Roadmap implementasi kebijakan pemerintah pusat

248 5. Usaha Perikanan Tangkap, mengedepankan bagian penting dari pengelolaan perikanan dalam konteks pemanfaatan untuk sub sektor perikanan tangkap. 6. Usaha Perikanan Budidaya, mengedepankan bagian penting dari pengelolaan perikanan dalam konteks pemanfaatan untuk sub sektor perikanan budidaya atau budidaya perairan. 7. Usaha Pengolahan Hasil Perikanan, mengedepankan bagian penting dari pengelolaan perikanan dalam konteks pemanfaatan untuk sub sektor pengolahan hasil perikanan. 8. Konservasi Sumber Daya Ikan, memberikan justifikasi tentang usaha yang dilakukan terkait dengan konservasi sumber daya ikan yang menjadi bagian penting dalam menjaga keberlanjutan pengelolaan perikanan. 9. Manajemen Informasi dan Data Statistik Perikanan, mengatur tentang sistem informasi dan data statistik perikanan yang harus dibangun sebagai basis untuk mendukung upaya-upaya pengelolaan perikanan. 10. Pungutan Perikanan, mengatur tentang sistem pungutan perikanan yang diarahkan untuk mendukung pengelolaan perikanan. 11. Penelitian dan Pengembangan Perikanan, ini mengatur tentang pentingnya kegiatan penelitian dan pengembangan perikanan dalam mendukung pengelolaan perikanan. 12. Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan, mengatur tentang pentingnya kegiatan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan perikanan untuk mendukung pengembangan kapasitas sumber daya manusia yang mendukung pengelolaan dan pemanfaatan perikanan. 13. Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Perikanan, mengatur tentang upaya-upaya pemebrdayaan masyarakat terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan. 14. Pengawasan Perikanan, mengatur tentang mekanisme pengawasan yang terkait dengan pemantauan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan. 15. Ketentuan Pidana, mengatur tentang tindakan pidana yang harus dilakukan dalam mendukung pengelolaan perikanan. 249 16. Ketentuan Peralihan, menunjukkan pentingnya waktu penerapan peraturan daerah ini. 17. Ketentuan Penutup, mengatur tentang bagian penutup dari upaya-upaya pengelolaan perikanan. Walaupun rumusan ini telah diselesaikan, namum penggunaannya sebagai alat kontrol terhadap pembangunan perikanan di daerah belum dilakukan. Hal ini disebabkan belum adanya kesepakatan implementasinya dan persetujuan secara menyeluruh melalui pengujian publik. Kondisi inilah yang menyebabkan masih adanya kelemahan Provinsi dalam mengeksekusi kebijakan yang terkait dengan pengaturan perikanan dan dukungan aspek legal bagi pembangunan perikanan di Maluku.

7.4.2 Rencana strategis pengelolaan perikanan Provinsi Maluku

Untuk mendukung pengembangan perikanan di Maluku, maka beberapa kebijakannya yang terkait dengan pembangunan perikanan tangkap di Maluku Tengah terdiri dari lima kelompok kebijakan. Pertama, kebijakan pengembangan infrastruktur perikanan tangkap, meliputi: 1 mendorong upaya pembangunan prasarana pengolahan hasil perikanan, laboratorium pembinaan dan pengujian mutu hasil perikanan, serta pasar higienis dan pusat jaringan usaha dan investasi; 2 mendorong upaya pembangunan dan peningkatan prasarana pendidikan dan diklat di bidang perikanan dan kelautan. Kedua, kebijakan pengembangan sumberdaya manusia perikanan tangkap, meliputi: 1 mengupayakan peningkatan jumlah dan mutu nelayan, pengolah ikan, pelaku pasar ikan dan buruh nelayan; 2 mendukung sepenuhnya upaya peningkatan jumlah dan mutu tenaga kerja pada sektor usaha perikanan. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia di Kabupaten Maluku untuk mendukung pengembangan perikanan tangkap. Ketiga, kebijakan pengembangan perikanan tangkap, meliputi: 1 peningkatan dan pengembangan jumlah armada, alat tangkap maupun alat bantu penangkapan ikan untuk daerah penangkapan di pantai dan lepas pantai terutama bagi wilayah pengelolaan perikanan yang masih memungkinkan; 2 Optimalisasi 250 usaha perikanan skala kecil berupa Optikapi, Optihankan dan Optisarkan yang didukung dengan kaji terap teknologi untuk menunjang pengembangan kegiatan perikanan tangkap. Kedua kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan dinamika pada kegiatan usaha perikanan tangkap di Maluku Tengah. Keempat, kebijakan pengembangan pasca panen hasil perikanan, meliputi: 1 peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana pasca panen; 2 peningkatan dan pengembangan teknologi pasca panen menyangkut pengkemasan dan pemasaran; serta 3 menetapkan dan menerapkan manajemen mutu terpadu di sentra produksi perikanan tangkap. Kebijakan ini diarahkan untuk peningkatan nilai tambah dan akses terhadap distribusi produk perikanan tangkap. Kelima, kebijakan peningkatan pengawasan sumberdaya perikanan, melelaui: 1 optimalisasi pengawasan dan pengendalian IUU Fishing dan pengrusakan ekosistem laut melalui penegakan hukum dan sistem penagwasan melekat; 2 pembinaan dan pengembangan sistem pengawasan berbasis masyarakat; 3 peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana pengawasan. Kebijakan ini terkait dengan upaya pengendalian pemanfaatan sumber daya ikan dan pencapaian keberlanjutan usaha di tingkat nelayan. Kelima kelompok kebijakan ini secara operasional diterjemahkan melalui elaborasi kebijakan strategis yang terkait dengan pengembangan perikanan tangkap di Maluku. Khusus untuk Maluku Tengah, kebijakan yang lebih operasional diarahkan dengan beberapa strategi berikut ini. Strategi penguatan kapasitas SDM perikanan dan kelautan serta kelembagaannya. Pertama, pengembangan sumberdaya manusia melalui: a pengidentifikasian karakteristik nelayan berdasarkan pendekatan gugus pulau; b peningkatan potensi sumberdaya nelayan sesuai karakteristik perikanan tiap kawasan; serta c pengkoordinasian perencanaan pengembangan sumberdaya manusia perikanan secara terpadu dengan seluruh lembaga pendidikan yang menunjang pengembangan SDM perikanan dan kelautan. Kedua, penguatan kapasitas aparatur perikanan dan kelautan melalui: a mengikutsertakan aparatur perikanan dan kelautan pada pendidikan penjenjangan; b peningkatan strata pendidikan aparatur perikanan dan kelautan; c serta mengikutsertakan aparatur perikanan dan kelautan dalam pendidikan dan 251 pelatihan profesional. Ketiga, peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan melalui: a pelatihan dan penyuluhan bagi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau kecil; serta b penyusunan modul pelatihan berbasis masyarakat yang mendukung upaya pelestarian lingkungan dan pengelolaan sumberdaya perikanankelautan. Strategi optimalisasi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan. Pertama, pengembangan penangkapan ikan melalui: a penyusunan rencana pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan dengan segala keunggulan di setiap kawasan baik sentra potensi maupun sentra produksi; b koordinasi intensif lintas Provinsi dikawasan Timur Indonesia dalam rangka pengelolaan bersama potensi perikanan dan kelautan pada daerah penangkapan yang saling berhubungan; c koordinasi intensif lintas untuk menyelaraskan program pengelolaan sumberdaya dengan tetap menjaga keseimbangan pengelolaan lintas wilayah; d penetapan pengalokasian basis usaha penangkapan ikan; serta e pemanfaatan data satelit untuk mendukung penangkapan ikan terutama bagi perikanan rakyat. Kedua, pengembangan pasca panen dan pemasaran melalui: a pendayagunaan fungsi dan peran laboratorium pengujian mutu hasil perikanan pada semua komoditas terutama produk-produk bernilai eksport; b peningkatan profesionalisme dan kesehatan analis uji mutu hasil perikanan; c pengembangan teknologi dan diversifikasi pengolahan dengan standar mutu baku bagi usaha pengolahan tradisional; d penerapan program manajemen mutu terpadu pada pasca panen perikanan; e palkanisasi perahukapal ikan, pemasyarakatan penggunaan es, perbaikan wadah pengumpulan dan pengangkutan ikan, penyediaan air bersih, pemasyarakatan penggunaan bahan pengawet serta pengembangan kemitraan yang lebih menguntungkan; f pengembangan pasar produk perikanan dan kelautan; g pengembangan pasar-pasar higienis. Strategi ekstensifikasi dan diversifikasi produk perikanan dan kelautan. Pertama, pengembangan energi dan kekayaan laut lainnya melalui: a input teknologi bagi pengembangan energi listrik tenaga ombak, angin dan arus laut untuk kepentingan desa nelayan; serta b pengembangan produksi garam untuk kegiatan pasca panen. Kedua, perwujudan otonomi daerah dalam sektor kelautan 252 dan perikanan melalui: a identifikasi komoditas unggulan berbasis sumberdaya perikanan dan kelautan pada setiap gugus pulau; b pengelolaan dan pengembangan produk-produk unggulan; serta c promosi dan pemasaran produk-produk unggulan. Ketiga, pengembangan jasa perikanan dan kelautan melalui: a penyiapan perangkat hukum pelayanan jasa perikanan dan kelautan; b pelayanan jasa pengujian mutu ekspor perikanan dan kelautan; serta c pelayanan jasa umum perikanan dan kelautan. Strategi optimalisasi pengawasan dan penegakan hukum melalui desentralisasi kewenangan yang lebih besar. Untuk kepentingan implementasi di lapangan ditetapkan kebijakan yang sangat operasional yakni pengawasan dan pengendalian sumberdaya melalui: a rasionalisasi perbandingan jumlah kapal penangkap ikan dengan jumlah tangkapan yang di bolehkan JTB; b intensifikasi pengawasan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan melalui pelaksanaan MCS, pendayagunaan PPNS dan pengawasan sumberdaya ikan serta koordinasi dengan kelembagaan pengawasan terkait untuk menjamin ketersedian potensi dan kesinambungan produksi perikanan; c pengawasan, pengendalian dan perlindungan ekosistem pesisir, laut dan pulau kecil; d pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan secara SISWASMAS; serta e penerbitan izin usaha perikanan dan kelautan. Strategi integrasi investor, stakeholders dan lembaga kemitraan. Pertama, peningkatan investasi untuk pembangunan infrastruktur, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup melalui: a penggalangan partisipasi masyarakat pesisir dan dunia usaha untuk membangun kemitraan usaha; b pengembangan kemitraan usaha perikanan dan pengembangan kelembagaan keuangan dan pemerhati usaha perikanan lain untuk mendukung pengembangan perikanan rakyat; b penggalangan kemitraan maupun investor dan koordinasi lintas mitra nasional maupun internasional; serta c pembentukan jaringan kerjasama antara lembaga pemerintah, LSM, Dunia Usaha dan Akademisi yang berperan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau kecil. Kedua, revitalisasi kelembagaan lokal dan kearifan tradisional melalui: a identifikasi dan optimalisasi peran potensi kelembagaan lokal dan kearifan tradisional yang 253 berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan; b penguatan kelembagaan lokal; serta c penguatan kelembagaan ekonomi nelayan. Strategi pengembangan infrastruktur dan sistem informasi perikanan dan kelautan. Untuk mendukungnya pada tingkat implementatif, kebijakan operasional yang ditetapkan adalah peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur perikanan dan kelautan melalui: a pendayagunaan sarana dan Prasarana Perikanan dan kelautan untuk mendukung operasionalisasi penangkapan ikan dan ekspor hasil perikanan dan kelautan; b peningkatan sarana dan fasilitas untuk mendukung kegiatan budidaya perairan; c peningkatan sarana dan fasilitas untuk mendukung kegiatan pasca panen; d penyediaan sarana fasilitas untuk mendukung pemusatan datainformasi perikanan dan kelautan.

7.4.3 Roadmap implementasi kebijakan pemerintah provinsi

Implementasi kebijakan strategis pemerintah Maluku dalam pembangunan perikanan tangkap Maluku Tengah tergambar pada roadmap kebijakan pengelolaan perikanannya. Dibandingkan implementasi kebijakan pemerintah pusat melalui pembiayaannya, kebijakan pemerintah Maluku di Maluku Tengah relatif sedikit, hanya mencapai enam kelompok kebijakan operasional, masing- masing: 1 pembinaan usaha perikanan; 2 penguatan kapasitas staf pengelola perikanan; 3 pembinaan dan pengendalian lingkungan; 4 penguatan kapasitas nelayan dan keluarga nelayan; 5 peningkatan kapasitas penyuluhan; serta 6 pengembangan sistem informasi perikanan Tabel 39. Keenam kelompok kebijakan menunjukkan adanya upaya pemerintah provinsi Maluku untuk mengimplementasikan kebijakan operasionalnya di Maluku Tengah, khususnya pada ruang kebijakan sosial dan politik. Kondisi ini sangat dipicu oleh adanya konsentrasi pemerintah provinsi terhadap pembangunan perikanan di 10 wilayah lain di Maluku. Namun demikian, sesuai dengan ruang kebijakan yang diimplementasi, upaya-upaya peningkatan kapasitas ekonomi perikanan tangkap yang didukung dengan ruang kebijakan budaya belum menunjukkan optimalnya implementasi kebijakan strategisnya. Implementasi kebijakan operasional seperti ini juga dipengaruhi oleh adanya prioritas wilayah terkait dengan pendaratan kebijakannya. Oleh sebab itu,