Kelayakan finansial Implikasi Dinamika Sub Sistem Manusia Bagi Pengembangan Kawasan Perikanan

Dari sepuluh jenis ikan dominan diproduksi di perairan Selatan Maluku Tengah, ikan layang merupakan satu-satunya komoditas yang memiliki jangkau pasar yang paling luas yaitu pasar ekspor. Hal ini dipengaruhi oleh adanya ketersediaan pasar luar negeri terhadap komoditas ini yang meningkat dari waktu ke waktu. Dua komoditas lain yang memiliki jangkau pasar dengan kategori pasar antar pulau adalah ikan selar dan ikan terbang. Tujuh komoditas lainnya hanya memiliki pasar lokal kabupaten dan provinsi. Identifikasi terhadap jenis ikan yang diolah untuk meningkatkan nilai tambah menggunakan pendekatan akumulasi nilai proporsional ANP dari produksi komoditas ikan pelagis kecil untuk setiap jenis olahan. Sesuai dengan hasil perhitungan ini, ikan layang memiliki ANP yang paling tinggi yang sebesar 108, sedangkan ANP terendah pada komoditas lemuru dan japuh masing-masing sebesar sembilan dan lima. Seluruh hasil dipetakan secara tabular untuk distandarisasi dan dibuat perangkingan keunggulannya. Tingkatan fungsi nilai dari keempat variabel yang dianalisis. Dengan pendekatan lima rangking teratas, terseleksi lima komoditas unggulan masing-masing dengan rataan fungsi nilainya: ikan layang 0,857, selar 0,410, sunglir 0,323, kembung 0,262 dan teri 0,173.

6.8.3.2 Unit penangkapan ikan pelagis kecil pilihan

Seleksi terhadap unit penangkapan ikan UPI pelagis kecil pilihan untuk dikembangkan di wilayah Maluku Tengah, didasarkan pada empat aspek penentu pada teknologi penangkapan ikan eksisting, masing-masing: teknis, finansial, lingkungan dan sosial. Analisis ini mengacu Sutisna 2007 dan dikembangkan sesuai kebutuhan perluasan analisis, dan untuk penelitian ini analisis dilakukan terhadap teknologi penangkapan ikan pelagis kecil yang dominan. Mengacu pada seluruh hasil analisis keragaan sistem perikanan pelagis kecil, dinamika dan dampak, seleksi terhadap UPI pelagis kecil pilihan dapat dilakukan. Pertama, pada aspek teknis terdapat empat variabel yang dianalisis, meliputi: 1 rata-rata nilai CPUE untuk kelima UPI dominan berkisar antara 0,0711 – 0,4402 tontrip, tertinggi pada pukat cincin dan terendah pada pancing tegak; 2 sesuai dengan tingkat produktivitasnya, kisaran rata-rata produksi setiap UPI antara 0,57 – 88,87 tontahun tertinggi pada pukat cincin dan terendah pada pancing tegak; serta 3 jarak jangkauan penangkapan untuk pukat pantai dan bagan apung pada wilayah perairan empat mil dari pantai, alat tangkap jaring insang dan pancing tegak dapat menjangkau perairan di atas empat mil namun tidak menjangkau wilayah 12 mil, sedangkan pukat cincin dapat mencapai perairan di atas 200 mil tergantung pada distribusi rumpon sebagai daerah tujuan tangkap. Gambaran aspek teknis ini memberikan justifikasi tentang rangking keragaan aspek teknis. UPI yang masuk dalam dalam tiga rangking teratas untuk aspek teknis adalah pukat cincin, bagan apung dan pukat pantai Tabel 29. Tabel 29 Keragaan aspek teknis teknologi penangkapan ikan pelagis kecil eksisting di perairan Selatan Maluku Tengah Jenis Teknologi CPUE tontrip Fungsi Nilai Prod. tahun ton Fungsi Nilai Jarak jangkau tangkap Fungsi Nilai Rataan Fungsi Nilai Rank Pukat pantai 0,3241 0,69 13,70 0,15 1 0,00 0,28 3 Pukat cincin 0,4402 1,00 88,87 1,00 3 1,00 1,00 1 Jaring insang hanyut 0,1038 0,09 0,96 0,00 2 0,50 0,20 4 Bagan apung 0,3833 0,85 65,15 0,73 1 0,00 0,53 2 Pancing tegak 0,0711 0,00 0,57 0,00 2 0,50 0,17 5 Keterangan: Sistem skoring untuk jarak jangkau penangkapan: Skor 1 = sekitar perairan pantai, maksimum 4 mil dari pantai Skor 2 = dapat mencapai perairan teritorial 12 mil dari pantai Skor 3 = dapat mencapai perairan lebih dari 200 mil dari pantai Kedua, penilaian aspek finansial mengacu pada hasil analisis dampak dinamika sistem perikanan terhadap kelayakan usaha perikanan pelagis kecil untuk lima UPI dominan. Tiga jenis UPI dengan rangking teratas masih didominasi oleh pukat cincin, bagan apung dan pukat pantai Tabel 30. Dominasi ketiga UPI pada aspek teknis diikuti dengan dominasinya pada aspek finansial. Ketiga, aspek lingkungan dianalisis dengan pendekatan hasil studi empiris dan hasil lapangan untuk membuktikan kebenaran hasil studi empiris. Monintja 2000 dalam Wiryawan et al. 2008 menyatakan ada sembilan kriteria suatu alat tangkap dapat dikatakan ramah lingkungan, dan untuk penelitian ini digunakan empat kriteria, masing-masing: mempunyai selektivitas yang tinggi, tidak merusak habitat, menghasilkan ikan berkualitas tinggi, dan by catch rendah. Tabel 30 Keragaan aspek finansial teknologi penangkapan ikan pelagis kecil eksisting di perairan Selatan Maluku Tengah Jenis Teknologi NPV Rp. 000 Fungsi Nilai Net BC Fungsi Nilai IRR Fungsi Nilai Profit Rp. 000 per unit Fungsi Nilai Rataan Fungsi Nilai Rank Pukat pantai 38,153 0,07 1,55 0,44 12,75 0,45 20,591 0,08 0,26 3 Pukat cincin 481,862 1,00 1,64 1,00 14,72 1,00 238,830 1,00 1,00 1 Jaring insang hanyut 5,579 0,00 1,49 0,06 11,28 0,04 3,292 0,00 0,03 4 Bagan apung 66,286 0,13 1,51 0,19 11,73 0,17 38,377 0,15 0,16 2 Pancing tegak 4,487 0,00 1,48 0,00 11,12 0,00 2,700 0,00 0,00 5 Pilihan terhadap keempat kriteria ini didasarkan pada penggunaan faktor yang berpengaruh langsung tehadap lingkungan perairan dan sumber daya ikan, disamping tujuan tangkap tidak diarahkan untuk jenis-jenis yang dilindungi dan tidak dilakukannya pengukuran terhadap tingkat kematian dan kerusakan habitat. Untuk pengembangan analisis ini, diberikan gambaran tentang karakteristik kelima alat tangkap ikan pelagis kecil dominan terkait dengan aspek lingkungan. Pukat pantai beach seine adalah salah satu jenis alat tangkap yang masih tergolong kedalam jenis alat tangkap pukat tepi, memiliki kantong dan bersayap atau kaki. Dengan eksistensi kantungnya yang memiliki ukuran mata jaring yang kecil mebuka peluang untuk memperoleh hasil tangkapan dari berbagai jenis. Jenis utama yang menjadi tujuan penangkapan dengan pukat pantai di wilayah ini adalah ikan teri yang diupayakan untuk mendukung perikanan pole line. Jenis- jenis ekonomis yang sering tertangkap selain teri adalah beloso, manyung, sembilang, krepa, kerong-kerong, gerot-gerot, biji nangka, kapas-kapas, petek, ikan lidah dan sebelah, dan jenis-jenis udang. Berdasarkan jenisnya, hasil ini menunjukkan capaian produksi pukat pantai berasal dari berbagai ukuran. Dalam operasi penangkapannya, setelah jaring dilingkarkan pada sasaran kemudian dengan tali panjang tali hela ditarik menelusuri dasar perairan dan pada akhir penangkapan hasilnya didaratkan ke pantai. Sesuai dengan sifatnya yang ditarik menyusur dasar terutama di perairan pasang surut, bersentuhan langsung dengan habitat di dasar perairan. Walaupun pada beberapa lokasi di wilayah ini pengoperasiannya dilakukan pada perairan bersubstrat pasir dan lumpur, namun dominan dilakukan pada sebagian terumbu karang sampai dengan lamun. Pengoperasian cenderung memberikan tekanan terhadap eksistensi lamun dan sebagian terumbu karang. Walaupun memiliki keragaman hasil tanggkapan yang tinggi, jenis ikan teri merupakan jenis yang paling diminati dalam kondisi hidup terutama dalam memenuhi permintaan perikanan pole and line terhadap ikan umpan. Untuk kepentingan itu, ikan teri hidup biasanya ditampung dalam media gogona untuk sampai dengan waktu pemanfaatannya pada perikanan pole and line. Hasil tangkapan secara total dari pukat pantai di wilayah ini juga meliputi jenis-jenis yang tidak ekonomis seperti buntal durian, ikan gete-gete, dan lain-lain., sehingga berpotensi dalam meningkatkan by catch. Prinsip menangkap ikan dengan pukat cincin purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan. Nelayan di Provinsi Maluku yang menggunakan pukat cincin purse seine melakukan kegiatan operasi penangkapan dengan tujuan menangkap ikan pelagis kecil, namun kadangkala turut tertangkap pula ikan pelagis besar dan bahkan cumi-cumi. Jenis-jenis ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap dengan pukat cincin perairan Maluku terdiri dari ikan layang, selar, tongkol, dan ikan kembung, yang umumnya merupakan jenis-jenis yang memiliki nilai ekonomis. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air. Hal ini tidak berpotensi memberikan dampak terhadap kerusakan habitat. Walaupun hasil tangkapan ikan dengan alat tangkap ini tidak dalam bentuk hidup, namun eksistensi palka yang dilengkapi dengan es digunakan untuk mempetahankan tingkat kesegaran ikan. Gill net yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis, yaitu jenis jaring insang hanyut drift gill net. Sifat utama alat tangkap ini adalah menjebak ikan yaitu dengan mata jaring yang disesuaikan sehingga ketika ikan mencoba melaluinya, maka ikan akan terjerat pada mata jaring. Metode pengoperasiannya yaitu dengan memasang jaring dengan posisi melawan arus, posisi jaring diupayakan membentang sempurna dari permukaan sampai ke dasar perairan. Pengoperasiannya di permukaan perairan tidak memberikan resiko terhadap habitat yang ada di dasar perairan, baik lamun maupun terumbu karang. Hasil tangkapannya yang dijual biasanya dalam bentuk segar. Sesuai dengan peruntukannya terhadap ikan pelagis, dan dengan pendekatan ukuran mata jaringnya, jaring insang hanyut dapat diarahkan untuk melakukan penangkapan ikan pelagis kecil seperti kembung, layang, selara, terbang dan lain-lain. Jenis- jenis ini merupakan jenis-jenis yang memiliki nilai ekonomis. Pengusahaan bagan apung boatraft lift net untuk menangkap ikan oleh nelayan di Maluku Tengah pada umumnya masih dilakukan secara tradisional. Upaya penangkapan ikan terutama ditujukan untuk menangkap ikan pelagis kecil, baik untuk konsumsi maupun untuk dijadikan sebagai umpan hidup pada penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap pole and line. Jenis-jenis ikan pelagis kecil yang umumnya tertangkap pada operasi penangkapan ikan dengan menggunakan bagan apung di perairan Maluku terdiri dari ikan tembang, teri, japuhlompa, layang, selar, kembung, dan lain sebagainya. Seluruh jenis ini merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis. Jenis ikan teri merupakan jenis yang paling dicari dalam kondisi hidup sebagai ikan umpan untuk mendukung perikanan pole and line. Pancing tegak vertical hand linesmultiple vertical hand lines merupakan jenis alat tangkap yang diperuntukan untuk penangkapan ikan pelagis kecil tergantung pada ukuran mata pancing yang digunakan. Pengoperasiannya dilakukan pada permukaan dan kolom air tanpa menggunakan joran. Jenis-jenis pelagis kecil yang paling umum tertangkap adalah selar dan kembung. Dengan penggunaan mata jaring, alat inilah yang merupakan jenis alat penangkapan ikan pelagis kecil yang palung selektif karena hanya jenis-jenis yang