303
Kapasitas yang kuat dan produktivitas yang tinggi menyebabkan posisi ketiga kawasan ini menjadi basis perikanan sunglir di Maluku Tengah. Saparua yang
memiliki agregasi tipologi sebagai kawasan periferi aktif merupakan kawasan pendukung pengembangan industri perikanan kembung di ketiga kawasan inti.
8.2.3 Aplikasi Model TipoSan bagi pengembangan kawasan perikanan
Hasil analisis dengan menggunakan Model TipoSan_1 dan TipoSan_2
memberikan implikasi yang kuat bagi pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil di Maluku Tengah. Karakter kawasan yang ditunjukan dengan kapasitas dan
produktivitas menempatkan seluruh kawasan pada tipologi yang berbeda.
Model TipoSan_1 diaplikasikan untuk penentuan status tipologi kawasan
pengembangan karena model ini mengakomodasi dinamika komponen-komponen
sistem perikanan pada aspek kapasitas maupun produktivitas. Model TipoSan_2
berimplikasi pada justifikasi fungsi kawasan sebagai basis pengembangan komoditas unggulan yang didukung dengan teknologi penangkapan ikan pilihan.
Status tipologi kawasan menunjukkan adanya: 1 lima kawasan inti, masing-masing Kota Masohi, Leihitu, Saparua, Tehoru dan Amahai; 2 dua
kawasan periferi aktif yaitu Salahutu dan Nusalaut; 3 satu kawasan periferi pasif yaitu Pulau Haruku; dan 4 satu kawasan periferi netral yaitu TNS Tabel 52.
Hasil ini membuktikan Maluku Tengah merupakan wilayah yang potensial untuk pengembangan perikanan pelagis kecil. Hal ini terjawab dari eksistensi lima
kawasan intinya yang berpotensi dikembangkan sebagai pusat industri perikanan pelagis kecil. Namun demikian, setiap kawasan memiliki basis pengembangan
komoditas unggulan dengan potensi teknologi penangkapan ikan pilihan. Peluang pengembangan untuk kelima kawasan inti yang dapat dijadikan
sebagai pusat pengembangan perikanan pelagis kecil. Pertama, kawasan Saparua dengan empat basis komoditas unggulan ikan layang, selar, kembung dan sunglir.
Kebutuhan utama teknologi penangkapan ikan pilihan untuk kepentingan pengembangan komoditas unggulan tersebut adalah pukat cincin.
Kedua, kawasan Leihitu merupakan salah satu kawasan inti yang berpotensi menjadi pusat utama perikanan pelagis kecil. Kawasan ini juga
memiliki empat basis komoditas unggulan, yakni ikan layang selar, kembung dan
304
sunglir. Potensi teknologi penangkapan ikan pilihan untuk kawasan ini adalah puka cincin dan pancing tegak.
Tabel 52 Basis pengembangan komoditas unggulan dan potensi teknologi penangkapan ikan pilihan untuk kawasan inti pusat pengembangan perikanan pelagis kecil
di wilayah Selatan Maluku Tengah
Kawasan inti pusat pengembangan
Basis pengembangan komoditas unggulan
Potensi teknologi penangkapan ikan pilihan
Saparua Ikan layang
Pukat cincin Ikan selar
Pukat cincin Ikan kembung
Pukat cincin Ikan sunglir
Pukat cincin
Leihitu Ikan layang
Pukat cincin Pancing tegak
Ikan selar Pukat cincin
Pancing tegak Ikan kembung
Pukat cincin Pancing tegak
Ikan sunglir Pukat cincin
Pancing tegak Amahai
Ikan sunglir Bagan apung
Tehoru Ikan layang
Pancing tegak Ikan kembung
Pancing tegak Ikan sunglir
Pancing tegak
Kota Masohi Ikan layang
Pukat cincin Bagan apung
Ikan selar Pukat cincin
Bagan apung Ikan kembung
Pukat cincin Bagan apung
Ikan teri Bagan apung
Ikan sunglir Pukat cincin
Ketiga, kawasan Amahai merupakan satu-satunya kawasan inti yang memiliki satu komoditas unggulan, yaitu ikan sunglir. Potensi teknologi
penangkapan ikan pilihan pada kawasan ini hanya terfokus pada bagan apung. Keempat, Tehoru yang termasuk dalam kelompok kawasan inti memiliki
potensi perikanan pelagis kecil yang berbasis pada tiga komoditas unggulaan, yaitu: ikan layang, kembung dan sunglir. Seluruh komoditas unggulan di kawasan
ini didukung dengan teknologi penangkapan ikan pancing tegak.