Tipologi kawasan berbasis komoditas unggulan ikan teri
304
sunglir. Potensi teknologi penangkapan ikan pilihan untuk kawasan ini adalah puka cincin dan pancing tegak.
Tabel 52 Basis pengembangan komoditas unggulan dan potensi teknologi penangkapan ikan pilihan untuk kawasan inti pusat pengembangan perikanan pelagis kecil
di wilayah Selatan Maluku Tengah
Kawasan inti pusat pengembangan
Basis pengembangan komoditas unggulan
Potensi teknologi penangkapan ikan pilihan
Saparua Ikan layang
Pukat cincin Ikan selar
Pukat cincin Ikan kembung
Pukat cincin Ikan sunglir
Pukat cincin
Leihitu Ikan layang
Pukat cincin Pancing tegak
Ikan selar Pukat cincin
Pancing tegak Ikan kembung
Pukat cincin Pancing tegak
Ikan sunglir Pukat cincin
Pancing tegak Amahai
Ikan sunglir Bagan apung
Tehoru Ikan layang
Pancing tegak Ikan kembung
Pancing tegak Ikan sunglir
Pancing tegak
Kota Masohi Ikan layang
Pukat cincin Bagan apung
Ikan selar Pukat cincin
Bagan apung Ikan kembung
Pukat cincin Bagan apung
Ikan teri Bagan apung
Ikan sunglir Pukat cincin
Ketiga, kawasan Amahai merupakan satu-satunya kawasan inti yang memiliki satu komoditas unggulan, yaitu ikan sunglir. Potensi teknologi
penangkapan ikan pilihan pada kawasan ini hanya terfokus pada bagan apung. Keempat, Tehoru yang termasuk dalam kelompok kawasan inti memiliki
potensi perikanan pelagis kecil yang berbasis pada tiga komoditas unggulaan, yaitu: ikan layang, kembung dan sunglir. Seluruh komoditas unggulan di kawasan
ini didukung dengan teknologi penangkapan ikan pancing tegak.
305
Kelima, kawasan Kota Masohi merupakan kawasan inti dengan variasi komoditas pelagis kecil unggulan yang paling banyak. Hal ini terbukti dari basis
pengembangannya untuk seluruh komoditas unggulan yang direkoendasikan pengembangannya di kawasan ini. Komoditas pelagis kecil yang dimaksudkan
meliputi: ikan layang, selar, kembung, teri dan sunglir. Hasil pemetaan tipologi kawasan menunjukkan dua kawasan sebagai
periferi aktif, masing-masing: Salahutu dan Nusalaut. Pertama, Salahutu merupakan kawasan periferi aktif yang memiliki variasi komoditas pelagis kecil
terbanyak, meliputi: 1 ikan selar, kembung dan sunglir yang didukung dengan potensi terknologi penangkapan ikan pukat cincin; 2 ikan teri yang didukung
dengan potensi teknologi bagan apung. Eksistensi Salahutu sebagai periferi aktif dengan variasi komoditas unggulan yang banyak berpotensi menjadi pendukung
utama pengembangan perikanan pelagis kecil untuk seluruh kawasan inti. Kedua, kawasan Nusalaut hanya memiliki satu jenis komoditas pelagis
kecil unggulan, ikan kembung. Dukungan terhadap pengembangan perikanan kembung di kawasan ini berasal dari teknologi penangkapan ikan jaring insang.
Nusalaut merupakan satu-satunya kawasan yang direkomendasikan untuk menggunakan jaring insang sebagai alternatif teknologi penangkapan ikan pilihan.
Pulau Haruku merupakan kawasan tunggal yang berstatus sebagai periferi pasif. Kawasan ini memiliki peluang untuk mendukung kawasan inti melalui
pengembangan perikanan pelagis kecil dengan basis komoditas unggulan: 1 ikan layang yang didukung dengan potensi teknologi penangkapan ikan pilihan pukat
cincin; serta 2 ikan selar, kembung dan sunglir yang mendapat dukungan dari teknologi penangkapan ikan pilihan pukat cincin dan pancing tegak.
Kawasan periferi netral adalah kawasan dengan kapasitas yang sangat lemah dan produktivitasnya paling rendah. Kawasan yang teridentifikasi sebafai
periferi netral di wilayah ini adalah TNS. Sesuai dengan keterbatasannya, maka basis komoditas unggulannya hanya terbatas pada ikan layang dengan teknologi
pilihan pancing tegak. Abrahamsz et al. 2010 menyatakan eksistensi keempat kelompok
tipologi kawasan ini menunjukkan: 1 kawasan inti core area memiliki kapasitas produksi kuat dengan potensi ekonnomi perikanan yang tinggi; 2