Nelayan dan rumah tangga perikanan

36

2.1.2.2 Tipologi metode penangkapan ikan

Pilihan terhadap metode penangkapan ikan sangatlah tergantung pada berbagai faktor. Tentu saja, dalam setiap sistem perikanan, nelayan akan mencoba berbagai kemungkinan untuk menemukan alat tangkap yang sesuai dengan tujuan aktivitas penangkapan mereka. Hal ini dilakukan dalam upaya menghasilkan jenis-jenis hasil tangkapan yang menjadi tujuan tangkap, dimana hal ini juga sangat dipengaruhi oleh kapasitas sumber daya finansial dan teknologi yang dimiliki Charles, 2001. Pilihan-pilihan yang dilakukan nelayan akan mengarah pada keseimbangan faktor-faktor yang berhubungan dengan sifat biologis dari ikan yang ditangkap, sifat ekonomi dari teknologi-teknologi penangkapan dan faktor sosial sesuai dengan kegiatan perikanan yang digeluti Charles, 2001; Widodo dan Suadi, 2006. Berikut ini diberikan gambaran faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pilihan-pilihan nelayan, digambarkan secara keseluruhan untuk menemukan karakteristik metode penangkapan, meliputi: 1. Sesuai dengan karakter biologis, jenis-jenis ikan yang hidupnya secara sedentary di dasar perairan seperti lobster, cenderung ditangkap dengan alat tangkap bubu. Di sisi lain, flatfish yang juga hidup di dasar perairan dan memiliki pergerakan yang aktif, akan sulit ditangkap dengan bubu, oleh sebab itu pilihan alat tangkap yang dipilih adalah trawl. Demikian juga untuk jenis- jenis ikan pelagis yang memiliki pergerakan yang aktif, akan ditangkap dengan berbagai jenis alat tangkap yang sesuai. 2. Realitas ekonomi menunjukkan bahwa ada kecenderungan penangkapan ikan yang memiliki nilai ekonomi yang rendah, namun ditangkap dengan metode penangkapan dengan biaya tinggi. Fokus terhadap orientasi manfaat jangka pendek dan jangka panjang juga memberikan pengaruh terhadap tingkatan kepedulian terhadap upaya-upaya konservasi. Sebagai contoh, penggunaan bahan peledak yang memiliki biaya yang rendah bisa mendapat hasil tangkapan bernilai ekonomi tinggi. 3. Faktor sosial juga merupakan faktor yang penting dalam mendukung pilihan nelayan dalam melakukan aktivitas. Sebagai contoh penggunaan alat tangkap perangkap yang ditarik berhubungan dengan dinamika sosial masyarakat 37 penggunanya dan memiliki keterkaitan dengan persepsi mereka tentang aspek ekologis.

2.1.2.3 Pengolahan hasil perikanan

Secara historis, dalam mempelajari sistem perikanan, fokus para manajer, perencana, peneliti dan kelompok lain adalah pada sektor tangkap. Walaupun demikian, sektor pasca tangkap memiliki signifikansi kuat dengan upaya-upaya penangkapan ikan yang dewasa ini tidak memiliki nilai keberlanjutan dalam peningkatan upaya tangkap. Oleh sebab itu, agak krusial untuk fokus pada suatu tujuan dari maksimisasi manfaat bagi masyarakat melalui setiap sumber daya ikan yang dapat ditangkap secara berkelanjutan Charles, 2001. Pendekatan pembangunan berkelanjutan memastikan bahwa kuantitas terbatas dari ikan yang tersedia dimanfaatkan secara efisien mungkin untuk memenuhi tujuan-tujuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan tenaga kerja, serta pembangunan sosial ekonomi. Pikiran ini memiliki relevansi dengan sektor pasca tangkap, dan berimplikasi pada: 1 peningkatan nilai tambah melalui kegiatan pengolahan hasil yang sesuai; 2 pengembangan danatau peningkatan sistem distribusi dan pemasaran; serta 3 memadukan perikanan ke dalam keseluruhan upaya-upaya pembangungan. Sebagai catatan, elemen penting yang menjadi langkah pertama untuk diperhatikan ialah mekanisme yang terjadi mulai pada bergeraknya ikan hasil tangkapan dari armada nelayan ke tingkat pengolahan, atau langsung memasuki pasar. Hal ini meliputi: 1 perhatian khusus terhadap proses pemasaran ikan, termasuk jaringan komunikasi antara produsen dan konsumen; 2 menemukan setiap peran pedagang perantara; dan 3 pertimbangan terhadap arti penting distribusi produk secara fisik. Langkah kedua, tingkatan kegiatan pengolahan yang beragam cenderung terjadi, terkait dengan proses pembelian dan penjualan di lokasi pasar. Langkah ketiga, ialah penjualan kepada konsumen beragam, baik secara individual untuk konsumsi keluarga, institusi dan perusahaan besar atau industri yang membeli langsung ikan atau produk perikanan untuk penggunaan- penggunaan secara khusus Charles, 2001. 38 Pengolahan dalam kegiatan penangkapan meliputi setiap aktivitas yang dilakukan terhadap ikan hasil tangkapan sebelum akhirnya dijual ke pedagang atau pengecer. Hal ini dapat mencakup metode-metode umum seperti: 1 penanganan untuk dijual dalam bentuk segar; 2 pendinginan yang umum ditemukan pada ikan hasil tangkapan untuk tujuan industri; 3 pengasapan dan penggaraman; 4 pengalengan untuk beberapa jenis ikan seperti tuna, sardin, dll; serta 5 produksi tepung ikan Charles, 2001. Seluruh metode yang dikemukakan di atas menurut Charles 2001, cenderung mengarah pada penggunaan tenaga kerja secara intensif, kecuali pengalengan dan produksi tepung yang tergantung pada penggunaan modal secara intensif. Beragam manfaat yang didapat dari kegiatan pengolahan, antara lain: 1. Pengolahan menunjukkan suatu industri sekunder dalam sistem perikanan, yang biasanya membutuhkan dukungan tenaga kerja perikanan berbasis wilayah, dan memberikan nilai tambah dari ikan yang didaratkan dari kapal penangkap. Tentu saja, hal ini tidak umum ditemukan, sesuai dengan aturan atau mekanisme yang berlaku, dimana nilai pasar dari produk ikan sesudah pengolahan dan pemasaran setidaknya sekitar dua kali nilai pendaratan ikan yang diterima nelayan dari hasil tangkapannya. 2. Pengolahan sangat berarti untuk mentransformasi ikan kedalam bentuk-bentuk yang mudah dikelola. 3. Pengolahan mentransformasikan ikan dalam bentuk yang mudah dipasarkan, sesuai preferensi pembeli dalam berbagai produk dan pilihan-pilihan kemasan yang beragam. 4. Peningkatan kegiatan pengolahan dapat menghasilkan suatu bentuk pemanfaatan yang sangat baik terhadap ikan rucah dan pengembangan sumber daya produk baru, yang seringkali menunjang pengembangan ekonomi pada area yang terbatas.

2.1.2.4 Distribusi dan pemasaran

Disamping nelayan sebagai bagian dalam sistem manusia, kelompok lain yang juga terlibat dalam pemanfaatan sumber daya ikan pada habitatnya atau terintegrasi dalam kegiatan penangkapan ikan adalah para pengumpul dan 39 distributor hasil perikanan. Para pengumpul ini hanya merupakan sebagian kecil dari komponen manusia yang termasuk dalam perikanan Charles, 2001. Untuk setiap nelayan komersial misalnya, teridentifikasi tiga kelompok orang yang menyeimbangkan dimensi manusia dalam setiap aktivitasnya: 1 keluarga nelayan dan masyarakat dalam konteks sosial atau politik; 2 kelompok orang yang terintegrasi dan tergantung pada aktivitas penangkapan, termasuk mereka yang beraktivitas di dermaga perahu, pasar-pasar yang menyediakan produk ikan dan fasilitas-fasilitas pelayanan; serta 3 kelompok distributor, pelaku pasar dan konsumen yang melakukan permintaan terhadap produk-produk hasil tangkapan Charles, 2001. Pemasaran merupakan suatu aktivitas yang krusial dalam kegiatan perikanan. Dalam konteks komersial, hasil tangkapan yang baik hanya bisa bermanfaat jika produknya dapat dijual. Pemasaran merupakan aksi penempatan dan pengaturan sebuah pasar, khususnya pembeli, terhadap hasil tangkapan yang dihasilkan oleh seorang nelayan secara spesifik, koperasi, perusahaan atau masyarakat Charles, 2001. Pemasaran hasil perikanan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa dari perikanan agar dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun potensial. Dengan demikian, pemasaran hasil perikanan laut, dapat dipahami sebagai kegiatan ekonomi yang membawa atau menyampaikan barang dari produsen, dalam hal ini nelayan, sampai ke konsumen baik industri pengolahan ikan maupun rumah tangga Widodo dan Suadi, 2006. Charles 2001 menyatakan pada perikanan skala kecil, nelayan bisa menangani dengan baik persoalan penjualan ikan oleh kelompok perempuan atau masyarakat untuk aktivitas pemasaran di tingkat lokal, atau dilanjutkan ke pengumpul untuk membawa ikan hasil tangkapan ke pasar. Sampai pada tingkat pedagang di pasar atau perusahaan yang membeli ikan hasil tangkapan, mekanisme distribusi menjadi penting untuk diperhatikan. Pada skala pasar secara makro, proses pemasaran mencakup juga kegiatan promosi, termasuk promosi konsumsi ikan secara umum maupun konsumsi ikan 40 secara khusus dari wilayah-wilayah asal produk perikanan ke wilayah-wilayah yang lebih jauh, bahkan pada tingkatan nasional. Upaya-upaya untuk mendukung pemasaran dan distribusi pada skala ini memainkan peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Perhatian terhadap mekanisme distribusi ikan juga menjadi penting. Suatu aktivitas penjualan hanya bisa sempurna bila ikan dapat diterima sampai pada tangan pembeli. Umumnya pada negara-negara berkembang, mekanisme distribusi ini sangat tergantung pada besarnya fraksi penduduk, seringkali mencapai 50 atau lebih, tidak mengkonsumsi ikan laut karena produk ikan tidak tersedia. Di beberapa negara, hal ini menyebabkan konsumsi ikan per kapita menjadi rendah karena tingginya harga ikan, akibat dari permintaan yang rendah terhadap produk ikan tersebut. Dalam banyak kasus, kajian terhadap jaringan pemasaran pasca tangkap menunjukkan ketergantung terhadap sejumlah tingkatan kapabilitas transportasi dan faktor-faktor eksternal lain di luar sistem perikanan Charles, 2001. Proses dimana ikan benar-benar dibeli dan dijual disebut sebagai pasar ikan. Istilah ini secara konseptual digunakan karena pasar yang memutuskan harga dan juga mengacu pada entitas fisik dimana kegiatan penjualan dan pembelian terjadi. Hal ini dapat terjadi pada tingkatan masyarakat atau pada pusat-pusat kota. Pasar pada tingkat lokal harus mencakup perantara yang independen atau anggota keluarga khususnya kelompok perempuan yang berperan dalam proses penjualan. Pasar yang besar melayani wilayah yang lebih luas, bahkan dapat mencapai proses pemasaran yang disebut ekspor Charles, 2001; Widodo dan Suadi, 2006; Infofish, 2008. Teori penawaran dan permintaan merupakan pengarah dalam mendikusikan pasar ikan. Sistem yang digunakan ialah pasar persaingan sempurna Diei-Ouadi, 2005, dengan disadarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Jumlah pembeli dan penjual banyak, tidak ada kontrol individu yang cukup mampu untuk mempangaruhi harga sesuai yang diminta atau yang dijual, dan tidak ada kolusi antara penjual dan pembeli.