Analisis finansial Metodologi .1 Analisis dinamika nelayan dan rumah tangga perikanan
165
Tabel 17 Distribusi nelayan dan RTP tangkap per kawasan pengembangan di wilayah Selatan Kabupaten Maluku Tengah, Tahun 2010
No Kawasan
Pengembangan Jumlah Nelayan
orang Jumlah RTP
rumah tangga 1
TNS 138
0,63 78
0,73 2
Saparua 2.939
13,33 1.554
14,57 3
Pulau Haruku 3.611
16,38 1.684
15,79 4
Leihitu 5.887
26,70 2.762
25,90 5
Salahutu 1.361
6,17 720
6,75 6
Amahai 2.369
10,74 1.460
13,69 7
Tehoru 4.248
19,27 1.500
14,07 8
Nusalaut 848
3,85 619
5,80 9
Kota Masohi 649
2,94 287
2,69 Total
22.050 100,00
10.664 100,00
dari Maluku Tengah 76,42
75,47 Sumber: DKP Kabupaten Maluku Tengah, 2011 diolah
Hasil pada Tabel 17 menggambarkan distribusi spasial jumlah nelayan terbanyak pada kawasan pengembangan perikanan pelagis kecil, antara lain:
Leihitu dan Tehoru, dengan distribusi nelayan rata-rata di atas 4.000 orang atau memberikan kontribusi tertinggi terhadap jumlah nelayan di atas 19. Kondisi ini
menunjukkan bahwa orientasi masyarakat untuk mata pencaharian nelayan terfokus pada kawasan-kawasan ini. Hal ini sesuai dengan dinamika kegiatan
perikanan yang ditunjukkan melalui distribusi jumlah alat tangkap produksi perikanan pelagis kecil yang akan dibahas pada bagian berikut.
Kawasan lain juga menunjukkan distribusi jumlah nelayan yang cukup banyak, kecuali TNS yang proporsi di bawah satu persen. Hal ini menunjukkan
bahwa TNS merupakan kawasan yang masyarakatnya memiliki orientasi yang kurang dibanding kawasan lain terhadap kegiatan perikanan tangkap, khususnya
untuk perikanan pelagis kecil. KKP 2011 memberikan definisi RTP Tangkap sebagai rumah tangga
yang melakukan kegiatan penangkapan ikanbinatang air lainnyatanaman air dengan tujuan sebagianseluruh hasilnya untuk dijual. Charles 2001
166
mempertegas pengertian tentang RTP adalah satuan dimana terdapat paling tidak satu anggota keluarga yang dilibatkan dalam kegiatan perikanan tangkap. Oleh
sebab itu, dalam konteks ini RTP dipandang sebagai rumah tangga yang dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budanyanya memiliki sifat dan karkateristik yang
unik, yang dipengaruhi oleh usaha perikanan tangkap yang mereka lakukan. Distribusi jumlah nelayan pada tiap kawasan pengembangan perikanan
seimbang dengan distribusi jumlah RTP. Leihitu merupakan kawasan yang memiliki jumlah RTP terbanyak 2.762 KK, dan kawasan lain seperti Saparua,
Haruku, Amahai dan Tehoru memberikan kontribusi yang cukup besar bagi jumlah RTP di wilayah Selatan Maluku Tengah, rata-rata di atas 13,5. Di sisi
lain, kontribusi RTP oleh kawasan TNS masih berada di bawah satu persen. Perbedaan jumlah nelayan dan RTP untuk tiap kawasan pengembangan
perikanan pelagis kecil menunjukkan adanya perbedaan orientasi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di Maluku tengah terhadap pemanfaatan sumber
daya perikanan. Hasil identifikasi lapangan memberikan gambaran bahwa walaupun adanya kelompok masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
yang cukup besar jumlahnya, namun tidak diikuti dengan kegiatan ekonomi produktif dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut yang ada di sekitarnya.
Masyarakat Maluku Tengah dengan kapasitas ekonomi yang rendah cenderung memilih kegiatan ekonomi produktif yang tidak membutuhkan investasi yang
besar. Oleh sebab itu, masih tinggi ketergantungan mereka terhadap sumber daya darat yang tidak membutuhkan biaya pemanfaatan yang besar.
Hasil perhitungan rata-rata perubahan yang dinyatakan dalam nilai pertumbuhan nelayan selama enam tahun ini, menunjukkan bahwa pertumbuhan
tertinggi adalah pada kawasan Leihitu sebesar 6,81 pertahun dan terendah pada kawasan Nusalaut dengan sebesar 1,00 per tahun. Pertumbuhan ini diduga
berkaitan dengan dua faktor yang berpengaruh: 1 adanya pertumbuhan penduduk; dan 2 pengaruh kebijakan peningkatan kuantitas nelayan oleh
Pemerintah Maluku Tengah. Dinamika nelayan yang ditunjukkan selama periode enam tahun
pembangunan perikanan di Maluku Tengah menggambarkan adanya perbedaan laju perubahan pada setiap kawasan pengembangan perikanan pelagis kecil. Hasil
167
analisis menunjukkan hampir seluruh kawasan memiliki pertumbuhan nelayan yang seragam dari tahun ke tahun, yakni antara 0,00 – 4,00. Namun demikian,
beberapa kawasan menunjukkan pertumbuhan yang sangat cepat, terutama pada tahun-tahun tertentu.
Perkembangannya secara tahunan menunjukkan dinamika pada tiap kawasan Gambar 33. Pertama, pada periode 2005-2006, pertumbuhan nelayan
paling tinggi terjadi pada kawasan Amahai sebesar 10,18. Kedua, pada periode 2006-2007, pertumbuhan nelayan paling tinggi adalah Amahai 9,08 dan
Leihitu 7,90. Ketiga, pada periode 2007-2008, pertumbuhan yang tinggi juga terjadi pada kawasan Amahai dan Leihitu, masing-masing 9,88 dan 16,55.
Keempat, periode 2008-2009, pertumbuhan yang tinggi adalah kawasan Leihitu 7,48, Pulau Haruku 10,02, dan Salahutu 16,42. Kelima, pada periode
2009-2010 pertumbuhan rata-rata di bawah 1,00, kecuali kawasan Kota Masohi yang memiliki pertumbuhan 3,34.
Gambar 33 Dinamika pertumbuhan nelayan tahunan di wilayah Selatan Maluku Tengah
Hasil ini menunjukkan bahwa kawasan-kawasan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi di setiap periode pembangunan perikanan di Maluku
Periode perkembangan tahun T
ingka t pe
rt um
b uha
n