Contohnya, apabila penutur telah mengucapkan klausa Banjir di desa itu telah membawa korban jiwa, pemunculan klausa Ketegangan di Bangkok antara
kelompok baju merah dan pemerintah meningkat tidak relevan lagi. Sebagai akibat pemunculan banjir di desa itu, klausa yang lebih relevan adalah Regu penolong dan
bantuan pangan telah didatangkan. Ini berarti, pemunculan sumber daya bahasa pertama sekali memegang peran penting dalam pemunculan sumber daya yang lain.
Sumber daya bahasa yang pertama disampaikan, yang disebabkan oleh pengaruh konteks pemakaian bahasa, memiliki fungsi yang berbeda bagi penutur addresser
dan mitra tutur addressee. Bagi penutur unsur pertama ini merupakan unsur penting. Unsur pertama inilah yang akan diuraikan dalam sumber daya berikutnya atau yang
menjadi tumpuan dalam pemunculan sumber daya berikutnya. Sumber daya pertama dalam satu unit pengalaman atau klausa dalam perspektif penutur disebut Tema
Theme dan sumber daya bahasa berikutnya setelah tema disebut Rema Rheme. Bagi mitra tutur, unsur pertama menjadi tidak jelas atau hilang karena sudah
terlalu lama terdengar dalam bahasa lisan. Sementara itu, unsur yang terakhir menjadi jelas karena terakhir disampaikan dan masih dapat disimak dalam proses penuturan.
Dengan demikian, dari perspektif pendengar atau mitra tutur, unsur pertama disebut Lama Given, sementara unsur terakhir disebut Baru New.
2.4.1 Alasan Memilih Teori Systemic Functional Linguistics
Teori Systemic Functional Linguistics adalah teori yang memandang bahwa kajian bahasa tidak terlepas dari konteksnya. Berkaitan dengan penelitian ini, kajian
Universitas Sumatera Utara
translasi tidak lepas dari kajian terhadap teks dan konteks. Dalam hal ini, baik teks dan hasil translasi merupakan produk teks yang baru dan itu merupakan unit bahasa yang
fungsional dalam konteks sosial. Artinya, teks sumber dan teks sasaran adalah unit arti atau unit semantik dan dapat direalisasikan oleh berbagai unit tata bahasa.
Teori Systemic Functional Linguistics sangat potensial dengan berbagai
dimensi analisis dalam teks dan wacana. Dalam dimensi bahasa, analisis dapat dilakukan terhadap tiga strata bahasa yaitu semantik, leksikogramatika, dan fonologi
atau ortografi. Ketiga strata ini mempunyai pengertian bahwa suatu makna direalisasikan ke dalam tata bahasa atau disebut leksikogramatika dan akhirnya
direalisasikan ke dalam bunyi bahasa ataupun tulisan.
Selaras dengan penjelasan di atas, analisis juga dapat diterapkan kepada teks sumber dan teks sasaran translasi. Analisis kedua teks tersebut dapat diterapkan dari
dimensi rangkaian teks cohesion dan dimensi koherensi yang merupakan susunan tata cara yang terjalin erat dan teratur satu sama lain.
Pendekatan Systemic Functional Linguistics terhadap analisis teks juga mencakup analisis konteks. Konteks atau konteks sosial context selalu menyertai
teks dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Halliday mengistilahkan construal yaitu adanya hubungan konstrual bahwa konteks sosial yang menentukan dan
ditentukan oleh teks. Menurut Halliday 1978 dalam Saragih 2007:2, konteks sosial terbagi tiga yaitu konteks situasi register, konteks budaya genre, dan konteks
ideologi. Konteks situasi merupakan unsur yang penting dalam bahasa karena manusia berbicara atau menulis harus disesuaikan dengan konteks situasinya.
Universitas Sumatera Utara
Kelebihan lainnya teori Systemic Functional Linguistics adalah pada analisis konteks budaya teks sebagai aktivitas sosial bertahap untuk mencapai suatu tujuan
keberhasilan teks mencapai sasarannya. Teori ini memandang teks mempunyai ciri budaya yang memberi karakteristik atau fitur pada teks tersebut. Dalam suatu interaksi
sosial teks, ia harus melalui suatu tahapan untuk menghasilkan tujuan yang tepat sasaran dan setiap teks membawa misi yang berbeda sehingga dengan demikian teks
ini juga menghasilkan karakteristik tahapan yang berbeda-beda. Konteks budaya disebut juga dengan genre yaitu kegiatan berbahasa yang
bertahap, bermatlamat sebagai aktivitas yang berorientasi pada tujuan di mana penulispenutur melibatkan diri sebagai anggota-anggota dari budaya itu sendiri
Sinar, 2003:68. Selanjutnya, konteks teks mempunyai ideologi yang merujuk sikap, nilai yang dikontruksikan secara sosial menjadi konsep yang diyakini oleh masyarakat.
Dengan demikian, bahasa yang terdiri atas unsur makna semantik, tata bahasa leksikogrammar dan bunyi fonologi mempunyai konteks situasi budaya di atasnya.
Ketiga jenis konteks ini direalisasikan oleh bahasa seperti terdapat dalam diagram berikut.
Figura 2.8: Hubungan Teks dan Konteks Saragih, 2006:3
Ideologi Budaya
Situasi Semantik Tata
Bahasa Fonologi
Universitas Sumatera Utara
Untuk itu semua, maka peneliti akhirnya memilih teori Systemic Functional Linguistics. Hal ini dimaksudkan agar di dalam perjalanan panjang penelitian ini dapat
mengeksplorasi teks dengan memahami dan mengkaji unsur-unsur yang terdapat di dalam bahasa, yaitu analisis tekstual dan di luar bahasa yaitu konteks sosial bahasa
yang mencakup konteks situasi register. Hal itu disebabkan bahasa tidak dapat dipisahkan dari konteksnya. Dengan kata lain, untuk memahami bahasa maka
sebaiknya memahami konteks.
2.4.2 Berbagai Model Systemic Functional Linguistics