Orientasi Teoritis TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI,

communeaute de bien communal estate cour de la surete de l’etat state security court certificat de concubinage certificate of concubinage, dan lain-lain. Dengan demikian, budaya akademik, budaya resmi harus diberi catatan kaki. Pada akhirnya, budaya adalah cara yang berbeda dalam hal melihat segala sesuatu dan tergantung pada persepsi tertentu tentang dunia tertentu. Persepsi tersebut tidak dapat saling dipertukarkan di antara bahasa-bahasa. Bahasa tergantung pada budayanya. Karena itu, bahasa tidak menentukan budaya tetapi budaya yang menentukan bahasa.

2.7 Orientasi Teoritis

Penelitian ini memfokuskan pembahasan pada penemaan yang terdapat di dalam analisis tekstual disebut Tema dan Rema dalam teks. Tema dan Rema diteliti berdasarkan teori Systemic Functional Linguistics yang diajukan oleh Halliday. Kajian Tema dan Rema dilakukan dalam tiap-tiap klausa tunggal. Dengan demikian, jika ditemukan ide dalam bentuk kalimat, maka kalimat tersebut dipisahkan ke dalam klausa-klausa tunggal terlebih dahulu sebelum diidentifikasi Tema dan Remanya. Hal ini disebabkan klausa dipandang sebagai unit yang tertinggi di dalam bahasa karena klausa mampu membawa tiga fungsi bahasa sekaligus, yaitu memaparkan, mempertukarkan, dan merangkai pengalaman. Tema ditandai melalui unit bahasa yang terletak di awal kalimat dan Rema adalah unsur yang terdapat setelah Tema. Jadi, dalam mengidentifikasi Tema dapat diketahui, bahwa unit bahasa yang terletak di awal klausa adalah Tema. Menurut Universitas Sumatera Utara Saragih 2006:112-113, Tema dalam teori Systemic Functional Linguistics dibedakan menjadi Tema sederhana dan Tema kompleks. Tema sederhana adalah jika terdapat satu unit bahasa yang berfungsi sebagai Tema, tetapi jika lebih dari satu unit bahasa yang berfungsi sebagai Tema maka disebut sebagai Tema kompleks. Dalam kajiannya, Tema Kompleks juga terbagi menjadi tiga jenis, yaitu Tema Tekstual, Tema Antarpersona, dan Tema Topikal. 2 Tema Tekstual dapat diidentifikasi jika Tema tersebut berupa, a. kata ganti relatif misalnya: who, which, that, whom, whose; b. penerus misalnya: ee..., mmm,...well..; c. konjungsi misalnya: dan, atau tetapi; d. penghubung misalnya: dengan demikian, oleh sebab itu. 3 Tema Antarpersona dapat diidentifikasi melalui unit bahasa yang berupa, b. vokatif yaitu nama oranng atau objek yang ditujukan padanya; c. keterangan modus yaitu pendapat, ide pribadi, misalnya: seharusnya, sebaiknya; d. pemarkah pertanyaan, misalnya: apakah; e. kata tanya pertanyaan informasi, misalnya: mengapa, siapakah, di manakah. 4 Tema Topikal terdapat pada unit bahasa yang berfungsi sebagai partisipan, proses ataupun sirkumstan. Selain itu, Tema juga dapat dibedakan berdasarkan Tema Tunggal dan Tema Majemuk, Tema Bermarkah, dan Tema tak Bermarkah. Tema Bermarkah dapat Universitas Sumatera Utara diidentifikasi jika yang menjadi Tema tersebut adalah kata benda atau kata ganti benda ataupun frasa kata benda yang berfungsi sebagai subjek. Namun, jika terdapat komplemen, frase adverba atapun frase preposisi yang terletak di awal klausa maka unit-unit bahasa tersebut adalah Tema tak Bermarkah. Dengan demikian, berbagai jenis Tema ini, yang mencakup Tema Tekstual, Tema Antarpersona, Tema Topikal, Tema Tunggal, Tema Majemuk, dan Tema Bermarkah-Tema tak Bermarkah, keseluruhannya akan dikaji dalam klausa-klausa yang ditemukan di dalam teks translasi penelitian ini.

2.8 Penelitian Sebelumnya