Budaya Universal Budaya Agamis dan Budaya Sosial

Feare memberikan contoh idiom seperti go over, die down, break in, dan sebagainya. Orang lain mungkin memasukkan ungkapan seperti to burry the hatchet, dan to beat about the bush sebagai idiom. Menerjemahkan idiom bukanlah pekerjaan yang mudah. Pertama-tama seorang penerjemah harus mampu mengenali atau menentukan apakah suatu ungkapan tertentu itu adalah sebuah idiom atau bukan. Kemudian setelah seorang penerjemah dapat mengenali bahwa ungkapan itu dapat dikategorikan sebagai idiom barulah mampu menentukan makna idiom itu. Kemudian mencari padanan yang tepat.

2.6.2.1 Budaya Universal

Budaya universal sebagian besar muncul dari negara kolonial dan adikuasa dan berpengaruh secara universal karena kekuasaan mereka dan memonopoli media dan investasi yang menyebarkannya ke seluruh dunia. Setiap orang di dunia mengetahui: apa artinya jazz, tenis, pizza, dan lain-lain; tapi kungfu, grillot, sepak raga, dan lain- lain perlu dijelaskan ke bangsa-bangsa lainnya yang berbeda budaya.

2.6.2.2 Budaya Agamis dan Budaya Sosial

Munculnya ide seperti humanisme dan revolusi industri telah memarjinalkan agama sebagai faktor penentu kehidupan sehari-hari di Eropa. Agama telah menjadi masalah pilihan dan bukan sistem atau kode kehidupan, telah dibuat tunduk terhadap ide dan budaya. Namun di negara islam, agama menentukan budaya dan pandangan hidup manusia. Universitas Sumatera Utara Di Perancis, Inggris, Jerman, Amerika dan lain-lain, budaya, aksi seperti bermesraan di depan umum diterima, namun hal ini tidak diterima oleh masyarakat di negara islam. Demikian juga halnya dalam memberi salam di Eropa termasuk Perancis biasa dengan ciuman namun tidak sama dengan di negara Islam. Contohnya kalimat: Le Professeur a embrasse la secretaire le Matin. Jika kalimat ini diterjemahkan: “Guru mencium sekertarisnya pagi tadi” tanpa memperhatikan keberagaman budaya akan memberikan makna konotatif perlokusi yang berbeda misalnya perselingkuhan atau tidak bermoral kepada pembaca muslim, sehingga lebih baik menerjemahkannya “Guru memberi salam kepada sekertaris tadi pagi. Memberi nama putra anda Jesuis atau Jesus tidak berterima di negara Islam tapi menamainya Isa yaitu nama Jesus dalam bahasa Arab akan berterima. Masalahnya adalah orang Arab yang Kristen bisa menamai anaknya Isa. Itulah yang Nida maksudkan dengan budaya linguistik karena semua nama yang disebut merujuk pada satu orang yang sama, sedangkan masyarakat memahami nama-nama tersebut berbeda menurut budaya bahasanya. Demikian juga halnya dalam rasa anggur di Eropa adalah bagian dari budaya Eropa. Pembaca Eropa tidak akan melihat hal yang buruk dengan anggur misalnya : John used to wine and dine his girlfriend. Pembaca Eropa akan mengerti bahwa dulunya John memberi makanan mahal kepada pacarnya. Jika diterjemahkan kata per kata : John biasanya memberi arak dan makan-makan dengan kekasihnya. Membaca terjemahan ini, pembaca muslim bisa memahami perbuatan John berdosa, maka untuk Universitas Sumatera Utara masyarakat muslim lebih baik menerjemahkannya: John makan dan minum bersama kekasihnya. Dari contoh-contoh tersebut maka dapat diketahui bahwa melakukan penerjemahan ditentukan dan disesuaikan dengan budaya agamis dan budaya sosialnya. Sesuatu aksi yang diterima atau lazim di masyarakat tertentu, belum tentu di terima oleh masyarakat lain dengan agama yang berbeda karena setiap aksi masyarakat juga dipengaruhi oleh agama yang dianutnya.

2.6.2.3 Budaya Akademis