sastra, misalnya memberikan kesenangan, hiburan, kepuasan, serta memperluas pandangan hidup. c. Tahap pemahaman yaitu berupa melakukan tindakan meneliti serta menganalisis unsur-unsur yang membangun karya sastra, baik unsur instrinsik maupun unsur ekstrinsik. d. Tahap penghayatan yaitu membuat interpretasi atau penfasiran terhadap karya sastra.