Keragaan usaha Implikasi Dinamika Sub Sistem Manusia Bagi Pengembangan Kawasan Perikanan

209 menjadi dasar yang kuat dan sangat membantu dalam menentukan teknologi penangkapan ikan dominan. Dahlan et al. 2011 menerangkan hasil perhitungan kesesuaian usaha berdasarkan kriteria investasi yang layak memberi panduan untuk pemilihan usaha perikanan tangkap yang tepat, dan hal ni sangat berguna terutama untuk mengembangkan potensi dan komoditas unggulan pada perikanan daerah secara secara berkelanjutan. 6.8.3 Komoditas unggulan dan alat penangkapan ikan pilihan 6.8.3.1 Komoditas pelagis kecil unggulan Penentuan komoditas pelagis kecil unggulan yang dilakukan dengan pendekatan skoring yang diikuti dengan standarisasi nilai melalui pendekatan fungsi nilai mengacu pada konsep yang dikembangkan oleh Kuntoro dan Listiarini 1983 dan Haluan dan Nurani 1998. Batasan terhadap kriteria fungsi mengacu pada hasil yang dikembangkan oleh Sutisna 2007, yang melakukan seleksi komoditas unggulan menggunakan variabel-variabel: nilai produksi Rp, tingkatan harga Rpkg, wilayah pemasaran, dan nilai tambah. Sesuai dengan pendekatan ini, setiap variabel memberikan distribusi nilai berbeda untuk tiap jenis ikan Tabel 28. Hasil analisis nilai produksi ikan pelagis kecil secara total tahun 2010 menunjukkan total nilai produksi mencapai Rp. 49.246.175,-. Capaian nilai produksi ini merupakan akumulasi dari distribusi harga untuk setiap jenis ikan pelagis kecil dominan dengan total volume produksi dalam tahun 2010 sebesar 22.145,79 kg. Distribusinya selama tahun 2010 untuk 10 jenis ikan dominan dinyatakan dalam tabel analisis komoditas unggulan. Harga rata-rata untuk setiap jenis ikan menunjukkan nilai tertinggi pada ikan sunglir sebesar Rp. 10.000,- dan terendah pada ikan terbang dan tembang Rp. 3.000,-. Jenis lainnya memiliki kisaran harga antara Rp. 4.000,- sampai dengan Rp. 7.000,-. Tabel 28 Distribusi fungsi nilai dan rangking komoditas pelagis kecil unggulan di wilayah Selatan Maluku Tengah Komoditas pelagis kecil Nilai produksi Rp Fungsi nilai Harga Rpkg Fungsi nilai Wilayah pemasaran Fungsi nilai Nilai Tambah ANP Fungsi nilai Rataan fungsi nilai Rank Layang 25.569.600 1,000 6.000 0,429 3 1,000 108 1,000 0,857 1 Selar 6.627.950 0,259 7.000 0,571 2 0,500 37 0,311 0,410 2 Kembung 1.556.259 0,060 7.000 0,571 1 0,000 48 0,417 0,262 4 Julung-julung 921.300 0,036 6.000 0,429 1 0,000 15 0,097 0,140 7 Terbang 1.286.139 0,050 3.000 0,000 2 0,500 16 0,102 0,163 6 Sunglir 5.088.000 0,199 10.000 1,000 1 0,000 15 0,092 0,323 3 Tembang 10.379 0,000 3.000 0,000 1 0,000 50 0,432 0,108 8 Teri 7.556.600 0,295 4.000 0,143 1 0,000 31 0,252 0,173 5 Lemuru 311.074 0,012 4.000 0,143 1 0,000 9 0,039 0,048 9 Japuh 318.874 0,012 4.000 0,143 1 0,000 5 0,000 0,039 10 Keterangan: Sistem skoring untuk wilayah pemasaran, meliputi: Skor 1 = wilayah pemasaran lokal Skor 2 = wilayah pemasaran antar pulau Skor 3 = wilayah pemasaran ekspor Dari sepuluh jenis ikan dominan diproduksi di perairan Selatan Maluku Tengah, ikan layang merupakan satu-satunya komoditas yang memiliki jangkau pasar yang paling luas yaitu pasar ekspor. Hal ini dipengaruhi oleh adanya ketersediaan pasar luar negeri terhadap komoditas ini yang meningkat dari waktu ke waktu. Dua komoditas lain yang memiliki jangkau pasar dengan kategori pasar antar pulau adalah ikan selar dan ikan terbang. Tujuh komoditas lainnya hanya memiliki pasar lokal kabupaten dan provinsi. Identifikasi terhadap jenis ikan yang diolah untuk meningkatkan nilai tambah menggunakan pendekatan akumulasi nilai proporsional ANP dari produksi komoditas ikan pelagis kecil untuk setiap jenis olahan. Sesuai dengan hasil perhitungan ini, ikan layang memiliki ANP yang paling tinggi yang sebesar 108, sedangkan ANP terendah pada komoditas lemuru dan japuh masing-masing sebesar sembilan dan lima. Seluruh hasil dipetakan secara tabular untuk distandarisasi dan dibuat perangkingan keunggulannya. Tingkatan fungsi nilai dari keempat variabel yang dianalisis. Dengan pendekatan lima rangking teratas, terseleksi lima komoditas unggulan masing-masing dengan rataan fungsi nilainya: ikan layang 0,857, selar 0,410, sunglir 0,323, kembung 0,262 dan teri 0,173.

6.8.3.2 Unit penangkapan ikan pelagis kecil pilihan

Seleksi terhadap unit penangkapan ikan UPI pelagis kecil pilihan untuk dikembangkan di wilayah Maluku Tengah, didasarkan pada empat aspek penentu pada teknologi penangkapan ikan eksisting, masing-masing: teknis, finansial, lingkungan dan sosial. Analisis ini mengacu Sutisna 2007 dan dikembangkan sesuai kebutuhan perluasan analisis, dan untuk penelitian ini analisis dilakukan terhadap teknologi penangkapan ikan pelagis kecil yang dominan. Mengacu pada seluruh hasil analisis keragaan sistem perikanan pelagis kecil, dinamika dan dampak, seleksi terhadap UPI pelagis kecil pilihan dapat dilakukan. Pertama, pada aspek teknis terdapat empat variabel yang dianalisis, meliputi: 1 rata-rata nilai CPUE untuk kelima UPI dominan berkisar antara 0,0711 – 0,4402 tontrip, tertinggi pada pukat cincin dan terendah pada pancing tegak; 2 sesuai dengan tingkat produktivitasnya, kisaran rata-rata produksi setiap