Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
3
Idealnya keterampilan menulis berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan
rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Dalam KTSP 2006 Pelajaran Bahasa Jerman, keterampilan menulis menuntut peserta didik untuk mampu
menuliskan kata kunci dan mengembangkan menjadi paparan paragraf sederhana tentang kehidupan di sekolah. Selain itu, menulis merupakan aktivitas
seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan dan belahan otak kiri DePorter Hernachi, 2003: 179. Otak kanan berhubungan dengan emosi,
perasaan sedangkan belahan otak kiri berhubungan dengan logika, ilmu pengetahuan. Hal ini berarti pembelajaran menulis tidak hanya berhubungan
dengan semangat, spontanitas, emosi, warna, kegembiraan dan sebagainya. Dalam hal ini pembelajaran menulis atau mengarang peserta didik harus lebih
sering dibimbing dalam hal menulis ide, kalimat, ejaan, penyuntingan, dan tata bahasa. Namun untuk mengaktifkan otak kiri dan kanan dalam merespon
pelajaran menulis tidaklah mudah sesuai dengan teori bahwa menulis merupakan aktivitas mengaktifkan kerjan dua belah otak. Peserta didik juga
cenderung merasa sulit dalam mengingat kosakata bahasa Jerman sehingga menghambat dalam mengeluarkan ide, dimana ide ini adalah dasar dalam
membuat suatu tulisan.
Selain kurikulum yang sesuai, tujuan pembelajaran juga dapat tercapai apabila aspek-aspek pendukung keberhasilan implementasi kurikulum juga
harus baik. Adapun aspek-aspek tersebut antara lain pendidik, buku ajar yang digunakan, media pembelajaran yang dimanfaatkan, dan metode atau teknik
4
yang diterapkan dalam pembelajaran. Sehebat apapun kurikulum yang dirancang, namun pendidik lah yang berinteraksi langsung di dalam kelas.
Pendidik memiliki peran yang penting karena pendidik yang akan mentransfer rencana pembelajaran dan mengadakan perubahan pada peserta didik. Program
kelas tidak akan berarti apabila tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu, peranan pendidik sangat menentukan keberhasilan program karena
kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara peserta didik dalam suatu kelas. Buku teks atau buku ajar ini memainkan peran utama dalam pembelajaran
bahasa di kelas di semua jenjang pendidikan. Buku teks pembelajaran bahasa Jerman yang dijadikan pedoman pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri
Purworejo MAN Purworejo kelas XI Bahasa adalah Kontakte Deutsch 1 KD 1 dan Kontakte Deutsch Extra KD Extra. Dalam KD Extra berisi tentang tema
kehidupan sehari-hari dimana peserta didik dituntut untuk dapat memaparkan kehidupan sehari-hari dalam bentuk karangan sederhana. Selain aspek-aspek
tersebut, penggunaan metode dan teknik dalam pengajaran pun sangat mendukung keberhasilan pembelajaran. Pada hakikatnya metode atau teknik
pembelajaran akan menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan jika disesuaikan dengan kondisi pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan teknik
pembelajaran yang tepat akan mempercepat pemahaman peserta didik yang dapat berpengaruh terjadap ketercapaian hasil belajar yang maksimal.
Sedangkan teknik pembelajaran yang bervariasi akan menimbulkan daya tarik tersendiri sehingga motivasi belajar akan tumbuh dan akan membentuk peserta
didik yang aktif dan kreatif.
5
Berdasarkan observasi, wawancara guru dan peserta didik serta penyebaran angket pra tindakan yang dilakukan peneliti di MAN Purworejo
pada bulan Februari 2014 terhadap kegiatan belajar mengajar KBM pembelajaran bahasa Jerman keterampilan menulis di dalam kelas menunjukkan
fakta yang jauh dari kategori ideal yang dipaparkan di atas. Peneliti menemukan beberapa kendala yang terkain dengan aspek-aspek pendukung keberhasilan
pembelajaran. Kendala-kendala tersebut antara lain 1 prestesi pada keterampilan menulis peserta didik tergolong rendah. Menurut paparan guru
saat di wawancara oleh peneliti, peserta didik juga masih lemah dalam segi struktur kalimat terutama pada peletakan kata kerja sehingga mendorong mereka
malas dan merasa kesulitan dalam menulis karangan. Selain itu, guru mengatakan bahwa nilai peserta didik masih kurang dari KKM meskipun
sebagian besar peserta didik sudah tuntas KKM namun tidak begitu memuaskan. Penguasaan kosakata dan struktur atau tata bahasa mereka yang masih kurang
juga menjadi faktor penghambat bagi mereka untuk menuangkan ide-ide, pikiran, maupun gagasan mereka pada saat diminta untuk membuat sebuah teks
dalam bahasa Jerman, 2 kurangnya keaktifan peserta didik saat belajar. Mata pelajaran bahasa Jerman di MAN Purworejo dijadikan sebagai pelajaran wajib
bagi kelas XI bahasa. Namun fakta yang ada justru peserta didik kurang memiliki keberanian dalam mengungkapkan ide, gagasan, dan menghasilkan
produk dalam bahasa Jerman terutama melalui kegiatan menulis. Terlihat dari cara belajar peserta didik yang cenderung pasif dan malu saat diminta untuk
mengeluarkan pendapat atau sekedar bertanya kepada pendidik. Penyebabnya
6
adalah kurangnya rasa percaya diri dan keberanian peserta didik dalam mempelajari bahasa Jerman. Berdasarkan wawancara kepada peserta didik
ditemukan permasalahan seperti peserta didik kurang jelas memperhatikan penjelasan guru. Akibatnya semangat peserta didik kurang dapat disalurkan
dalam pembelajaran 3 kurangnya kreativitas peserta didik dalam pembelajaran keterampilan menulis. Kemampuan menulis peserta didik masih kurang dari
segi penggunaan grammatik dan penguasaan kosakata. Dalam menulis, peserta didik hanya mengandalkan konstruksi kalimat yang ada di dalam buku pedoman
belajar tanpa mencoba membuat sebuah kalimat dengan konstruksi susunan kalimat yang lain. Apabila peserta didik diberi tugas menulis karangan atau
dialog, peserta didik cenderung menggunakan kontruksi kalimat yang sama bahkan hanya meniru dialog atau teks yang sudah ada, mereka hanya hanya
mengganti kata-kata yang berhubungan dengan nama suatu lokasi, orang, jenis pakaian, jenis makanan, dan sebagainya. Penulisan kata benda dalam bahasa
Jerman atau biasa disebut Nomen masih terdapat beberapa kesalahan, peserta didik cenderung melakukan kesalahan seperti tidak memakai umlaut dan
terkadang bahkan yang seharusnya ditulis dengan huruf kapital tetapi tidak ditulis dengan huruf kapital., pemilihan gaya bahasa yang masih rendah dan
penggunaan struktur grammatik yang belum maksimal. Penyebab dari kurangnya kreativitas peserta didik tentu saja peserta didik masih mengalami
kesulitan dalam mempelajari aspek kebahasaan yang meliputi penggunaan grammatik dan penguasaan kosakata. Berdasarkan wawancara kepada peserta
didik, mereka mengaku bahwa mereka mengalami kesulitan saat menghafal
7
kosakata sehingga kosakata mereka menjadi kurang. Akibatnya adalah peserta didik kesulitan dalam merangkai kalimat atau membuat karangan; 4 kejenuhan
peserta didik terhadap pembelajaran. Teknik pembelajaran yang tepat akan mempercepat pemahaman peserta didik yang dapat berpengaruhi ketercapaian
hasil belajar yang maksimal. Sedangkan teknik pembelajaran yang bervariasi akan menimbulkan daya tarik tersendiri sehingga motivasi belajar akan tumbuh
dan akan membentuk peserta didik yang aktif dan kreatif. Faktanya peserta didik cenderung manja dalam menulis. Pada pembelajaran menulis, biasanya guru
meminta peserta didik untuk membuat dialog yang sudah dicontohkan, melengkapi paragraf yang masih rumpang, dan menyusun kalimat acak. Peserta
didik jarang sekali dilatihkan menulis karangan sederhana yang menjadi tujuan dari pembelajaran keterampilan menulis. Dengan demikian, kecakapan peserta
didik dalam belajar mengembangkan daya imajinasi terutama dalam memperdayakan fungsi dua belah otak kurang dilatihkan, sehingga peserta didik
kurang kreatif terutama dalam mengembangkan ide-ide abstrak mereka menjadi lebih konkret. Faktor yang menyebabkan adalah teknik pengajaran yang
konvensional pada pembelajaran keterampilan menulis. Penggunaan teknik pengajaran pada pembelajaran keterampilan menulis yang tepat sangatlah
penting, didukung dengan adanya kegiatan pengaktifan kerja dua belah otak yang belum tentu bisa dilatihkan dengan semua teknik. Berdasarkan angket pra
tindakan, seluruh peserta didik atau sebanyak 26 peserta didik mengatakan bahwa teknik yang diajar guru menggunakan metode diskusi dan tanya jawab
saja. Hal itu tentu saja menimbulkan kejenuhan saat belajar.
8
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan dari hasil observasi, wawancara dan angket, peneliti mengajak guru dan peserta didik untuk
berkolaborasi dalam mengangkat suatu permasalahan pokok yang menjadi dasar munculnya permasalahan lainnya dan permasalahan inilah yang akan
diupayakan untuk diperbaiki. Adapun permasalahan yang telah disepakati yaitu masalah penggunaan teknik pengajaran untuk meningkatkan keterampilan
menulis bahasa Jerman yang kurang tepat. Oleh karena itu, peneliti mencoba mengembangkan sebuah teknik dalam proses pembelajaran mengarang atau
menulis terutama bagi peserta didik kelas XI Bahasa MAN Purworejo. Teknik yang dimaksud adalah teknik Cluster. Kemudian peneliti menawarkan teknik
tersebut kedapa guru dan peserta didik untuk selanjutnya dapat diterapkan dalam pembelajaran terkait dengan upaya memperbaiki kualitas belajar peserta
didik pada keterampilan menulis yang nantinya akan memicu kreativitas dan kekatifan peserta didik saat belajar. Cluster terbentuk dari asosiasi-asosiasi yang
salih dihubungkan. DePorter 2000: 179 menyatakan bahwa Cluster adalah suatu teknik yang membantu dalam pengorganisasian otak kanan daripada otak
kiri. Bagian otak kanan dianggap sebagai pusat ide ide kreatif. Jadi, teknik Cluster
merupakan suatu proses memulai kreativitas dan mampu melibatkan peserta didik secara langsung dan aktif dalam proses pencarian ide dari tema
utama. Dalam proses pengajaran, siswa diminta untuk menuliskan ide ide mereka dengan cepat yang berhubungan dengan topik yang akan ditulis. Cluster
dimulai dengan menuliskan suatu kata atau frase atau sebuah nama atau sebuah kalimat di tengah tengah halaman kertas kerja. Kemudian kata atau frase
9
tersebut dilingkari dengan pena, lalu siswa diminta untuk menemukan kata atau frase atau nama yang muncul di benak mereka yang kemudian dihubungkan
dengan nama atau frase atau kata yang terletak di tengah lembar kerja tadi. Mereka melakukan hal ini dengan cepat tanpa mempertimbangkan unsur logis
dan kesinambungan antar kata. Pada tahap selanjutnya peserta didik diminta untuk mengamati struktur Cluster dan melakukan penyuntingan kata untuk
dijadikan kalimat yang tepat dan berkesinamungan. Tentu saja pendidik berperan sebagai fasilitator dan motivator. Apabila peserta didik kesusahan
dalam mengartikan ke bahasa Jerman, pendidik bisa membantu peserta didik mengartikan. Hal yang tidak boleh dilakukan pendidik adalah melarang ide atau
menolak ide yang dituliskan peserta didik.
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti yakin dapat membantu memberikan kemudahan kepada diri peserta didik untuk mengeluarkan
imajinasinya berupa menemukan kata-kata yang berhubungan dengan tema karangan, yang nantinya mempermudah penyusunan kalimat dalam mengarang..
Dengan demikian, peneliti yakin bahwa penggunaan teknik Cluster untuk meningkatkan keterampilan menulis layak untuk diteliti, dimana peneliti
bermaksud untuk melakukan suatu bentuk Penelitian Tindakan Kelas PTK dengan judul “Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Bahasa Jerman
Peserta Didik Kelas XI Bahasa MAN Purworejo melalui teknik Cluster ”.
10