Bahasa adalah Kontekstual Kerangka Konsep Systemic Functional Linguistics

sekaligus mempelajari budaya melalui bahasa yang dipelajarinya. Sistem semiotik yang dikonstruksikan oleh anak tersebut menjadi sarana utama bagi transmisi budaya.

2.4.3.4 Bahasa adalah Kontekstual

Secara historis, bahasa terikat dengan penutur dan situasi penuturannya. Situasi penggunaan bahasa seperti ini bersifat kontekstual, sehingga pemahaman makna bahasa tersebut terikat pada konteks pemakaiannya Sinar, 2008:23. Konsep konteks ini merujuk pada hubungan linguistik dengan konteks budaya yang disebabkan oleh ketergantungan makna linguistik terhadap konteks budaya. Hal ini disebabkan bahasa merupakan ungkapan ekspresi seseorang dalam merespon kondisi sosial budayanya, sehingga makna dari setiap kata dalam tingkat tertentu sangat tergantung pada konteks pembicaraan seseorang. Halliday dan Hasan 1985 dalam Saragih 2006:4 bahasa adalah kontekstual karena pemahaman tentang bahasa terletak dalam kajian teks. Ada teks dan ada teks lain yang menyertainya: teks yang menyertai teks itu disebut konteks. Namun, pengertian mengenai hal yang menyertai teks itu meliputi tidak hanya yang dilisankan atau ditulis, tetapi juga meliputi kejadian-kejadian yang nonverbal lainnya pada keseluruhan lingkungan teks itu. Bahkan, menurut Saragih 2006:4, “Dengan pengertian konstrual ini, dalam satu konteks sosial tertentu hanya teks tertentu yang dihasilkan. Sebaliknya, dengan teks tertentu hanya konteks sosial tertentu pula yang dapat dirujuk.” Universitas Sumatera Utara Dalam teori Systemic Functional Linguistics, konteks terbagi atas konteks linguistik dan konteks sosial. Konteks linguistik merujuk pada bahasa itu sendiri sedangkan kontek sosial terbagi atas tiga yaitu 1 konteks situasi yang mencakup ‘field’, ‘tenor’ dan ‘mode’, 2 konteks budaya, dan 3 konteks ideologi. Konteks situasi diperlukan untuk memahami jenis teks. Konteks situasi yaitu konteks yang memiliki teks yang mengungkap dan mewakili lingkungan tempat makna itu dipertukarkan. Konteks situasi dijabarkan oleh Halliday dan Hasan 1985 dalam Sinar 2008:56-59 melalui tiga cirinya, yaitu 1 Medan Wacana Field of Discourse, 2 Pelibat Wacana Tenor of Discourse, dan 3 Sarana Wacana Mode of Discourse. Ketiga ciri tersebut dijelaskan oleh Halliday dan Hasan 1985 dalam Choliludin 2007:10-13 berikut ini. 1 Field of discourse adalah istilah abstrak bagi pernyataan ‘apa yang sedang terjadi’ yang mengacu pada pilihan substansi linguistik si pembicara. Pilihan linguistik yang berbeda dibuat oleh pembicara yang berbeda tergantung pada jenis tindakannya, selain tindakan berbicara langsung yang mereka pandang sendiri saat ikut andil di dalamnya. Misalnya, pilihan linguistik akan beragam menurut andil pembicara masing-masing, apakah ikut dalam pertandingan sepak bola, berpidato politik, melakukan operasi atau membahas tentang obat- obatan. 2 Tenor of discourse adalah istilah abstrak untuk hubungan antara orang-orang yang ikut andil dalam berbicara.bahasa yang digunakan orang beragam tergantung pada jenis hubungannya, seperti hubungan interpersonal antara ibu dan anak, dokter dan pasien, atau derajat orang atas dan yang rendah seorang pasien tidak akan memakai kata sumpah serapah untuk menyebut seorang dokter di hadapannya dan seorang ibu tidak akan memulai permintaan kepada anaknya dengan mengatakan, “Maaf apakah bisa kalau kamu...” menerjemahkan tenor of discourse secara benar dalam translasi bisa cukup menyulitkan. Hal ini tergantung pada apakah seseorang itu memandang tingkat formalitas teretntu sebagai hal yang ‘benar’ dari sudut pandang budaya bahasa sumber atau dari sudut pandang budaya bahasa sasaran. Misalnya, seorang remaja Amerika boleh menggunakan tenor yang sangat Universitas Sumatera Utara informal dengan dengan orang tuanya dengan menggunakan nama depan dan bukan dengan panggilan ibu atau ayah. Tingkat formalitas ini akan sangat tidak bisa diterima oleh kebanyakan kebudayaan lain. Seorang penerjemah harus memilih antara mengganti tenornya untuk disesuaikan dengan budaya pembaca sasaran atau tetap seperti aslinya, yaitu mentransfer tenor informalnya untuk memberikan kesan jenis hubungan yang biasa dilakukan oleh para remaja dengan orang tuanya di masyarakat Amerika. Apa yang dipilih penerjemah pada situasi teretntu tentunya akan bergantung pada apa yang dia lihat sebagai tujuan penerjemahan secara menyeluruh. 3 Mode of discourse mengacu pada jenis peran yang dimainkan bahasa bicarapidato, esai, kuliah, instruksi, yaitu jenis peran yang diharapkan partispian terhadap bahasa dalam suatu situasi: organisasi teks yang simbolik, status yang dimiliki dan fungsinya dalam konteks termasuk alat penghubung lisantulisan atau gabungan dari keduanya, dan juga mode retorika, apa yang sedang dicapai oleh teks dalam kondisi kategori berikut ini yaitu persuasif, paparan, didaktis, dan hal senada. Misalnya, seperti ‘re’ adalah kata yang diterima dalam bahasa surat bisnis tetapi sangat jarang digunakan dalam bahasa lisan.

2.4.4 Metafungsi Bahasa