Dinamika Sistem Perikanan Model dinamika spasial sistem perikanan kasus pengembangan kawasan perikanan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tengah

47 dan desentralisasi BAPPENAS, 2004. Selanjutnya dikemukakan, pengembangan suatu kawasan harus berdasarkan pengamatan terhadap kondisi internal, sekaligus mengantisipasi perkembangan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi pola-pola pengembangan SDM, informasi pasar, sumber daya modal dan investasi, kebijakan dalam investasi, pengembangan infrastruktur, pengembangan kemampuan kelembagaan lokal dan kepemerintahan, serta berbagai kerjasama dan kemitraan. Faktor eksternal meliputi masalah kesenjangan antar kawasan dan pengembangan kapasitas otonomi daerah, perdagangan bebas, serta otonomi daerah. Pengelolaan pengembangan kawasan andalan pada dasarnya adalah meningkatkan daya saing kawasan dan produk unggulannya. Idealnya pengelolaan kawasan dimulai dengan menentukan visi dan misi pengembangan kawasan andalan. Kemudian disusun strategi pengembangan, serta mengembangkan hubungan pemerintah dan dunia usaha. Dalam hal ini diperlukan beberapa kebijakan, meliputi: 1 kebijakan investasi, yang terkait dengan produk unggulan kawasan, insentif, dan promosi; 2 kebijakan pengembangan kawasan, yang dilaksanakan melalui identifikasi faktor penentu pengembangan industri, formulasi visi pengembangan industri daerah, dan identifikasi strategi pendukung yang sesuai; 3 kebijakan perdagangan, yang mengatur hubungan perdagangan antardaerah dan antarsektor, serta meminimalisasi hambatan-hambatannya; 4 kebijakan pengembangan infrastruktur fisik dan non fisik SDM; serta 5 kebijakan pengembangan kelembagaan, yang mencakup mekanisme pengambilan keputusan di lingkungan pemerintah, penciptaan regulasi, dan sosial dan budaya masyarakat Rustiadi, et al., 2011. Sesuai model diamond of advantage dari Porter 1998, suatu kawasan secara alamiah akan mengembangkan keunggulan kompetitif berdasarkan kemampuan inovasi dari perusahan-perusahan yang ada di dalamnya dan vitalitas ekonomi suatu wilayah merupakan hasil langsung dari persaingan industri yang ada di kawasan tersebut. Berbagai faktor yang memicu inovasi dan pertumbuhan kawasan diantaranya adalah: 1. Faktor Kondisi: yaitu tenaga kerja terampil yang dibutuhkan, infrastruktur ekonomi yang tersedia, dan hambatan-hambatan tertentu. 48 2. Permintaan Sektor Rumah Tangga, yaitu pembeli lokal yang mendorong perusahaan-perusahaan untuk berinovasi. 3. Dukungan Industri Terkait, yaitu industri-industri pemasok setempat yang kompetitif yang memacu inovasi dan memungkinkan industri-industri untuk berkembang dengan baik. 4. Strategi, Struktur, dan Persaingan, yaitu tingkat persaingan antar industri lokal yang memberikan motivasi untuk bersaing, dan budaya lokal yang mempengaruhi perilaku masing-masing industri dalam melakukan persaingan dan inovasi. Selain itu, Porter 1990 menyertakan peristiwa historis dan campur tangan pemerintah sebagai faktor yang juga berperan secara signifikan dalam perkembangan suatu kawasan. Oleh sebab itu, suatu kawasan mampu memberikan peran penting dalam perekonomian suatu wilayah. Pada beberapa kasus, suatu kawasan hanya terpusat di suatu wilayah kecil, seperti suatu desa atau kecamatan. Sementara yang lain meliputi beberapa kecamatan atau kabupatenkota, dan mungkin lintas provinsi. Di dalam suatu kawasan terdapat kegiatan-kegiatan ekonomi yang berinteraksi satu sama lain membentuk suatu klaster. Walaupun suatu kawasan secara fungsional ada, namun bisa saja perusahaan-perusahaan di dalamnya tidak bekerja bersama-sama atau tidak menunjukkan diri sebagai bagian dari sebuah klaster. Untuk bekerja secara efektif sebagai sebuah klaster, perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya harus memahami peran mereka dalam klaster yang lebih besar dan menyadari bahwa bekerja bersama akan menekan biaya Rustiadi, et al., 2011. Strategi pembangunan ekonomi kawasan harus dapat mengarahkan secara efektif investasi dan subsidi sektor pemerintah dan swasta pada kawasan-kawasan strategis yang telah kuat dan mengakar di kawasan tersebut dan telah membentuk klaster-klaster industri. Pemerintah dapat mengarahkan sumber daya masyarakat yang terbatas menjadi sesuatu yang bernilai tinggi, dan menjadikan pertumbuhan industri yang tinggi pula. Hal ini ditandai dengan meningkatnya upah di kawasan- kawasan strategis yang secara signifikan memiliki tingkat perbedaan yang tinggi dibanding dengan upah rata-rata di wilayah tersebut. 49 2.4 Tinjauan Empiris Dinamika Spasial Sistem Perikanan 2.4.1 Tipologi kawasan pengembangan perikanan Tipologi kawasan pengembangan perikanan belum banyak dikembangkan karena metode ini lebih banyak digunakan terkait dengan pengembangan wilayah secara makro. Namun demikian hasil penelusuran pustaka menemukan beberapa studi yang memiliki keterkaitan dengan tipologi kawasan. Penelitian ini menggunakan istilah tipologi kawasan, walaupun istilah yang umum dipakai adalah tipologi wilayah. Rahmalia 2003 telah melakukan kajian tentang tipologi desa pesisir, yang menggunakan beberapa pendekatan seperti skalogram dan PCA untuk membandingkan hasil penentuan tipe desa pesisir dalam konteks pengembangan. Namun demikian, pendekatan ini masih belum mengakomodasi perbedaan desa pesisir sebagai suatu ruang wilayahkawasan yang menunjukkan adanya kapasitas ruang dan keunggulannya. Demikian juga pemetaan desakawasan dalam belum diarahkan dalam konteks wilayah sebagai inti dan periferi. Hal ini seharusnya menjadi dasar untuk menentukan pada tipe pengembangan apa suatu desa atau kawasan sesuai kapasitasnya dalam menghasilkan produk di kawasan. Van Eupena et al. 2012 menggunakan konsep tipologi untuk mendukung kebijakan pengembangan wilayah pedesaan. Model yang dikembangkan memperkenalkan tiga aspek baru untuk memperkaya konsep tipologi, antara lain: 1 luasnya perbedaan disparitas geografis antar wilayah; 2 heterogenitas wilayah; dan 3 gradien spasial antar wilayah. Brezzi et al. 2011 yang mengembangkan tipologi wilayah untuk mencermati kinerja ekonomi wilayah dengan akses yang sangat lemah. Hal penting yang melatarbelakangi pengembangan tipologi wilayah ini adalah diparitas wilayah pada aspek ekonomi dan sosial. Pendekatan ini menghendaki adanya kebijakan untuk mereduksi disparitas wilayah melalui alokasi sumber daya yang diinisiasi oleh pemerintah. Model tipologi wilayah yang dikembangkan mengakomodasi komponen-komponen utama pembentuk struktur ruang, yaitu: aksesibilitas, distribusi sumber daya manusia, jaringan interaksi, pusat-pusat pengembangan, dan wilayah pelayanan.