Daerah penangkapan ikan pelagis kecil

26 Pulau Seram mulai dari 130 o 40’ BT – 131 o 35’ BT dan dari 03 o 40’ – 04 o 25’ LS. Di sekitar Kepulauan Banda mulai dari 129 o 25’ – 130 o 25’ BT dan dari 04 o 10’ – 04 o 55’ LS Gambar 4. Gambar 4 Daerah penangkapan dari unit-unit pancing tangan di Laut Banda dan Laut Seram Sumber: Matakupan et al., 2006c. Musim penangkapan ikan juga berbeda-beda, sesuai dengan letak geografis daerah penangkapan dan kondisi perairan laut. Di perairan Laut Seram, di Utara Pulau Buru dan Pulau Seram, musim penangkapan ikan terjadi pada bulan-bulan Mei – November, sedangkan di perairan Selatan Pulau Buru, Seram Ambon dan Kepulauan Lease terjadi pada bulan-bulan September – Maret. Musim penangkapan unit-unit pancing tangan di suatu kawasan perairan lebih banyak ditentukan keadaan cuaca dan kondisi laut setempat. Musim penangkapan yang baik adalah jika kondisi laut relatif tenang. Prospek usaha perikanan pancing tangan dewasa ini cukup baik karena jenis-jenis ikan yang merupakan tujuan penangkapan merupakan komoditi hasil laut andalan ekspor Provinsi Maluku.

2.1.1.3 Sumber daya ikan pelagis kecil dan estimasi potensi

1 Sumber daya ikan pelagis kecil Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan sebagaimana diubah dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009, mendefinisikan sumber daya ikan sebagai semua jenis ikan. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus 126 o 00’BT 127 o 00’BT 128 o 00’BT 129 o 00’BT 130 o 00’BT 131 o 00’BT 132 o 00’BT 4 o ’L S 3 o ’L S S e r a m B u r u L a u t B a n d a Amb on Kep. Lease Namlea L a u t S e r a m El pa pu tih K ep . W atu be la 50 100 km LEGENDA : = Ibu Kota KabupatenKota = D.P. Musim Barat = D.P. Musim Timur Masohi Bula Piru Nusalaut Haruku Ambelau Buano Manipa Kelang Saparua Tel. Teluti Kep. Banda Geser Gorom S k a l a Tel. Piru 5 o ’L S 126 o 00’BT 127 o 00’BT 128 o 00’BT 129 o 00’BT 130 o 00’BT 131 o 00’BT 132 o 00’BT 4 o ’L S 3 o ’L S S e r a m B u r u L a u t B a n d a Amb on Kep. Lease Namlea L a u t S e r a m El pa pu tih K ep . W atu be la 50 100 km 50 100 km LEGENDA : = Ibu Kota KabupatenKota = D.P. Musim Barat = D.P. Musim Timur Masohi Bula Piru Nusalaut Haruku Ambelau Buano Manipa Kelang Saparua Tel. Teluti Kep. Banda Geser Gorom S k a l a Tel. Piru 5 o ’L S 27 hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Pengelompokan sumber daya ikan menurut lingkungan penyebarannya terdiri atas: 1 ikan pelagis; 2 ikan demersal; dan 3 ikan karang dan hias. Ikan pelagis merupakan jenis ikan yang hidup atau memenuhi perairan lapisan permukaan sampai lapisan tengah mid layer. Pada daerah-daerah dimana saat terjadi proses penaikan massa air upwelling sumber daya ini dapat membentuk biomassa yang sangat besar. Ikan pelagis umumnya senang bergerombol, baik dengan kelompoknya maupun dengan jenis ikan lainnya namun terdapat kecenderungan ikan pelagis bergerombol berdasarkan kelompok ukurannya. Sumber daya ikan pelagis yang dibagi berdasarkan ukuran, dapat dikelompokkan dalam dua kelompok Departemen Kelautan dan Perikanan, 2009, yaitu: 1. Kelompok ikan pelagis besar seperti kelompok Tuna Thunidae dan Cakalang Katsuwonus pelamis, kelompok Marlin Makaira sp, kelompok Tongkol Euthynnus spp dan Tenggiri Scomberomorus spp, dan lain-lain; 2. Kelompok ikan pelagis kecil seperti ikan Selar Selaroides leptolepis dan Sunglir Elagastis bipinnulatus, Teri Stolephorus indicus, Japuh Dussumieria spp., Tembang Sardinella fimbriata, Lemuru Sardinella longiceps dan Siro Amblygaster sirm, dan kelompok Skrombroid seperti Kembung Rastrelliger spp.. Merta et al. 1998 menyatakan sumber daya ikan pelagis kecil merupakan sumber daya neritik karena penyebarannya terutama di perairan dekat pantai dan membentuk biomasa yang sangat besar. Hidupnya mendekati lapisan permukaan perairan hingga kedalaman 200 meter sehingga pergerakannya mudah dideteksi ketika berada di dalam kolom air. Jenis pelagis kecil merupakan suatu sumber daya yang poorly behaved, karena makanan utamanya adalah plankton, sehingga kelimpahannya tergantung kepada faktor-faktor lingkungan. Dengan demikian kelimpahan sumber daya ini sangat tergantung pada lingkungan perairannya. Ikan kembung lelaki Rastrelliger kanagurta biasanya ditemukan di perairan yang jernih dan agak jauh dari pantai, sedangkan kembung perempuan Rastrelliger brachysoma dijumpai dekat pantai Nontji 1993. Daerah 28 penyebaran ikan kembung mulai dari pulau Sumatera bagian Barat dan Timur, pulau Jawa bagian Utara dan Selatan, Nusa Tenggara, perairan Barat, Timur dan Selatan Kalimantan, Malaka, Sulawesi bagian Utara dan Selatan, Maluku dan Irian Jaya Ditjenkan Deptan, 1997. Ikan layang Decapterus spp. hidup pada perairan dengan variasi salinitas yang sempit stenohaline. Makanan utamanya adalah zooplankton, meskipun kadang-kadang juga makan ikan kecil seperti teri Stolephorus spp. dan japuh Dussumteria acuta. Ada lima jenis ikan layang yang umum ditemukan di perairan Indonesia yakni Decapterus russeli, Decapterus macrosoma, Decapterus maruadsi, Decapterus lajang dan Decapterus kurroides. Akan tetapi dari kelima jenis yang ada, hanya Decapterus russeli yang mempunyai daerah penyebaran yang luas di Indonesia mulai dari Kepulauan Seribu hingga pulau Bawean dan pulau Masalembo. Decapterus maerosoma banyak dijumpai di selat Bali, Labuhan dan Pelabuhan Ratu. Decapterus lajang menyukai perairan yang dangkal seperti di Laut Jawa termasuk selat Sunda, selat Madura dan selat Bali, selat Makassar, Ambon dan Ternate. Decapterus maruadsi termasuk ikan yang berukuran besar, hidup di laut dalam seperti di Laut Banda. Ikan ini dapat tertangkap pada kedalaman 100 meter atau lebih Nontji 1993. Jenis ikan selar Selaroides spp. yang tertangkap di perairan Indonesia dan tercatat di dalam data statistik perikanan Indonesia adalah selar bentong Selar crumenophthalmus dan selar kuning Selaroides leptolepsis Nontji 1993. Kedua jenis ikan ini memakan ikan-ikan kecil dan udang kecil, hidup secara bergerombol, dan umumnya di sekitar perairan pantai yang dangkal, khusus untuk selar bentong Selar crumenophthalmus hidup sampai kedalaman 80 meter. Daerah penyebaran ikan tembang Sardinella sp.meliputi seluruh perairan pantai Indonesia, ke utara sampai ke Taiwan dan ke selatan sampai ke ujung utara Australia dan ke barat sampai laut Merah Ditjenkan Deptan 1997. Ikan teri Stolephorus spp. terdapat di seluruh perairan pantai Indonesia terutama di perairan Barat Sumatera, selat Malaka, selatan dan utara Sulawesi dan timur Sumatera. Ikan teri termasuk ikan pelagis yang menghuni perairan pesisir dan 29 estuari. Pada umumnya hidup bergerombol sampai ratusan atau ribuan individu, terutama untuk jenis-jenis ukuran kecil. Sebaliknya yang berukuran besar cenderung untuk hidup soliter, hanya pada bulan-bulan tertentu mereka dapat tertangkap dalam gerombolan kecil sekitar 100 – 200 ekor. Teri banyak memakan berbagai jenis plankton, walau komposisinya tidak selalu sama untuk tiap spesies. Pada ukuran 40 mm, teri umumnya memanfaatkan fitoplankton dan zooplankton berukuran kecil, sedangkan teri berukuran lebih dari 40 mm, banyak memanfaatkan zooplankton berukuran besar Nontji 1993. Ikan-ikan lemuru yang tertangkap di perairan Indonesia terdiri dari beberapa jenis yang di dalam Statistik Perikanan Indonesia digabung menjadi satu dengan nama lemuru. Jenis-jenis tersebut adalah Sardinella longicepssardinella lemuru, Sardinella aurita, Sardinella leoigaster dan Sardinellla elupeoides. Sebaran geografik ikan lemuru mulai dari utara Kalimantan sampai Filipina, India sampai ke pantai timur Afrika. Lemuru juga terdapat di Thailand, Malaysia, Kamboja, Vietnam dan Australia. Di Indonesia didapat dalam jumlah besar di selat Bali sampai Nusa Tenggara Timur. Gerombolan lemuru pada siang hari berada pada lapisan kedalaman 40m – 80m, dan berenang ke atas saat malam hari sampai saat matahari akan terbit lagi. Pada saat bulan purnama terlihat bahwa gerombolan ikan lemuru terpencar dipermukaan atau berada tetap di bawah Dwiponggo 1982. Di Indonesia sumber daya perikanan pelagis kecil diduga merupakan salah satu sumber daya perikanan yang paling melimpah dan paling banyak ditangkap untuk kepentingan konsumsi masyarakat. Ikan pelagis kecil umumnya hidup di daerah neritik dan membentuk schooling Merta et al., 1998. Lebih lanjut dinyatakan bahwa penyebaran ikan pelagis kecil di Indonesia merata di seluruh perairan, namun ada beberapa yang dijadikan sentra daerah penyebaran seperti lemuru Sardinella longiceps banyak tertangkap di Selat Bali, layang Decapterus spp di Selat Bali, Makassar, Ambon dan Laut Jawa, kembung lelaki Rastreliger kanagurta di Selat Malaka dan Kalimantan, kembung perempuan Rastreliger neglectus di Sumatera Barat, Tapanuli dan Kalimantan Barat. Menurut data wilayah pengelolaan FKKPS, ikan layang banyak tertangkap di Laut Pasifik, teri di Samudera Hindia dan kembung di Selat Malaka. 30 Beberapa sifat ikan pelagis kecil www.dkp.go.id yaitu: 1 biasanya dapat ditemukan pada perairan pesisir selat dan teluk sampai dengan laut terbuka; 2 mampu melakukan migrasi atau ruaya dalam skala kecil sampai besar bergerombol; 3 warna tubuh didominasi biru pada bagian punggung dorsal dan abu-abu pada bagian perut, berkaitan dengan kemampuan beradaptasi secara dominan pada daerah permukaan perairan dan menghindari pemangsaan; 4 bentuk tubuhnya agak bulat lonjong dan cenderung simetris bilateral dengan kemampuan renang yang cepat sehingga mudah melakukan migrasi; 5 telur yang dihasilkan pada saat pemijahan adalah sangat banyak dan dilepaskan langsung ke kolom air sehingga langsung terbawa oleh arus; 6 berukuran 5-50 cm. 2 Estimasi potensi daya ikan pelagis kecil secara hidroakustik Estimasi potensi sumber daya ikan pelagis kecil dapat dilakukan dengan pendekatan hidroakustik. Langkah awal yang penting dilakukan adalah melakukan identifikasi hidroakustik terhadap kawanan ikan. Fauziyah 2005 menyatakan bahwa ikan dapat diidentifikasi dengan dua cara yakni identifikasi ikan secara ex situ dan in situ. Identifikasi ikan secara in situ atau secara hidroakustik adalah usaha untuk mengenali atau mengidentifikasi kawanan ikan dengan gelombang suara yang ada pada suatu waktu tertentu tanpa menyentuh kawanan ikan tersebut. Pengumpulan data lapangan dengan pendekatan metode hidroakustik, khususnya untuk deteksi gerombalan ikan multi spesies mengikuti transek paralel acak sebagaimana dianjurkan oleh Simmonds and MacLennan 2005 dan Latumeten 2010. Dalam pengumpulan data akustik, transducer dibenamkan sedalam 1,5 meter pada salah satu sisi kapal dan diseret dengan kecepatan rata- rata 6 enam knot sepanjang jalur pengambilan data. Satuan jarak baku sampling Elementary Sampling Distance Unit, ESDU pada pengambilan data akustik di setiap lokasi sampling tersebut ditetapkan selama satu menit atau kira-kira sepanjang 185 meter. Penyesuaian posisi dan arah pelayaran kapal dengan posisi dan arah garis- garis transek yang telah didesain itu, dikontrol menggunakan GPS GRC standard marine survey Simmonds and MacLennan, 2005. Posisi dan waktu perolehan data di tiap ESDU direkam secara simultan dan otomatis, sehingga luaran