Dinamika Musiman Klorofil-a Model dinamika spasial sistem perikanan kasus pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tengah

Maret 2010 April 2010 Mei 2010 Gambar 16 Distribusi kandungan klorofil-a pada musim peralihan Barat-Timur di Perairan Kabupaten Maluku Tengah, Tahun 2010 Juni 2010 Juli 2010 Agustus 2010 Gambar 17 Distribusi kandungan klorofil-a pada musim Timur di Perairan Kabupaten Maluku Tengah, Tahun 2010 Kandungan klorofil-a yang rendah selama musim Timur terkonsentrasi di perairan Selatan kepulauan Banda. Kondisi ini ditemukan pada bulan Juni dan Juli, dimana pada bulan-bulan ini kegiatan penangkapan di perairan Selatan kepulauan Banda berkurang dan jarang dilakukan. Distribusi kandungan klorofil-a yang masih tinggi ini di musim Peralihan Timur Barat, berkisar antara 0,5 – 0,7 mgm 3 . Di sisi lain, konsentrasi klorofil-a yang rendah umunya kurang dari 0,2 mgm 3 . Kisaran kandungan klorofil-a yang tinggi diduga masih dipengaruhi oleh distribusinya pada musim Timur. Hampir seluruh perairan Selat dan Teluk memiliki kandungan klorofil-a yang tinggi. Hal ini juga membuktikan bahwa perairan pesisir memberikan sumbangan kandungan klorofil yang cukup baik bagi perairan Maluku Tengah. Walaupun demikian, di akhir musim ini bulan November, konsentrasi klorofil-a yang rendah mulai mendominasi perairan Selatan Maluku Tengah Gambar 18. Hal ini disebabkan karena rendahnya curah hujan yang sehingga suplai unsur hara yang membantu pertumbuhan fitoplankton di perairan, menurun. Distribusi kandungan klorofil-a secara musiman juga menunjukkan adanya variasi secara temporal maupun secara spasial. Arinardi et al. 1997 menyatakan bahwa perairan Indonesia yang memiliki kandungan klorofil-a yang tinggi hampir selalu berkaitan dengan adanya pengadukan dasar perairan, dampak aliran sungai dan berlangsungnya proses penaikan masa air dari lapisan dalam ke permukaan. Klorofil-a di perairan laut akan lebih tinggi konsentrasinya pada perairan pantai dan pesisir, namun rendah di perairan laut lepas. Tingginya klorofil-a di perairan ini disebabkan karena adanya pasokan suplai nutrien melalui run-off sungai dari daratan, sedangkan rendahnya konsentrasi klorofil-a di perairan lepas pantai karena tidak adanya suplai nutrien secara langsung Nybaken, 1992. Namun Valiela 1984 menyatakan pada daerah-daerah tertentu di perairan lepas pantai dijumpai konsentrasi klorofil-a dalam jumlah yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses fisik masa air dalam mengangkat nutrien lapisan dalam ke lapisan permukaan. September 2010 Oktober 2010 Nopember 2010 Gambar 18 Distribusi kandungan klorofil-a pada musim peralihan Timur-Barat di Perairan Kabupaten Maluku Tengah, Tahun 2010 Pada musim Barat, terjadi penurunan kandungan klorofil-a yang cukup tajam, dari bulan Desember sampai Februari penurunan mencapai 1,95 mgm 3 . Distribusi kandungan klorofil-a pada musim peralihan Timur-Barat menunjukkan nilai rata-rata sekitar 0,25 mgm 3 . Kandungan klorofil-a tertinggi berkisar antara 0,4 – 2,65 mgm 3 terdistribusi perairan Selatan pulau Seram termasuk teluk Elpaputih dan teluk Tehoru, perairan sekitar pulau Ambon serta kepulauan Lease. Kondisi ini sesuai dengan temuan Vosjan and Nieuwland 1987 bahwa distribusi konsentrasi klorofil-a di Laut Banda pada musim Barat sangat rendah. Penurunan di musim Barat terjadi sampai dengan awal musim peralihan Barat-Timur bulan Maret. Fluktuasi kandungan klorofil-a dalam musim ini cukup dinamis karena terjadi peningkatan pada bulan April dengan kandungan klorofil-a tertinggi 2,18 mgm 3 . Dalam bulan Mei terjadi penurunan kandungan klorofil tertinggi sampai pada 1,35 mgm 3 . Walaupun di akhir musim terjadi penurunan, secara temporal distribusi kandungan klorofil-a dalam musim ini menunjukkan adanya tendensi kenaikan sebesar 2,13 mgm 3 . Berbeda dengan musim Barat dan peralihan Barat-Timur, distribusi kandungan klorofil-a secara temporal dalam musim Timur menunjukkan tendensi kenaikan sangat signifikan dan memuncak pada akhir musim bulan Agustus. Hal ini ditunjukkan dengan besaran gradien klorofil-a sejak awal musim sampai dengan akhir musim sebesar 2,38 mgm 3 . Musim ini merupakan musim puncak kandungan klorofil-a di perairan Maluku Tengah. Mengacu pada temuan Vosjan and Nieuwland 1987 distribusi konsentrasi klorofil-a di Laut Banda dengan konsentrasi tertinggi pada Musim Timur, dimana pada saat tersebut terjadi upwelling di Laut Banda, sedangkan klorofil-a terendah dijumpai di Musim Barat. Sediadi dan Edward 2000 menyatakan pada musim Timur kandungan rerata klorofil-a di perairan Selat Seram sekitar 1,23 mgm 3 , dengan kisaran kandungan klorofil-a antara 0,53 – 2,14. Distribusi rerata klorofil-a di perairan Selatan kepulauan Lease sekitar sekitar 0,64 mgm 3 , dengan kisaran kandungan klorofil-a antara 0,27 – 1,07 mgm 3 . Keadaan ini ada kaitannya dengan proses upwelling yang terjadi di Laut Banda pada musim Timur. Distribusi kandungan klorofil-a dalam musim peralihan Timur-Barat mengalami penurunan yang sangat tajam. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan kandungan klorofil-a sebesar 2,57 mgm 3 . Edward dan Tarigan 1998 yang menganalisis perbandingan distribusi klorofil-a secara spasial membuktikan bahwa rerata kandungan klorofil-a di Laut Seram dalam bulan September sebesar 0,40 mgm 3 . Berbeda dengan Laut Seram, distribusi rerata kandungan klorofil-a dalam bulan yang sama di Laut Banda sekitar 0,26 mgm 3 . Penurunan tajam pada awal musim sampai pertengahan musim, sedangkan di pertengahan musim sampai akhir musim penurunan relatif kecil. Walaupun terjadi penurunan kandungan klorofil-a, namun distribusinya berada pada kisaran yang menunjukkan suburnya perairan Maluku Tengah, terutama bulan September. Nontji 1993 menyatakan distribusi klorofil-a di Laut Banda pada September menunjukkan konsentrasi klorofil tertinggi di bagian Timur Laut Banda. Hasil penelitian Nurdin et al. 2012 menunjukkan kisaran kandungan klorofil-a yang disukai oleh ikan pelagis kecil dari jenis kembung R. kanagurta antara 0,31 ± 0,10 mgm 3 . Jika dilihat dari kisaran kandungan klorofil-a ini, dan dibandingkan dengan distribusinya pada perairan Maluku Tengah, maka perairan ini berpotensi menjadi lokasi distribusi ikan pelagis kecil dari jenis kembung.

5.5 Dinamika Musiman Daerah Penangkapan Ikan Pelagis Kecil

Dinamika DPI ditunjukkan dengan distribusinya secara musiman melalui pemetaan lokasi penangkapan ikan yang diakses nelayan. Pemetaan lokasi penangkapan yang dimaksudkan meliputi lokasi penangkapan ikan menggunakan dengan bagan perahu dan lokasi rumpon dimana aktivitas penangkapan dengan pukat cincin dan pancing tegak selalu mengaksesnya. Lokasi penangkapan dengan jaring insang hanyut yang cenderung terkonsentrasi di perairan dekat pantai.

5.5.1 DPI musim Barat

Hasil identifikasi secara musiman menunjukkan sedikitnya terdapat 132 lokasi titik DPI yang selalu diakses nelayan Maluku Tengah pada saat musim Barat Tabel 12. Sebanyak 81,82 lokasi yang teridentifikasi diakses nelayan pada titik rumpon untuk kepentingan penangkapan ikan dengan unit penangkapan pukat cincin dan pancing tegak, sedangkan 18,18 lainnya diakses untuk unit penangkapan bagan perahu. Tabel 12 Distribusi jumlah lokasi titik penangkapan yang selalu diakses tiap kawasan pengembangan perikanan pada musim Barat No. Kawasan Pengembangan Perikanan Rumpon Bagan Jumlah 1 Pulau Haruku 3 2,78 1 4,17 4 3,03 2 Salahutu 2 1,85 5 20,83 7 5,30 3 Saparua 4 3,70 0,00 4 3,03 4 Nusalaut 2 1,85 0,00 2 1,52 5 Kota Masohi 2 1,85 5 20,83 7 5,30 6 Amahai 2 1,85 5 20,83 7 5,30 7 Tehoru 24 22,22 0,00 24 18,18 8 Leihitu 69 63,89 8 33,33 77 58,33 Total 108 81,82 24 18,18 132 100,00 Sumber: DKP Kabupaten Maluku Tengah, 2011 diolah Distribusinya secara spasial menunjukkan kawasan Leihitu dan Tehoru memiliki jumlah lokasi penangkapan paling banyak, 77 dan 24 titik. Kontribusi terbanyak untuk kedua kawasan perikanan adalah dari akses nelayan tangkap terhadap lokasi rumpon, masing-masing 63,89 dan 22,22. Pemetaan 132 lokasi DPI pada musim Barat, menunjukkan konsentrasi akses DPI pada bagian Utara dan Timur setiap kawasan. Namun demikian, untuk kawasan Salahutu, DPI pada musim ini terdistribusi di bagian Selatan kawasan, sementara untuk kawasan Amahai dan Kota Masohi, DPI terkonsentrasi pada bagian Barat dan Selatan kawasan Gambar 19. Kondisi yang ditemukan pada kawasan Salahutu, Amahai dan Kota Masohi, memiliki perbedaan posisi geografis dibandingkan dengan kawasan lainnya. Hal ini disebabkan DPI pada ketiga kawasan ini terkonsentrasi pada perairan Teluk Baguala untuk kawasan Salahutu, serta Teluk Elpaputih untuk kawasan Amahai dan Kota Masohi. Eksistensi perairan Teluk pada ketiga kawasan ini memberikan perlindungan terhadap DPI dari pengaruh angin dan ombak yang bergerak dari arah Barat perairan Maluku Tengah bagian Selatan. Nelayan di Maluku Tengah cenderung memilih perairan yang agak tenang untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan, terutama untuk kelompok ikan pelagis kecil. 127 Gambar 19 Peta daerah penangkapan ikan pada musim barat di perairan Maluku Tengah bagian selatan Berbagai penelitian tentang terkonsentrasinya kegiatan penangkapan pada perairan teluk menerangkan bahwa hal ini terkondisikan karena adanya produktivitas perairan yang sangat baik Browder et al., 2005; Nurdin et al., 2012, sehingga spesies-spesies tertentu dari kelompok pelagis kecil cenderung tertangkap pada perairan seperti ini Lanz et al., 2008; Nurdin et al., 2012.

5.5.2 DPI musim peralihan Barat-Timur

Hasil identifikasi untuk musim Peralihan Barat-Timur menghasilkan 86 lokasi titik DPI yang selalu diakses nelayan Maluku Tengah Tabel 13. Sebanyak 88,37 lokasi diakses nelayan pada titik rumpon untuk penangkapan ikan dengan unit penangkapan pukat cincin dan pancing tegak, sedangkan 11,63 lainnya diakses nelayan untuk kegiatan penangkapan dengan bagan perahu. Tabel 13 Distribusi jumlah lokasi titik penangkapan yang selalu diakses tiap kawasan pengembangan perikanan pada musim Peralihan Barat-Timur No. Kawasan Pengembangan Perikanan Rumpon Bagan Jumlah 1 Haruku 3 3,95 1 10,00 4 4,65 2 Salahutu 2 2,63 3 30,00 5 5,81 3 Saparua 2 2,63 0,00 2 2,33 4 Nusalaut 1 1,32 0,00 1 1,16 5 Kota Masohi 2 2,63 3 30,00 5 5,81 6 Amahai 2 2,63 1 10,00 3 3,49 7 Tehoru 21 27,63 0,00 21 24,42 8 Leihitu 43 56,58 2 20,00 45 52,33 Total 76 88,37 10 11,63 86 100,00 Sumber: DKP Kabupaten Maluku Tengah, 2011 diolah Jika dibandingkan distribusi jumlah lokasi DPI dengan musim Barat, telah terjadi penurunan. Hal ini disebabkan kondisi perairan yang cenderung berombak pada perairan bagian Selatan. Kondisi inilah yang menyebabkan kegiatan penangkapan ikan tidak dilakukan di perairan Selatan Kabupaten Maluku Tengah. Distribusi DPI yang dipetakan masih menggambarkan bahwa kawasan Leihitu dan Tehoru memiliki akses tertinggi terhadap lokasi penangkapan ikan pelagis kecil, masing-masing 45 dan 21 titik. Kontribusi nilai akses yang tinggi adalah terhadap lokasi rumpon, masing-masing 56,58 dan 27,63. Pemetaan 86 titik DPI pada musim Peralihan Barat-Timur menunjukkan terkonsentrasinya akses nelayan pada kawasan tertentu. Perairan Selat Seram merupakan basis konsentrasi akses nelayan terhadap DPI. Kelompok DPI lainnya terkonsentrasi di Teluk Elpaputih bagian Timur, umumnya diakses oleh nelayan dari Leihitu dan Tehoru serta Kota Masohi dan Amahai Gambar 20. DPI pada kawasan Leihitu, Tehoru, Kota Masohi dan Amahai tidak mengelompok. Untuk Kota Masohi dan Amahai, DPI masih terkonsentrasi di Teluk Elpaputih. Hasil yang didapatkan pada musim Peralihan Barat-Timur dan musim Barat sebagaimana dikemukakan di atas, masih memberikan justifikasi tentang kuatnya peran perairan Teluk dan Selat sebagai basis-basis kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil di Maluku Tengah. Hasil yang ditemukan pada kedua musim membuktikan bahwa pengembangan kawasan perikanan di Maluku Tengah, memiliki kekuatan pada perikanan Teluk dan Selat. Namun demikian, eksistensi DPI yang mulai menyebar dan tidak terkonsentrasi merupakan dasar penting yang harus dicernati terkait dengan strategi nelayan untuk mengaksesnya. Pola distribusi DPI yang terkonsentrasi maupun menyebar pada perairan tertentu merupakan informasi penting bagi efisiensi usaha perikanan, terutama dalam penggunaan bahan bakar. Strategi pengembangan kawasan perikanan di Maluku Tengah dapat dilakukan dengan berbasis pada potensi DPI lokal, sehingga pengembangannya tidak harus mengikuti trend, baik karena kebijakan pusat atau pun karena naiknya harga komoditas perikanan tertentu.

5.5.3 DPI musim Timur

Hasil identifikasi secara musiman menunjukkan sedikitnya 144 lokasi titik DPI yang selalu diakses nelayan Maluku Tengah di musim Timur Tabel 14. Distribusi lokasi penangkapan ikan yang diakses nelayan pada titik rumpon, untuk kepentingan penangkapan ikan dengan pukat cincin dan pancing tegak. Perhitungan proporsinya menunjukkan distribusi titik rumpon sebanyak 86,11, dan 13,89 lainnya untuk unit penangkapan bagan perahu.