Sub sistem pengelolaan dalam sistem perikanan pelagis kecil

45 Dinamika sistem perikanan dapat diukur dari dampak penetapan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan JTB dan dampaknya terhadap penetapan kuota penangkapan ikan di perairan. Dampak yang terukur menjadi dasar dalam mengidentifikasi kawasan-kawasan dimana perubahan kebijakan dan peningkatan pengelolaan dapat berjalan secara efektif Garitty, 2011. Garcia and Charles 2007 menerangkan ide mereka tentang sistem-sistem perikanan dan keterkaitannya, bahwa referensi untuk membuat adanya perubahan dalam pengelolaan perikanan dibutuhkan untuk mengungkap hubungan-hubungan antar ilmu pengetahuan, pengambilan keputusan dan eksistensi masyarakat perikanan, terutama dalam konteks mendalami sistem-sistem perikanan yang kompleks, baik antar sistem maupun lingkup implementasi. Keduanya menyimpulkan bahwa telah terjadi evolusi pada sistem perikanan secara global dan banyaknya masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan terkait dengan upaya membangunan keterkaitan antar ilmu pengetahuan, tata kelola dan masyarakat perikanan.

2.3 Konsep dan Model Pengembangan Kawasan

Pengembangan kawasan adalah upaya untuk mempercepat pembangunan daerah. Tujuan utamanya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan itu dan di sekitarnya. Agar masyarakat mendapat manfaat dari upaya pengembangan kawasan maka perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan melalui pemenuhan kebutuhan mereka. Salah satu bentuk fasilitasi pemerintah yang sangat diperlukan masyarakat adalah membangun kelembagaan yang kuat, karena sukses tidaknya program ini sangat bergantung kepadanya BAPPENAS, 2004. Pada perkembangan selanjutnya, kelembagaan masyarakat perlu dikaitkan dengan pihak lain, baik pemerintah maupun perusahaan swasta. Pengembangan kawasan merupakan suatu usaha yang sangat kompleks yang menyangkut organisasi, manajemen, sosial, ekonomi, keuangan, budaya, pemasaran, dan lainlain. Oleh karena masyarakat tidak mungkin menguasai semua bidang-bidang tersebut, maka perlu dilakukan koordinasi dan kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah untuk membangun kelembagaan yang solid, dan membentuk 46 pola-pola kemitraan atau kerjasama antar lembaga tersebut atau antara suatu lembaga dengan pihak-pihak yang menguasai bidang-bidang yang tidak dikuasainya BAPPENAS, 2004. Pengembangan kawasan merupakan berbagai upaya untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup di wilayah tertentu, memperkecil kesenjangan pertumbuhan, dan ketimpangan kesejahteraan antar kawasan BAPPENAS, 2004; Rustiadi, et al., 2011. Berbagai konsep pengembangan kawasan yang pernah diterapkan adalah: 1. Konsep pengembangan wilayah berbasis karakter sumber daya, yaitu: a pengembangan wilayah berbasis sumber daya; b pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan; c pengembangan wilayah berbasis efisiensi; d pengembangan wilayah berbasis pelaku pembangunan. 2. Konsep pengembangan kawasan berbasis penataan ruang, yang membagi wilayah ke dalam: a pusat pertumbuhan; b integrasi fungsional; dan c desentralisasi. 3. Konsep pengembangan kawasan terpadu, menekankan kerjasama antarsektor untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di daerah-daerah tertinggal. 4. Konsep pengembangan kawasan berdasarkan cluster. Konsep ini terfokus pada keterkaitan dan ketergantungan antara pelaku dalam jaringan kerja produksi sampai jasa pelayanan, dan upaya-upaya inovasi pengembangannya. Cluster yang berhasil adalah cluster yang terspesialisasi, memiliki daya saing dan keunggulan komparatif, dan berorientasi eksternal. Rosenfeld 1997 mengidentifikasi karakteristik cluster wilayah yang berhasil, yaitu adanya spesialisasi, jaringan lokal, akses yang baik pada permodalan, institusi penelitian dan pengembangan dan serta pendidikan, mempunyai tenaga kerja berkualitas, melakukan kerjasama yang baik antara perusahaan dan lembaga lainnya, mengikuti perkembangan teknologi, dan tingkat inovasi yang tinggi. Konsep pengembangan kawasan setidaknya didasarkan pada prinsip: 1 berbasis pada sektor unggulan; 2 dilakukan atas dasar karakteristik daerah; 3 dilakukan secara komprehensif dan terpadu; 4 mempunyai keterkaitan kuat ke depan dan ke belakang; 5 dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi 47 dan desentralisasi BAPPENAS, 2004. Selanjutnya dikemukakan, pengembangan suatu kawasan harus berdasarkan pengamatan terhadap kondisi internal, sekaligus mengantisipasi perkembangan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi pola-pola pengembangan SDM, informasi pasar, sumber daya modal dan investasi, kebijakan dalam investasi, pengembangan infrastruktur, pengembangan kemampuan kelembagaan lokal dan kepemerintahan, serta berbagai kerjasama dan kemitraan. Faktor eksternal meliputi masalah kesenjangan antar kawasan dan pengembangan kapasitas otonomi daerah, perdagangan bebas, serta otonomi daerah. Pengelolaan pengembangan kawasan andalan pada dasarnya adalah meningkatkan daya saing kawasan dan produk unggulannya. Idealnya pengelolaan kawasan dimulai dengan menentukan visi dan misi pengembangan kawasan andalan. Kemudian disusun strategi pengembangan, serta mengembangkan hubungan pemerintah dan dunia usaha. Dalam hal ini diperlukan beberapa kebijakan, meliputi: 1 kebijakan investasi, yang terkait dengan produk unggulan kawasan, insentif, dan promosi; 2 kebijakan pengembangan kawasan, yang dilaksanakan melalui identifikasi faktor penentu pengembangan industri, formulasi visi pengembangan industri daerah, dan identifikasi strategi pendukung yang sesuai; 3 kebijakan perdagangan, yang mengatur hubungan perdagangan antardaerah dan antarsektor, serta meminimalisasi hambatan-hambatannya; 4 kebijakan pengembangan infrastruktur fisik dan non fisik SDM; serta 5 kebijakan pengembangan kelembagaan, yang mencakup mekanisme pengambilan keputusan di lingkungan pemerintah, penciptaan regulasi, dan sosial dan budaya masyarakat Rustiadi, et al., 2011. Sesuai model diamond of advantage dari Porter 1998, suatu kawasan secara alamiah akan mengembangkan keunggulan kompetitif berdasarkan kemampuan inovasi dari perusahan-perusahan yang ada di dalamnya dan vitalitas ekonomi suatu wilayah merupakan hasil langsung dari persaingan industri yang ada di kawasan tersebut. Berbagai faktor yang memicu inovasi dan pertumbuhan kawasan diantaranya adalah: 1. Faktor Kondisi: yaitu tenaga kerja terampil yang dibutuhkan, infrastruktur ekonomi yang tersedia, dan hambatan-hambatan tertentu.