Penelitian Sebelumnya TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI,

diidentifikasi jika yang menjadi Tema tersebut adalah kata benda atau kata ganti benda ataupun frasa kata benda yang berfungsi sebagai subjek. Namun, jika terdapat komplemen, frase adverba atapun frase preposisi yang terletak di awal klausa maka unit-unit bahasa tersebut adalah Tema tak Bermarkah. Dengan demikian, berbagai jenis Tema ini, yang mencakup Tema Tekstual, Tema Antarpersona, Tema Topikal, Tema Tunggal, Tema Majemuk, dan Tema Bermarkah-Tema tak Bermarkah, keseluruhannya akan dikaji dalam klausa-klausa yang ditemukan di dalam teks translasi penelitian ini.

2.8 Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai Tema dan Rema pernah dilakukan sebelumnya di antaranya berjudul “Theme and Rheme in The Thematic Organization of Text: Implications for Teaching Academic Writing” oleh Lixia Wang seorang master pendidikan TESOL dari University of South Australia dan juga sebagai dosen di Jurusan Sastra Inggris di Nanjing University of Finance and Economics di China. Penelitiannya adalah tentang Tema dan Rema dengan menggunakan teori Systemic Functional Linguistics dengan tujuan untuk memperbaiki kohesi dalam teks akademik. Melalui penelitiannya, beliau menyatakan bahwa dengan menganalisis Tema dan Rema dalam teks, mahasiswa dapat belajar melakukan analisis yang sama dalam tulisan mereka sehingga akan memperbaiki kohesi dalam tulisan mereka. Dalam penelitian ini juga dibahas masalah umum yang menyebabkan kesalahan dalam menggunakan Tema dan Rema dengan menggunakan tulisan mahasiswa sebagai Universitas Sumatera Utara contoh kesalahan. Karena itu penelitian ini menunjukkan bagaimana mahasiswa memperbaiki kemampuan kohesi tekstual dalam tulisan khususnya tulisan akademik. Selain itu, penelitian Tema-Rema juga dilakukan oleh Arif Budiman dan Kristianto dengan judul “How Much Shift on Theme-Rheme Construction Affect on the Meaning of Translation”. Penelitian ini memfokuskan pada pidato pelantikan Obama dengan tujuan untuk menjelaskan kontsruksi Tema bahasa Inggris dan Indonesia, memperlihatkan konstruksi Tema menurut kategori dan konstituen dalam kedua versi bahasa tersebut dan untuk menemukan efek pergeseran struktur Tema pada makna ataupun ketepatan penerjemahan. Penemuan penelitian ini adalah 1 variasi Tema dalam kedua teks mencakup Tema Topikal Antarpersona dan Tekstual, dengan Tema Topikal lazim yang paling dominan, 2 pergeseran struktur Tema antara bahasa Indonesia dan Inggris dapat dibagi ke dalam pergeseran kategori dan perubahan konstituen Tema, dan 3 secara umum pergeseran struktur Tema tidak banyak mempengaruhi makna dan tidak mempengaruhi makna secara keseluruhan pada klausa atau tekstur teks. Penelitian pergeseran dalam translasi bahasa Indonesia dan Inggris telah dilakukan sebelumnya oleh Putra Yadna dan Resen 1986 dengan studi kasus “Pergeseran Formal Fase Kata Benda dalam Penerjemahan Bahasa Inggris-Indonesia.” Hasil temuan dari analisis ini adalah adanya pergeseran unit, struktur, dan kelas kata. Selain itu, Yadnya dalam disertasinya mengkaji, “Pemadanan Makna Berkonteks Budaya: Sebuah Kajian Translasi Indonesia-Inggris.” Hasil temuannya adalah translasi dapat tercapai dalam berbagai tataran level, juga terdapat pergeseran mikro vertikal Universitas Sumatera Utara dan horizontal dan pergeseran makro. Perbedaan sistem bahasa Indonesia dan Inggris telah mengakibatkan pergeseran formal menjadi wajib dan otomatis faktor perbedaan sistem makna kata antar bahasa Inggris dan Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran semantik yang bersifat wajib. Selain itu, penelitian penerjemahan dwibahasa pernah dilakukan oleh Diana Chitra Hasan dengan judul “Penerjemahan Informasi Implisit dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia”. Penelitian ini memberikan informasi implisit dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia yang dikategorikan sebagai penelitian dengan metode deskriptif karena dalam penelitian ini dipaparkan informasi implisit dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, yang selanjutnya dilakukan analisis terhadap kesepadanan antara unsur bahasa sumber dan terjemahannya dalam bahasa sasaran sehingga faktor-faktor yang menyebabkan tercapai atau tidaknya kesepadanan dalam penerjemahan tersebut. Data dalam penelitian ini diambil dari tiga buah novel dan terjemahannya, yaitu 1 4,50 from Paddington karya Agatha Christie yang diterbitkan oleh Fontana Books pada tahun 1979 dan diterjemahkan oleh Lily Wibisono dengan judul Kereta 4,50 dari Paddington terbitan Gramedia, Jakarta pada tahun 1987; 2 Absolute Power karya David Baldacci 1996 dan diterjemahkan oleh Hidayat Saleh dengan judul Kekuasaan Absolut diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 1997; 3 Bloodline karya Sidney Sheldon 1977 dan diterjemahkan oleh Threes Sulastuti Garis Darah diterbitkan oleh Gramedia 1991. Dari penelitian terhadap informasi implisit dalam bentuk elipsis dan bahasa figuratif ditemukan beberapa jenis prosedur penerjemahan yang dapat mengalihkan pesan bahasa sumber antara lain adalah Universitas Sumatera Utara modulasi bebas berupa pergeseran sudut pandang dan eksplisitasi serta pergeseran tataran dari tataran gramatikal ke tataran leksikal. Jenis prosedur penerjemahannya dapat mengalihkan pesan yang terkandung dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan tepat. Sedangkan penerjemahan harfiah terhadap sebagian unsur figuratif, seperti metafora, tidak dapat mengalihkan informasi implisit dengan baik. Penelitian tentang terjemahan dilakukan oleh Roswita Silalahi dalam disertasinya dengan judul “Dampak Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan Pada Kualitas Terjemahan Teks Medical-Surgical Nursing dalam Bahasa Indonesia”. Ada dua pendekatan penerjemahan yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu: pendekatan bawah-atas bottom-up approach dan pendekatan atas-bawah top-down approach Baker, 1992; Newmark, 1988. Jika penerjemah mulai dengan satuan lingual yang lebih kecil dari teks misalnya kata, frasa, klausa, dan kalimat, dia menerapkan pendekatan bawah-atas. Sebaliknya, jika penerjemah mulai dari tataran yang paling tinggi, yaitu teks, dan dilanjutkan pada tataran yang lebih rendah, dia menerapkan pendekatan atas-bawah. Temuan dalam penelitian ini adalah: Pertama, delapan teknik penerjemahan diterapkan dalam menerjemahkan teks Medical-Surgical Nursing yaitu teknik harfiah literal, peminjaman murni, peminjaman alamiah, calque, transposisi, modulasi, penghilangan, dan penambahan. Berdasarkan frekuensi penggunaannya, teknik harfiah menempati urutan pertama 489, yang diikuti oleh peminjaman murni 224, peminjaman alamiah, transposisi 68, calque 67, modulasi 25, penghilangan 16, dan teknik penambahan 9. Kedua, secara teori, teknik harfiah, peminjaman murni dan peminjaman alamiah, dan teknik calque berorientasi pada bahasa sumber Universitas Sumatera Utara sedangkan teknik transposisi, modulasi, penghilangan, dan teknik penambahan berorientasi pada bahasa sasaran. Dengan demikian, metode penerjemahan yang dipilih penerjemah adalah metode penerjemah literal, setia, dan semantik. Ketiga, penggunaan teknik penerjemahan dan pemilihan metode penerjemahan lebih dilandasi oleh ideologi foreignisasi dalam menerjemahkan teks sumber data penelitian. Keempat, dalam hal kualitas terjemahan, didapatkan 338 64,75 diterjemahkan secara akurat, 136 26,05 kurang akurat, dan 48 9,20 tidak akurat. Dari aspek keberterimaannya, 396 75,86 berterima, 91 17,44 kurang berterima dan 35 6,70 tidak berterima. Sementara itu, 493 96,29 data sasaran mempunyai tingkat keterbacaan tinggi dan 19 3,71 mempunyai tingkat keterbacaan sedang. Kemudian, teknik peminjaman murni, teknik peminjaman alamiah, calque, dan juga harfiah memberikan dampak yang sangat positif terhadap keakuratan terjemahan, sementara kekurang akuratan dan ketidak akuratan yang terjadi pada terjemahan lebih disebabkan oleh penerapan teknik penghilangan, penambahan, modulasi, dan teknik transposisi. Kekurang berterimaan dan ketidak berterimaan cenderung disebabkan oleh penggunaan kalimat yang tidak gramatikal, dan masalah yang menghambat pemahaman pembaca sasaran cenderung disebabkan oleh penggunaan istilah asing yang tampaknya belum akrab bagi pembaca, kolokasi yang tidak tepat, kata bahasa Indonesia yang belum lazim bagi pembaca dan kesalahan ketik. Penelitian juga dilakukan oleh Syahron Lubis dalam disertasinya yang berjudul “Penerjemahan Teks Mangupa Dari Bahasa Mandailing ke Dalam Bahasa Inggris”. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa bahasa Mandailing dan bahasa Inggris Universitas Sumatera Utara memiliki lebih banyak perbedaan daripada persamaan dalam struktur bahasa seperti afiksasi, pemajemukan, reduplikasi, pemenggalan kata, sistem pronomina, struktur frasa, pola-pola kalimat, komponen makna, polisemi, sinonim dan antonim, makna generik dan spesifik, metafora, idiom dan eufisme. Juga ditemukan bahwa masyarakat Mandailing dan Inggris berbeda luas dalam sejumlah aspek kultural seperti agama dan kepercayaan, keluarga dan perkawinan, tipe masyarakat, ketimpangan gender, pemakaian bahasa dan sopan santun sosial. Adanya perbedaan struktur kedua bahasa, menerjemahkan frase, kata majemuk dan kalimat dari teks sumber ke dalam teks sasaran menghadapi masalah. Subjek kalimat, jumlah dan konjungsi yang sering implisit dalam teks sumber juga menyebabkan masalah penerjemahan. Pemakaian banyak kata arkais juga membuat kesulitan penerjemahan dan karena bahasa Mandailing tidak memiliki tenses, hal itu juga menyebabkan masalah penerjemahan ke dalam bahasa Inggris yang memiliki tenses. Oleh sebab itu penerjemahan teks mangupa tidak hanya menghadapi masalah-masalah kebahasaan tetapi juga masalah- masalah budaya dan berbagai teknik penerjemahan diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut ssupaya tercapai terjemahan yang akurat, terbaca dan dapat diterima penutur asli bahasa sasaran. Persoalan tentang pergeseran dalam terjemahan juga disinggung dalam penelitian Abdul Munif. Melalui penelitiannya yang berjudul “Pergeseran Dalam Penerjemahan Klausa Pasif Dari Novel The Lord of The Rings: The Return of The King Karya JRR Tolkien yang Diterjemahkan oleh Gita Yuliani K.” Penelitian Abdul Munif berorientasi pada 1 Pendeskripsian pergeseran bentuk dalam penerjemahan Universitas Sumatera Utara klausa pasif, 2 Pendeskripsian pergeseran makna dalam penerjemahan klausa pasif, 3 Ketepatan penerjemahan klausa pasif yang mengalami pergeseran bentuk dan makna. Data penelitian ini klausa pasif yang mengalami pergeseran dalam penerjemahan. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling purposif. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah klausa pasif yang berbentuk be + past participle dan terjemahannya yang mengalami pergeseran bentuk dan makna. Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 bentuk-bentuk pergeseran dalam penerjemahan klausa pasif meliputi; pergeseran tataran ada 12 data 14, pergeseran struktur ada 43 data 60, dan pergeseran kelas kata ada 4 data 6, 2 pergeseran makna dalam penerjemahan klausa pasif meliputi; pergeseran pasif-aktif ada 20 data 26, pergeseran topik-komen ada 15 data 19, pergeseran makna leksikal ada 23 data 30, dan pergeseran makna gramatikal ada 11 data 14, dan 3 ketepatan makna pada pergeseran dalam penerjemahan klausa pasif meliputi; kategori terjemahan tidak tepat ada 2 data 3. Dari hasil penelitian ini dapat diperoleh bahwa untuk mendapatkan terjemahan yang wajar dan setia makna khususnya penerjemahan klausa pasif dapat dapat digunakan salah satu teknik atau strategi dalam penerjemahan yang disebut dengan pergeseran translation shift. Masalah pergeseran juga diteliti oleh Lydia K. Sitompul. Penelitiannya berjudul “Pergeseran Penerjemahan Teks Beregister Popular Pada Serial Komedi Friends Episode “The Last One”. Penelitian ini berorientasi pada pergeseran yang terjadi pada penerjemahan teks film atau subtitle pada serial komedi televisi Friends episode terakhir yang berjudul “The Last One”. Pergeseran yang ditemukan dapat Universitas Sumatera Utara dikelompokkan berdasarkan bentuk, penyebab, dan efeknya. Bentuk pergeseran pada tataran morfem, pergeseran pada tataran sintaksis, pergeseran kategori kata, pergeseran pada tataran semantik, dan pergeseran karena perbedaan sudut pandang budaya. Kelima bentuk pergeseran tersebut ditemukan pada data, yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Analisis dilakukan untuk mendapatkan sebab-sebab terjadinya pergeseran. Karakteristik data sebagai transkip dan subtitle dari sebuah moving picture berperan penting sebagai penentu sebab terjadinya pergeseran. Karakteristik tersebut adalah data yang bergenre komedi dengan ragam bahasa lisan. Dialog pada tayangan bergenre komedi memiliki kaitan erat dengan konteks adegan yang melingkupinya. Konteks tersebut berperan dalam mendeskripsikan kejenakaan pada setiap adegan, sehingga penerjemahan utuh tidak diperlukan. Ciri bahasa popular dengan ragam lisan pada data yang eksprefis dinilai sebagai dialog minor. Ciri tersebut bertentangan dengan ciri subtitle film yang singkat dan padat. Pergeseran yang terjadi yaitu pengurangan atau reduksi. Reduksi pada penerjemahan tayangan bergenre komedi mengakibatkan terjadinya reduksi pemahaman pemirsa terhadap kejenakaan yang terjadi. Reduksi kejenakaan sebagai efek dari pergeseran dikelompokkan menjadi reduksi kejenakaan ringan dan reduksi kejenakaan fatal.

2.9 Konstruk Analisis