Hiponim Meronim Kolokasi TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI,

d. Hiponim

Hiponim menunjukkan hubungan ‘anggota-kelompok.’ Dua kata atau lebih merupakan hiponim jika satu kata merupakan anggota dari kata yang menjadi grup atau kelompoknya. Dengan kata lain, hiponim merupakan rincian atau anggota dari satu kelompok, misalnya hubungan antara bunga dengan ros, dahlia, mawar, atau kana. Dengan pengertian yang sama, kata hewan mencakup anggota sebagai hiponimnya seperti kutu, kecoa, semut, ikan, ular, tenggiling, kera, beruang, kuda, harimau dan gajah. Hubungan sesama anggota hiponim merupakan hubungan horizontal yang disebut kohiponim.

e. Meronim

Kata dengan pertautan meronim dengan yang lain menunjukkan bahwa kata itu adalah bagian atau unsur dari kata yang lain yang lebih luas cakupannya. Dengan kata lain, dalam meronim terdapat hubungan ‘bahagian-keseluruhan’, seperti hubungan antara tanaman dan hiponimnya akar, batang daun, cabang dan bunga. Hubungan meronim ini adalah hubungan vertikal. Hubungan sesama bahagian atau unsur, seperti dalam tanaman:

d. Kolokasi

Kolokasi merupakan hubungan probabilitas dalam pemunculan antara dua kata atau lebih. Berbeda dengan hubungan arti dalam sinonim, antonim, hiponim dan sinonim, kolokasi menunjukkan kemungkinan pemunculan satu kata dengan kata lain. Dengan demikian, jika satu kata muncul dalam satu klausa, kata lain sangat besar kemungkinannya untuk muncul di klausa kedua atau berikutnya. Universitas Sumatera Utara Di dalam bahasa Inggris kata ‘snow’ dikatakan berkolokasi dengan ‘white’ karena begitu kata ‘snow’ muncul di dalam klausa pertama dalam satu teks, kata ‘white’ besar kemungkinannya untuk muncul di klausa berikutnya. Kata ‘ice’ berkolokasi dengan kata ‘cold’ demikian juga ‘friend’ berkolokasi dengan kata ‘relation’, dan kata ‘family’ dengan ‘neighbourhood.’ Di dalam bahasa Indonesia dapat diasumsikan bahwa kata ‘darah’ berkolokasi dengan kata ‘merah’. Demikian juga kata ‘hujan’ berkolokasi dengan kata ‘deras’ atau ‘gerimis.’ Dalam pola hubungan yang sangat erat, satu kata langsung dengan yang lain dengan membentuk satu kesatuan, seperti antara ‘pertumpahan’ dan ‘darah’ menjadi ‘pertumpahan darah’; demikian juga ‘naik daun’, ‘di atas angin’, ‘sanak saudara’, ‘beranak pinak’, ‘maju mundur’ dan ‘hidup mati.’

2.5.5.2 Koherensi

Koherensi adalah peristiwa yang tersusun secara logis dalam teks. Susunan logis dapat digunakan untuk membuat makna dalam bahasa. Baker 1992 menyatakan bahwa koherensi berkaitan dengan hubungan konseptual dan diberi makna melalui pengetahuan intrinsik teks dan pengetahuan ekstrinsik yaitu pengetahuan encyclopedia pembaca. Hoey 1991 menyatakan koherensi adalah properti teks yang dapat dievaluasi oleh pembaca. Charolles 1979 menjelaskan bahwa koherensi berhubungan dengan teks yang menggunakan struktur makro dan mikro. Misalnya: My father went to the Bumiputera bank. He was fishing there. Then he turned off the light and slept. Universitas Sumatera Utara Teks di atas tidak koheren karena tidak ada kelogisan dalam rangkaian peristiwa atau proposisi-proposisinya. Tidak ada hubungan antara bank dan fishing memancing. Juga tidak ada hubungan antara ‘fishing’ memancing dan ‘turning off the light’ mematikan lampu. Masalah tersebut adalah aspek-aspek yang tergantung pada kelogisan proposisi. Tetapi jika penerjemah tidak mempunyai pengetahuan duniawi yakni dia bukan orang malaysia dan belum pernah ke Malaysia, maka ia bisa mengira bank Bumiputera adalah nama sungai dan jadi ayahnya memancing di sana. Konsep yang salah tersebut terjadi ketika penerjemah tidak mempunyai pengetahuan yang baik tentang dunia bahasa sumber. Karena itu penerjemah harus berhati-hati dengan hal tersebut karena bisa menyebabkan tidak koheren. Enkvist 1990 mengklasifikasikan koherensi ke dalam tujuh kategori yaitu : 1 Hubungan antara koherensi dan kohesi struktur dalam dan luar teks dan tekstur. 2 Pesan dan metapesan pesan tentang peasn yang diekspresikan oleh sarana paralinguistik dan interaksi. 3 Pengaruh interpretasi pengetahuan yang sama antara penulis, interpreter, dan situasi 4 Relevansi konteks situasional konteks dan interpretasi 5 Pengetahuan dan interpretabilitas reseptor pengetahuan linguistik dan empiris 6 Strategi teks dan kategori jenis teks, dan 7 Strategi, struktur dan proses gaya bahasa tulisan. Universitas Sumatera Utara

2.6 Budaya dalam Penerjemahan