Kohesi Kohesi dan Koheren

hubungan dapat berupa permanen atau sementara tuturan yang dilakukan antar-pelibat.

2.5.5 Kohesi dan Koheren

2.5.5.1 Kohesi

Kohesi adalah salah satu standard tekstualitas yang berkaitan dengan struktur luar teks. Baker 1992 menjelaskan bahwa kohesi adalah rangkaian leksikal, hubungan tata bahasa atau hubungan lainnya yang terjalin secara logis dalam struktur luar. Hoed 1991 dan Swales 1990 menjelaskan kohesi sebagai properti teks yang membantu pembaca atau pendengar memahami teks. Karena itu, papan arah penunjuk jalan dalam teks berperan penting. Charolles 1978 menyatakan bahwa kohesi adalah aspek yangsaling berkaitan dengan koherensi dalam pembuatan teks. Jadi kohesi dan koherensi tidak bisa dipisahkan karena keduanya saling membantu untuk dapat mencapai logika dan keterhubungan. Dalam penerjemahan, perlu menangani kohesi dengan hati-hati karena tiap-tiap bahasa mempunyai sarana kohesifnya masing-masing Callow, 1975. Halliday dan Hasan 1976 menjelaskan bahwa kohesi adalah aspek tekstual non-struktural dan dikategorikan ke dalam referensi, substitusi, elipsis, conjungsi dan leksikal. Kohesi dibuat berdasarkan kriteria-kriteria tersebut untuk menunjukkan hubungan semantik eksternal antara pranggapan presupposition dan diperanggapan presupposed di antara kalimat-kalimat teks, contohnya: Universitas Sumatera Utara Figura 2.16: Teks dan Kategori Kohesi Teks Kategori Kohesi My daughter does physical exercises every day. She wants to reduce her weight. Does the minister speak French language? Yes, he does so. You have said that. No, I haven’t....... The spread of nuclear in the world poses a danger to human being, the fauna and flora. Thus many people have raised their voices to stop it. But to no avail since superpowers avail themselves the right of possessing it. Of course you know Nurhaliza. She was the best student of our school. Now she is a PhD candidate in medicine at the University of London. Referensi Kohesif : “she” merujuk pada “my daughter”. Substitusi Kohesif : “so” adalah substitusi dari kata kerja “speak”. Elipsis Kohesif : elipsis kata kerja leksikal “said”. Konjungsi Kohesif : menunjukkan hubungan semantik kausalitas “thus” dan pertentangan “but” Leksikal : “student” dan ‘candidate berpraanggapan “Nurliza” ; “university” berkolokasi dengan “school”. Saragih 2003 menjelaskan satu unit pengalaman dalam klausa dapat dihubungkan dengan klausa lain sebagai unit pengalaman dengan hubungan makna. Keterkaitan ini membentuk satu kesatuan yang disebut kohesi. Kohesi adalah ciri satu Universitas Sumatera Utara teks. Kohesi terbentuk dengan tautan makna antarklausa. Tautan ini direalisasikan oleh empat alat kohesi cohesive device, yaitu: 1 perujuk reference 2 elipsissubstitusi 3 konjungsi conjunction 4 kohesi leksikal lexical cohesion Pautan makna antarklausa membentuk kesatuan yang disebut teks atau wacana. Tautan dalam teks semakin erat jika semakin banyak alat kohesi yang digunakan dalam teks. Dengan kata lain, teks yang padu ditandai dengan eksistensitas dan intensitas variasi alat kohesi yang digunakan. Kohesi juga merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan itu kohesi adalah ‘organisasi sintaktik’. Organisasi sintaktik itu adalah merupakan wadah ayat- ayat yang disusun secara padu dan juga padat. Dengan susunan demikian organisasi tersebut adalah untuk menghasilkan tuturan. Ini bermaksud bahwa kohesi adalah hubungan di antara kalimat di dalam sebuah wacana, baik dari segi tingkat gramatikal maupun daro segi tingkat leksikal tertentu. Dengan penguasaan dan juga pengetahuan kohesi yang baik, seorang penulis akan dapat menghasilkan wacana yang baik. 1 Perujuk Perujuk sebagai alat kohesi terdiri dari pronomina pronoun, penunjuk demonstrative, dan perbandingan comparatives. Pronomina adalah kata ganti diri untuk orang seperti kamu, engkau, saya. Penunjuk menyatakan posisi partisipan atau sirkumstan relatif kepada pemakai bahasa seperti ini, itu, di sini, di situ. Perbandingan Universitas Sumatera Utara meletkkan dua proses, partisipan atau sirkumstan atau lebih pada perspektif pemakai bahasa dengan mendapat proses, partisipan, sirkumstan tertentu sama dalam, lebih dalam kualitas dari yang lain, atau paling dalam kualitas dari sejumlah proses, partisipan, sirkumstan yang lain, seperti besar, lebih besar, paling besar. Perujukan merujuk kepada unsur sebelum atau selepas yang berkaitan dengan hubungan semantik. Perujukan dapat dilihat dari dua sudut, yaitu perujukan eksoforik dan perujukan endoforik. Perujukan eksoforik berasal dari kata “ekso” yaitu “keluar” yang berarti apabila kita tidak dapat menemukan rujukan dalam teks maka kita akan keluar dari teks agar dapat memahami teks tersebut. Selain itu perujukan eksoforik ini digunakan untuk merujuk kepada hal-hala yang mempunyai kaitan dengan situasi yang berkembang di depan penutur ataupun pendengar yang menerima pesan ataupun informasi yang telah disampaikan kepadanya. Halliday dan Hasan 1976 mengatakan bahwa perujukan eksoforik ini menerangkan tentang situasi yang merujuk kepada sesuatu yang telah didentifikasi dalam sesuatu konteks bagi sebuah situasi. Sedangkan Harimurti Kridalaksana 1982 memberikan pengertian bahwa perujukan eksoforik ini adalah fungsi yang menunjukkan kembali kepada sesuatu yang ada di luar daripada sebuah situasi. Hal ini berarti bahwa perujukan eksoforik ini adalah merujuk kepada hal-hal yang di luar daripada konteks. Menurut Azmi Abdullah 2005 perujukan eksoforik terbagi ke dalam tiga jenis yaitu: Universitas Sumatera Utara

a. Konteks Segera

Dalam konteks segera atau dikenal dengan Immediate Context, kita dapat langsung memahami maksud kalimat itu melalui pemahaman yang berdasarkan dua hal. Pertama, pengetahuan shared knowledge dalam contoh kalimat, “Keadaan ekonomi dunia sekarang gawat. Oleh karena itu, pemerintah mengambil beberapa langkah yang praktis untuk menangani masalah tersebut.“ Kedua, pengetahuan dunia wacana dalam contoh kalimat, “Terlihat dari kelakuannya, Pangeran Charles marah kepada Putri Diana”. Dari contoh kalimat tersebut dapat dilihat bahwa ada kalimat atau wacana yang tidak segera memberikan pemahaman atau maksud kalimat tersebut sehingga memerlukan rujukan terhadap konteks sebelumnya.

b. Perujukan Endoforik

Perujukan endoforik ini merujuk kepada apa yang hanya ada di dalam sebuah teks. Seperti apa yang telah dijelaskan oleh Halliday dan Hasan 1976 yang mengatakan bahwa perujukan endoforik ini merujuk hanya kepada teks. Harimurti Kridalaksana 1982 memberikan pendapat bahwa perujukan endoforik ini adalah hal atau fungsi yang menunjukkan kembali pada hal-hal yang ada dalam wacana, termasuk pada perujukan anaforik dan perujukan kataforik.

c. Perujukan Anaforik

Perbedaan antara perujukan anaforik dan kataforik dilihat dari letak perujuk dan penganjur. Letak “perujuk” dalam perujukan anaforik adalah di belakang “penganjur”. Universitas Sumatera Utara