Kebaharuan Model dinamika spasial sistem perikanan kasus pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tengah
21
Untuk kepentingan analisis daerah penangkapan ikan, Harsanugraha dan Parwati 1996 menyatakan data SPL dapat diperoleh melalui dua metode, yaitu:
1. Metode konvensional, dengan melakukan pengukuran secara langsung di
lokasi pengamatan menggunakan alat-alat pengukur suhu di permukaan laut; 2.
Metode estimasi data SPL, dengan cara memanfaatkan potensi dan kemampuan wahana satelit penginderaan jauh.
Terkait dengan keterkaitan distribusi ikan pelagis kecil dengan SPL, Indrawatit 2000 menyatakan bahwa ikan pelagis kecil dari jenis lemuru
Sardinella lemuru yang tertangkap di perairan Selat Bali berada pada kisaran suhu permukaan laut 25,01
o
C – 29,00
o
C. Nurdin et al. 2012 dalam penelitiannya menemukan bahwa salah satu ikan jenis pelagis kecil, kembung R. kanagurta
memiliki kisaran SPL yang disukai antara 29,94 ± 0,230
o
C.
2 Klorofil-a Klorofil-a adalah salah satu pigmen fotosintesis yang paling penting bagi
organisme yang ada di perairan. Ada tiga macam klorofil yang dikenali hingga saat ini dan dimiliki fitoplankton yaitu, klorofil-a, klorofil-b, dan klorofil-c. Di
samping itu ada beberapa jenis pigmen yang paling umum terdapat pada fitoplankton, oleh karena itu konsentrasi fitoplankton sering dinyatakan dalam
konsentrasi klorofil-a Parson et al., 1984.
Kecepatan pembentukan bahan organik dalam proses fotosintesis pada satu luasan tertentu dari perairan dikenal dengan produktivitas primer perairan. Di
lautan fitoplankton memegang peranan penting sebagai produsen primer. Oleh karena itu klorofil-a fitoplankton sering dinyatakan sebagai indeks produktivitas
biologi di lingkungan oseanik yang dikaitkan dengan produksi ikan. Konsentrasi klorofil yang tinggi lebih dari 2.0 mgm
3
dapat menopang perkembangan perikanan komersial.
Konsentrasi klorofil-a di lautan memiliki nilai yang berbeda secara vertikal, dimana hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi seperti suhu
permukaan laut, angin, arus dan lain-lain. Fluktuasi nilai tersebut bisa diamati dengan melakukan pengukuran secara langsung atau dengan menggunakan
teknologi inderaja. Konsentrasi klorofil-a di suatu perairan dapat memberikan
22
rona laut yang khas sehingga melalui metode inderaja yang menggunakan wahana satelit, konsentrasi pigmen tersebut bisa diduga.
Klorofil-a merupakan parameter dasar yang digunakan bersama-sama dengan SPL untuk penentuan daerah penangkapan ikan potensial Indrawatit,
2000; Hasyim, 2003; Nurdin et al., 2012. Keterkaitan distribusi kandungan klorofil-a dengan ikan pelagis kecil diterangkan oleh Nurdin et al. 2012, dimana
kisaran kandungan klorofil-a yang disukai oleh ikan pelagis kecil dari jenis kembung R. kanagurta antara 0,31 ± 0,10 mgm
3
. Jika dilihat dari kisaran kandungan klorofil-a ini, dan dibandingkan dengan distribusinya pada perairan
Maluku Tengah, maka perairan ini berpotensi menjadi lokasi distribusi ikan pelagis kecil dari jenis kembung.