152
Dari frekuensi kemunculan indikator sikap di atas, dapat dilihat bahwa dari observasi pertama ke observasi kedua terdapat sebanyak 17 peserta didik
frekuensinya tetap, sebanyak 7 peserta didik frekuensinya mengalami kenaikan, dan sebanyak 7 peserta didik frekuensinya mengalami penurunan. Dari
observasi kedua ke tindakan pertama siklus I, sebanyak 23 peserta didik frekuensinya tetap dan sebanyak 8 peserta didik frekuensinya mengalami
kenaikan. Dari tindakan pertama ke tindakan kedua siklus I, sebanyak 9 peserta didik frekuensinya tetap, sebanyak 14 peserta didik frekuensinya mengalami
kenaikan dan sebanyak 8 peserta didik frekuensinya mengalami penurunan. Dari tindakan kedua ke tindakan ketiga siklus I, sebanyak 20 peserta didik
frekuensinya tetap, sebanyak 7 peserta didik frekuensinya mengalami kenaikan, dan sebanyak 4 peserta didik frekuensinya mengalami penurunan.
Pada pelaksanaan siklus II frekuensi kemunculan indikator sikap peserta didik dapat dideskripsikan sebagai berikut. Dari tindakan ketiga siklus I ke
tindakan pertama siklus II, sebanyak 7 peserta didik frekuensinya tetap, sebanyak 9 peserta didik frekuensinya mengalami kenaikan dan sebanyak 15
peserta didik frekuensinya mengalami penurunan dari tindakan sebelumnya. Dari tindakan pertama ke tindakan kedua siklus II, sebanyak 13 peserta didik
frekuensinya tetap, sebanyak 12 peserta didik frekuensinya mengalai kenaikan dan 6 peserta didik frekuensinya mengalami penurunan. Dari tindakan kedua ke
tindakan ketiga siklus II, sebanyak 23 peserta didik frekuensinya tetap, sebanyak 6 peserta didik frekuensinya mengalami kenaikan dan sebanyak 2
peserta didik frekuensinya mengalami penurunan. Dapat diketahui bahwa pada
153
pertemuan 1 siklus II, frekuensi kemunculan indikator keaktifan peserta didik mengalami penurunan. Berdasarkan hasil wawancara kepada peserta didik
ditemukan permasalahan yang menyebabkan keaktifan menurun yaitu banyaknya tugas di luar pelajaran bahasa Jerman yang menyebabkan peserta
didik merasakan lelah dan tidak semangat. Selain itu, terdapat 2 peserta didik yang sama sekali tidak aktif dalam bertanya baik kepada peserta didik lain
maupun guru. Meskipun demikian, dapat disimpulkan bahwa frekuensi kemunculan indikator keaktifan peserta didik mengalami kenaikan yang cukup
signifikan dari siklus I ke siklus II. Selengkapnya dapat dilihat pada lampitran 3 halaman 186
2. Peningkatan prestasi belajar keterampilan menulis bahasa Jerman
peserta didik kelas XI Bahasa MAN Purworejo melalui penggunaan teknik Cluster.
Teknik Cluster mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran keterampilan menulis bahasa Jerman. Pada siklus I peserta didik
dilatihkan membuat karangan dengan ide-ide yang mereka tuangkan dalam bagan Cluster dan peserta didik berlatih merangkai kalimat dari kata-kata yang
mereka tulis. Meskipun peserta didik mengalami kesulitan, hal ini disebabkan karena tenik Cluster masih terbilang baru bagi peserta didik maupun guru,
namun dari hasil evaluasi terbukti bahwa prestasi peserta didik pada pembelajaran keterampilan menulis mengalami peningkatan. Pada siklus II guru
melaksanakan pembelajaran seperti siklus I hanya saja guru lebih memvariasikan dengan pembentukan kelompok dan juga latihan membuat
154
kalimat supaya peserta didik terbiasa dalam menulis. Latihan pada siklus II juga ditekankan pada membuat kalimat dan membuat karangan seperti pada siklus I.
Namun guru dan peneliti mengkombinasikan pembelajaran dengan dibentuknya kelompok yang terdiri dari 2-4 anak. Pembentukan kelompok dimaksudkan
untuk memudahkan guru dalam pengkoreksian Cluster dan juga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk salih berbagi imu dengan teman
sekelompoknya. Keberhasilan produk dalam hal ini adalah prestasi belajar peserta didik
pada keterampilan menulis dapat dilihat dengan cara membandingkan hasil pembelajaran yang dicapai sebelum dan sesudah tindakan dilakukan melalui
evaluasi pada setiap akhir siklus. Peningkatan prestasi belajar peserta didik dapat dibandingkan dari nilai keterampilan menulis peserta didik sebelum
tindakan dengan nilai evaluasi keterampilan menulis siklus I. Sebelum diberi tindakan nilai rata-rata keterampilan peserta didik adalah 72. Setelah
pelaksanaan tindaskan siklus I nilai rata-rata keterampilan menulis peserta didik menjadi 75,32 sehingga peningkatannya terhitung sebesar 4,61. Nilai rata-rata
keterampilan menulis peserta didik pada siklus II adalah 81,71 sehingga kenaikan terhadap siklus II terhadap siklus I terhitung sebesar 8,48. Total
peningkatan prestasi belajar sebelum diberi tindakan hingga siklus II adalah sebesar 13,09. Berikut adalah gambar perbandingan rerata skor siklus I
dengan siklus II.
155
Gambar 3. Perbandingan Rerata Skor Keterampilan Menulis Peserta Didik
Dari grafik di atas menunjukan bahwa nilai keterampilan menulis bahasa Jerman peserta didik mengalami peningkatan. Teknik Cluster mampu
meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran keterampilan menulis bahasa Jerman.
Dari hasil angket refleksi yang diisi oleh peserta didik menunjukkan bahwa peserta didik memberikan pendapat atau tanggapan positif terhadap
upaya yang telah dilakukan paada siklus I dan II. Berikut ini adalah beberapa pernyataan peserta didik mengenai pembelajaran keterampilan menulis dengan
menggunakan teknik Cluster. Peserta didik memberikan pendapat bahwa teknik tersebut dapat meningkatkan keaktifan mereka,
“Ya, dapat meningkatkan kreatifitas saya
”. Peserta didik berpendapat bahwa teknik tersebut cukup membantu peserta didik dalam pembelajaran menulis bahasa Jerman,
Penilai 1 Penilai 2
20 40
60 80
100
Siklus 1 Siklus 2
Penilai 1 Penilai 2