Kebijakan status eksploitasi sumber daya ikan di wilayah penelitian

243 Tabel 37 Distribusi kelompok dan jenis API dengan status penempatan per jalur penangkapan dan pada wilayah penelitian WPP 714 No Kelompok dan Jenis API Status Penempatan per Jalur Penangkapan Status Penempatan Pada Wilayah Penelitian WPP 714 IA IB II III 1 Jaring Lingkar: Pukat cincin pelagis kecil dengan satu kapal DL √ √ √ DL Pukat cincin grup pelagis kecil DL DL √ √ DL Jaring lingkar tanpa tali kerut DL √ √ √ DL 2 Pukat Tarik: Pukat tarik pantai √ DL DL DL √ Dogol DL √ √ √ √ Payang DL √ √ √ √ Cantrang DL DL √ √ DL 3 Pukat Hela: Pukat hela pertengahan ikan DL DL DL √ DL 4 Jaring Angkat: Anco DL DL DL √ √ Bagan perahu DL DL √ DL √ Bagan tancap √ √ DL DL √ 5 Alat yang DijatuhkanDitebar: Jala jatuh berkapal DL DL DL √ √ Jala tebar √ DL DL DL √ 6 Jaring Insang: Jaring insang tetap DL √ √ √ √ Jaring insang hanyut DL √ √ √ √ Jaring insang lingkar DL √ √ DL √ Jaring insang berpancang √ DL DL DL √ 7 Pancing: Pancing ulur √ √ √ √ √ Pancing tegak √ √ √ √ √ Keterangan: √ = diperbolehkan; DL = dilarang Sumber: Kepmen KP No. 2 Tahun 2011 Kedua kondisi ini menunjukkan bahwa masih ada kebutuhan untuk mengatur pengelolaan khusus untuk kawasan perairan di WPP 714, khususnya di perairan Maluku. Hal ini penting untuk dikaji kembali mengingat: pertama, kedalaman perairan di wilayah penelitian WPP 714 relatif berbeda dengan prairan lain di Indonesia sehingga sentuhan terhadap dasar pwerairan haruslah 244 dibedakan untuk perairan lain di Indonesia yang relatif dangkal. Kedua, orientasi usaha perikanan pelagis kecil dengan kapasitas investasi dari nelayan yang rendah tidak akan mampung mengaakomodasi keingginan kebijakan. Ketiga, API yang umumnya dilarang pengoperasiannya merupakan basis kegiatan ekonomi produktif untuk nelayan yang mengembangkan usaha perikanan pelagis kecil.

7.3.4 Roadmap implementasi kebijakan pemerintah pusat

Kajian terhadap roadmap kebijakan pengelolaan perikanan di Maluku Tengah yang berbasis pada kebijakan pemerintah pusat menghadirkan 10 kelompok kebijakan operasional, masing-masing: 1 pembinaan usaha perikanan; 2 penguatan kapasitas staf pengelola perikanan; 3 perizinan usaha; 4 pembinaan dan pengendalian lingkungan; 5 penguatan kapasitas nelayan dan keluarga nelayan; 6 peningkatan kapasitas penyuluhan; 7 pengembangan sistem informasi perikanan; 8 pengembangan infrastruktur perikanan; 9 pengembangan pengolahan hasil perikanan; dan 10 pengembangan distribusi dan pemasaran produk perikanan Tabel 38. Sepuluh kelompok kebijakan ini merupakan upaya mengimplementasikan kebijakan operasionalnya untuk kepentingan pembangunan perikanan di Maluku Tengah. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa keberpihakan kebijakan pemerintah pusat terhadap pembangunan perikanan tangkap di Maluku Tengah terfokus pada implementasi kebijakan dengan sasaran ruang ekonomi, sosial dan politik. Namun demikian, secara makro alokasi kebijakan masih terfokus pada ruang politik yang dibungkus dengan ruang sosial dan ekonomi. Hal ini tergambar dari tingginya alokasi pembiayaan pada sarana tangkap dan infrastruktur pendukung perikanan tangkap. Pola implementasi seperti ini menunjukkan masih ada kebutuhan terhadap pemahaman kebutuhan pengembangan kawasan perikanan di Maluku Tengah sebagai dasar untuk merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan. Maluku Tengah masih membutuhkan integrasi kebijakan perikanan tangkap, baik dalam konteks kebijakan politik, sosial dan ekonomi maupun pengelolaan SDI dan lingkungan perairan.