Tujuan Penelitian Model dinamika spasial sistem perikanan kasus pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tengah
14
Penelitian ini dibangun berdasarkan identifikasi masalah yang penting untuk ditangani, terkait dengan pengembangan kawasan perikanan di Maluku
Tengah. Masalah umum yang harus direduksi dalam penelitian ini adalah lemahnya pengembangan kawasan perikanan pelagis dan tidak berbasis pada
integrasi komponen sistem perikanan berkelanjutan. Beberapa masalah terkait masalah umum di atas, dapat difokuskan untuk
dicermati dalam penelitian ini, meliputi: 1 ketidakpastian informasi tentang dinamika sub sistem alam yang berdampak pada perbedaan aksesibilitas terhadap
DPI; 2 nelayan tegantung pada pengetahuan DPI tradisional; 3 tidak ada spesialisasi komoditas dan teknologi; 4 tidak adanya informasi yang pasti
tentang alokasi spasial optimal ASO unit penangkapan ikan dan tenaga kerja perikanan; 5 biased policy pembangunan perikanan berbasis kawasan; 6 belum
terintegrasinya pengembangan kawasan perikanan antar berbagai level kebijakan pemerintah.
Solusi yang penting dikembangkan untuk penanganan masalah ini adalah melalui pengembangan model dinamika spasial sistem perikanan dalam
mendukung pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil. Integrasi dinamika spasial sub sistem alam, manusia dan pengelolaan merupakan solusi derivat dalam
mencermati konsep pengembangan kawasan perikanan pelagis berbasis dinamika spasial sistem perikanan.
Keragaan sistem perikanan pelagis kecil tergambar dari tiga sub sistemnya dan menunjukkan adanya perubahan-perubahan baik pada skala waktu maupun
skala ruang. Perubahan-perubahan yang terjadi pada sub sistem alam dibatasi pendalamannya pada variabel SPL dan Klorofil-a musiman, DPI dan SDI pelagis
kecil. Keempat variabel ini merupakan basis analisis yang menunjukkan adanya dinamika dalam sub sistem alam.
Dinamika sub sistem manusia dipengaruhi oleh variabel-variabel nelayan dan rumah tangga perikanan, API dan upaya tangkap, tingkat produksi, serta
pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil perikanan. Seluruh variabel pada sub sistem manusia berkaitan erat dengan aktivitas sumber daya manusia perikanan
dalam kegiatan perikanan tangkap secara holistik.
15
Sub sistem pengelolaan yang berbasis pada kebijakan pengelolaan, ditinjau dari kebijakan pemerintah pada level nasional, provinsi dan kabupaten. Ketiga
level kebijakan ini memberikan pengaruh terhadap implementasi strategi, kinerja dan capaian tujuan pengembangan kawasan perikanan. Ketiga variabel ini
memberikan pengaruh terhadap dinamika pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil.
Perubahan dalam konteks skala ruang dan waktu menunjukkan adanya dinamika yang terjadi pada seluruh variabel dalam tiap sub sistem. Oleh sebab itu,
perubahan pada skala ruang menunjukkan adanya dinamika spasial. Tentunya dinamika yang terjadi secara spasial merupakan dampak dari adanya perubahan
seluruh komponen sistem danatau sub sistem perikanan dari waktu ke waktu. Hal ini digunakan sebagai media justifikasi dalam pembuktian dinamika spasial sistem
perikanan pelagis kecil. Dinamika dalam setiap sub sistem ditunjukan dengan kondisi dinamis
sebagai berikut: 1
Sub sistem alam; a
Dinamika musiman faktor lingkungan yang berpengaruh pada eksistensi SDI, meliputi: SPL dan Klorofil-a
b Dinamika DPI secara musiman ataupun bulanan yang terdistribusi secara
spasial melalui pembuktian lapangan berdasarkan distribusi rumpon dan titik-titik penangkapan yang diketahui oleh nelayan;
c Potensi SDI pelagis kecil dan dinamikanya pada perairan yang
diekspresikan secara spasial melalui pemetaan distribusi potensi hasil estimasi dengan metode akustik.
2 Sub sistem manusia;
a Dinamika nelayan dan rumah tangga perikanan tangkap yang tergambar
dari alokasi tenaga kerja per jenis alat tangkap dan distribusinya secara spasial-temporal.
b Dinamika alat penangkapan ikan dan upaya penangkapan, dimana
dinamika yang ditunjukkan oleh perkembangan secara tahunan memberikan justfikasi tentang eksistensinya pada setiap kawasan
pengembangan perikanan.