Dinamika pengelolaan melalui pengembangan kawasan perikanan
275
kebijakan sosial dan ekonomi adalah: 1 pembinaan usaha perikanan; 2 peningkatan pendapatan daerah dan stabilisasi harga; 3 penguatan kapasitas
nelayan dan keluarga nelayan; 4 pengembangan pengolahan hasil perikanan; serta 5 pengembangan distribusi dan pemasaran produk perikanan. Satu-satunya
kelompok kebijakan yang berorientasi pada kebijakan lingkungan dan SDI adalah pembinaan dan pengendalian lingkungan.
Distribusi rata-rata jumlah program menurut kelompok kebijakan pada level pemerintah otonom menunjukkan kelompok kebijakan politik sebanyak
tujuh program per tahun, kelompok kebijakan sosial-ekonomi 13 program per tahun, dan kelompok kebijakan lingkungan dan SDI sebanyak empat program per
tahun. Distribusinya secara tahunan dinyatakan dalam Gambar 48.
Gambar 48 Distribusi kelompok kebijakan pemerintah Kabupaten Maluku Tengah
Distribusi program selama lima tahun 2006 – 2010 menggambarkan kebijakan sosial dan ekonomi memiliki jumlah terbanyak, kebijakan politik pada
posisi sedang dan terendah untuk kebijakan lingkungan dan SDI. Kebjiakan sosial dan ekonomi cukup fluktuatif, namun dalam dua tahun terakhir menunjukkan
adanya peningkatan walaupun di tahun sebelumnya terjadi penurunan. Pada tahun 2009, kebijakan politik menunjukkan penurunan yang tajam,
sedangkan peningkatan yang lambat terjadi pada kebijakan lingkungan dan SDI. Dalam tahun 2009 dan 2010 distribusi jumlah program cukup seimbang pada
kedua kelompok kebijakan.
9 9
10
4 5
11 15
15 12
13
6 3
3 4
5 2
4 6
8 10
12 14
16
1 2
3 4
5
Kebijakan Politik Kebijakan Sosial dan
Ekonomi Kebijakan Lingkungan
dan SDI
2006 2007
2008 2009
2010 Tahun
Ju m
la h
P ro
g ra
m
276
Kondisi yang berbeda antara kebijakan pusat dan provinsi dengan kabupaten menunjukkan bahwa kedekatan level kebijakan lebih menunjukkan
adanya keberpihakan kebijakan yang lebih kuat dibanding level kebijakan yang lebih jauh. Kondisi ini juga turut memberikan pengaruh terhadap dinamika
pengelolaan perikanan yang diinsiasi melalui implementasi kebijakannya. Kelompok kebijakan politik yang terdistribusi dengan jumlah yang banyak
pada level kebijakan pemerintah provinsi, juga tidak diikuti dengan pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan kawasan perikanan di Maluku Tengah.
Demikian juga kebijakan sosial dan ekonomi yang tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan.
Sementara itu, kelompok kebijakan lingkungan dan SDI yang sangat lemah sama sekali tidak memberikan pengaruh yang signifikan.
Kegagalan kebijakan yang lebih berorientasi pada aspek politik adalah karena dalam implementasinya, kurang terjadi terintegrasi dengan kelompok
kebijakan lain seperti sosial dan ekonomi serta lingkungan Charles, 2006. Oleh sebab itu, integrasi antar kelompok kebijakan menjadi penting untuk
dikembangkan di wilayah ini. Kurangnya orientasi kebijakan pemerintah terhadap pengendalian
lingkungan dan SDI menyebabkan pengaruhnya tidak signifikan terhadap dampak dari upaya-upaya pengendalian itu. Kegagalan kebijakan dalam pengendalian
lingkungan dan SDI disebabkan berbagai faktor, antara lain: lemahnya pengaturan waktu-waktu tangkap Da-Rocha et al., 2011, kurangnya pengendalian upaya
tangkap Charles, 2001; Widodo dan Suadi, 2006; Dunn et al., 2010, dan lemahnya pengawasan pemanfaatan SDI dan pengelolaan perikanan berkelanjutan
Bavinck and Salagrama, 2008; Laxe, 2010. Implementasi kebijakan pemerintah yang memberikan pengaruh terhadap
kondisi sosial dan ekonomi disebabkan karena adanya perhatian terhadap pengembangan kapasitas sosial maupun ekonomi masyarakat nelayan. De Young
et al. 2008 menyatakan suksesnya suatu kebijakan pemerintah berkaitan erat dengan fokus implementasinya. Sasaran peningkatan kesejahteraan masyarakat
nelayan merupakan bentuk dari implementasi kebijakan yang berorientasi pada peningkatan kapasitas sosial dan ekonomi.
277
Sesuai dengan hasil analisis menyeluruh pada wilayah penelitian ini, maka kebijakan pemerintah yang berorientasi politik serta lingkungan dan SDI masih
harus didorong lebih baik lagi dan diimplementasikan secara integratif dengan kelompok kebijakan lainnya. Dampak kebijakan pemerintah pusat dan kabupaten
yang cukup baik untuk kondisi sosial dan ekonomi harus tetap dipertahankan serta dikembangkan untuk mencapai sasaran pembangunan perikanan berkelanjutan.
2 Dinamika indikator perkembangan kawasan perikanan Indikator perkembangan kawasan meliputi tingkat implementasi strategi
TIS, kinerja kawasan perikanan KKP dan capaian tujuan pembangunan perikanan CTPP. Analisis terhadap dinamika indikator pengembangan kawasan
perikanan didasarkan pada dampak dari pengembangan kawasan perikanan terhadap ketiga indikatornya.
Hasil analisis yang diekspresikan secara tabular pada Tabel 47 menunjukkan PKP berpengaruh positif terhadap seluruh indikator perkembangan
kawasan perikanan. Namun demikian, pengaruh yang diberikan baik terhadap tingkat implementasi strategi TIS, kinerja kawasan perikanan KKP maupun
capaian tujuan pembangunan perikanan CTPP, tidak signifikan.
Tabel 47 Koefisien pengaruh Kp dan probabilitas P pengembangan kawasan
perikanan terhadap indikator perkembangan kawasan perikanan di Maluku Tengah
Interaksi Kp
SE C.R.
P TIS
-- PKP
0.716 Fix
KKP --
PKP 0,152
Fix CTPP
-- PKP
0,343 Fix
Hasil ini menunjukkan bahwa pengembangan kawasan perikanan tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi ketiga indikator perkembangan kawasan.
Kabupaten Maluku Tengah membutuhkan sentuhan kebijakan yang lebih intensif dan integratif bagi pengembangan kawasan perikanan. Soemokaryo 2006
menjelaskan integrasi kebijakan pengembangan kawasan dalam pembangunan perikanan di Indonesia merupakan strategi yang sangat penting dilakukan dengan
278
mencermati faktor-faktor yang terkait di dalamnya. Lebih lanjut dikemukakan bahwa faktor-faktor yang saling terkait antar lingkungan usaha perikanan
internal, industri dan eksternal, kebijakan pemerintah pusat dan daerah, kinerja sektor perikanan termasuk kinerja usaha perikanan tangkap dan kinerja industri
pengolahan serta tujuan pembangunan perikanan. Secara agregat, hasil ini juga membuktikan tiga hal penting dalam
pengembangan kawasan perikanan di Maluku Tengah. Pertama, dalam konteks tingkatan implementasi strategi, upaya pengembangan kawasan perikanan belum
memberikan pengaruh terhadap pengembangan infrastruktur dan sarana perikanan, pengembangan kapasitas nelayan dan pengembangan institusional.
Kedua, dalam konteks kinerja kawasan perikanan, upaya pengembangan kawasan perikanan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang
mendukung pengelolaan perikanan, kinerja pelayanan terhadap nelayan sebagai pelanggan utama pengelolaan perikanan di tingkat lokal, dan kinerja proses
internal pengelola perikanan di daerah. Wahab 2004 menyatakan kondisi ini sangat mungkin terjadi, ketika implementasi kebijakan pemerintah dilakukan
dengan pendekatan acak untuk menyeimbangkan program antar daerah atau karena kebetulan kebijakan diarahkan sesuai keinginan daerah. Artinya, kinerja
kawasan perikanan tidak akan meningkat apabila implementasi kebijakan pengembangan kawasan perikanan tidak sesuai dengan rencana yang dibangun
secara sistematis. Ketiga, dalam konteks capaian tujuan pembangunan perikanan, upaya
pengembangan kawasan perikanan belum memberikan pengaruh terhadap pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi di
tingkat masyarakat dan wilayah. Soemokaryo 2006 menerangkan capaian tujuan pembangunan perikanan sebagai dampak dari pengembangan kawasan perikanan
akan berjalan efektif dan memberikan pengaruh yang signifikan ketika faktor- faktor pendorong dinamika kawasan seperti kebijakan pemerintah di berbagai
tingkatan memiliki keterkaitan yang kuat. Artinya, integrasi kebijakan menjadi penting untuk diterapkan sebagai langkah pendapaian tujuan pembangunan
perikanan.
279
3 Interaksi indikator perkembangan kawasan perikanan Interaksi antara indikator perkembangan kawasan perikanan terkait dengan
upaya pengembangan kawasan menunjukkan dinamika yang berbeda untuk tiap indikator. Hasil analisis sebagaimana diekpresikan pada Tabel 48 menunjukkan
bahwa ketiga indikator perkembangan kawasan memberikan pengaruh positif terhadap seluruh variabelnya. Demikian juga, interaksi antar indikator
menunjukkan hubungan yang positif. Namun, tidak seluruhnya memiliki pengaruh yang signifikan.
Tabel 48 Koefisien pengaruh Kp dan probabilitas P interaksi indikator perkembangan kawasan perikanan di Maluku Tengah
Interaksi Kp
SE C.R.
P KKP
-- TIS
0,252 0,317
0,795 0,427
CTPP --
TIS 0,775
0,723 1,762
0,078 Y11
-- TIS
1.000 Fix
Y12 --
TIS 1,279
0,431 2,966
0,003 Y13
-- TIS
0,242 0,103
2,344 0,019
CTPP --
KKP 0,016
Fix Y21
-- KKP
1,000 Fix
Y22 --
KKP 0,321
0,496 0,647
0,517 Y23
-- KKP
4,018 1,613
2,491 0,013
Y31 --
CTPP 0,336
0,353 0,952
0,341 Y32
-- CTPP
1,901 0,907
2,095 0,036
Y33 --
CTPP 1,000
Fix
Tingkat implementasi strategi belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja kawasan perikanan dan capaian tujuan pembangunan
perikanan di Maluku Tengah. Demikian juga kinerja kawasan perikanan belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap capaian tujuan pembangunan
perikanan. Secara parsial, indikator-indikator perkembangan kawasan perikanan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap beberapa variabel pembentuknya. Pertama, TIS hanya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
280
pengembangan kapasitas nelayan Y12 dan pengembangan institusional Y13. Hasil ini membuktikan bahwa tingkat implementasi strategis pengembangan
kawasan perikanan di Maluku Tengah belum memberikan pengaruh terhadap pengembangan infrastruktur dan sarana perikanan. Sebagai konsekuensi dari hasil
ini, upaya-upaya pengembangan kawasan perikanan di Maluku Tengah masih harus meningkatkan fokus pengembangan pada infrastruktur dan sarana
perikanan. Kedua, KKP hanya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja proses internal Y23. Hasil ini membuktikan kinerja kawasan perikanan masih harus didorong lebih baik lagi pada upaya peningkatan kinerja keuangan
dan pelayanan terhadap nelayan dan pelaku usaha perikanan pelagis kecil di Maluku Tengah. Kinerja kawasan perikanan akan memberikan pengaruh yang
signifikan ketika lingkungan usaha berkembang dengan baik Kohar et al., 2008; Mustaruddin, 2009, dan mendapat dukungan yang kuat dari kebijakan pemerintah
pusat maupun daerah Kohar et al., 2008. Ketiga, CTPP hanya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penyediaan lapangan kerja Y32. Dengan demikian, capaian tujuan pembangunan perikanan belum memberikan dampak bagi pengentasan kemiskinan dan
pertumbuhan ekonomi di tingkat masyarakat dan wilayah. Oleh sebab itu, arahan pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil di Maluku Tengah harus juga
mengakomodasi upaya-upaya untuk mereduksi tingkat kemiskinan nelayan dan pertumbuhan ekonomi.
Wahab 2004 menyatakan kebijakan suatu pemerintah memiliki implikasi antara lain, pertama, kebijakan pemerintah pusat lebih merupakan tindakan yang
mengarah pada tujuan dibanding sebagai perilaku atau tindakan yang serba acak atau kebetulan. Kedua, kebijakan terdiri dari tindakan-tindakan yang saling
terkait. Ketiga, kebijakan mungkin bersifat positif mungkin pula negatif. Pandangan ini menerangkan kebijakan pusat merupakan tindakan yang memiliki
tujuan dan terarah, sehingga kebijakan pada level pemerintah ini masih dibutuhkan untuk menentukan keberhasilan suatu program di tingkat nasional dan
juga daerah.
281
Walaupun demikian, eksistensi kebijakan pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten juga menjadi penting sebagai tindakan yang terarah dan
memiliki hubungan yang kuat terhadap pengembangan kawasan perikanan di daerah. Hal ini sesuai dengan kedekatannya upaya pengembangan kawasan
perikanan di tingkat lokal daerah. Pemerintah daerah otonom kabupaten menjadi ujung tombak implementasi kebijakan yang sesuai dengan persoalan yang harus
direduksi. Seluruh hasil analisis pengelolaan dengan pendekatan persamaan
struktural menghendaki adanya peningkatan perhatian pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten, dalam mendukung peningkatan
dinamika pembangunan perikanan di daerah. Lemahnya implementasi strategi akan berdampak pada melemahnya kinerja kawasan dan upaya pencapaian tujuan
pembangunan perikanan. Implementasi kebijakan pembangunan kawasan perikanan menurut
Charles 2006, setidaknya dilakukan dengan dua pendekatan, pertama, melalui kebijakan reduksi kapasitas, tidak hanya diarahkan pada sasaran sosial, namun
juga pada instrumen kebijakan, dan dampak potensialnya adalah pada aspek ekonomi, sosial, kesesuaian pengelolaan dan perlindungan lingkungan perairan
dan SDI. Kedua, kebijakan diversifikasi ekonomi melalui tiga tingkat diversifikasi, meliputi 1 dorongan untuk perikanan multi-spesies, 2 mendorong
beberapa sumber mata pencaharian bagi nelayan, dan 3 diversifikasi perekonomian di tingkat nelayan. Beberapa pendekatan untuk diversifikasi
ekonomi: 1 menciptakan alternatif pekerjaan berbasis pada potensi sumberdaya lokal yang dimiliki; 2 mengatasi kendala makro pada pembangunan daerah, dan
pengaturan kelembagaan pemerintahan lokal yang bertanggung pada pengelolaan perikanan secara efektif.