ORANG TERDAKWA

PERSIDANGAN 4 ORANG TERDAKWA

Persidangan pertama dilakukan terhadap 4 orang terdakwa yang ditahan pada tanggal 10 September, yaitu :

1. Nama : Syarifuddin Rambe. Umur

: 38 tahun, Pekerjaan

: Tukang reparasi jam Jabatan

: Ketua majelis ta’lim. Keterangan

: Aktif di lingkungannya dan mengisi waktu seng-gangnya dengan kerja sosial.

2. Nama : Sofyan Sulaeman. Umur

: 35 tahun. Pekerjaan

: Karyawan pabrik. Jabatan

: Anggota majelis ta’lim.

3. Nama : Ahmad Sahi Umur

: 35 tahun Pekerjaan

: Manajer ekspedisi barang dagangan Jabatan

: Ketua takmir mushalla As-Sa’adah.

4. Nama : Mohammad Nur Umur : 25 tahun Pekerjaan

: Lulusan SLTA dan pengangguran.

Orang-orang ini diadili dengan maksud untuk menguatkan tuduhan-tuduhan yang dilontarkan Beny Murdani, bahwa sebenarnya tokoh-tokoh masyarakat setempatlah yang mula-mula menimbulkan kekacauan sehingga terjadinya demonstrasi pada tanggal 12 September. Selain itu, juga dimaksudkan sebagai bantahan, bahwa apa yang tertulis pada seleba-ran atau pamflet yang menuduh Babinsa setempat masuk ke tempat suci tanpa melepas sepatu dan menyiraminya dengan air comberan, tidak seluruhnya benar. Issu ini disebarkan dengan sengaja untuk membakar emosi dan membangkitkan kemarahan massa. Dan Rambe serta Sulaeman dituduh menyerang petugas keamanan.

Persidangan-persidangan ini sebenarnya dimaksudkan sebagai upaya mengungkapkan penyebab terjadinya kasus Priok, tapi ternyata dalil-dalil yang digunakan jaksa penuntut umum untuk menyeret para terdakwa ke pengadilan, isinya kacau dan tidak berhubungan satu sama lainnya. Lebih buruk lagi, sikap penasehat hukum yang sama sekali tidak menggunakan haknya dalam membela klien, terutama dalam mengejar keterangan para saksi, apakah sesuai fakta atau tidak. Persidangan empat orang terdakwa ini selesai hanya dalam dua kali sidang saja. Rambe dan Sulaeman divonis dalam waktu bersamaan. Sedangkan dua orang lainnya divonis sendir-sendiri. Ketiga persidangan ini berlangsung dalam waktu yang sama. Pada hari itu juga masing-masing terdakwa mengajukan banding di ruangan yang sama dan dihadapan majelis hakim yang sama pula. Masing-masing terdakwa kemudian dijadikan saksi untuk kasus temannya yang lain, padahal dalam kasus mereka yang khusus ini mere-ka bisa menolak untuk memberi jawaban atas segala pertanyaan yang dapat memberatkan diri mereka tentang tuduhan-tuduhn yang tidak ada hubungannya dengan kasus mereka. Dalam memberikan kesaksian pada kasus temannya mereka tidak disumpah sebagaimana mestinya sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan majelis penga-dilan kepadanya.

Adapun saksi-saksi rekayasa yang dihadirkan di persidangan semua-nya adalah anggota militer, baik yang masih aktif atau pun pensiunan. Dua saksi utama adalah dua orang anggota militer yang menodai kesucian tempat ibadah. Meskipun tuduhan pokoknya, adalah para tertuduh telah menyebarkan selebaran gelap, namun ternyata bahwa keterangan ang-gota militer dengan jelas mengakui, bahwa pamflet yang menempel di mushalla memang disiram dengan air comberan. Saksi militer ini beralasan: ”Karena pamflet-pamflet itu ditulis dengan pilox yang tidak bisa dihapus, dan tidak ada peralatan ditempat itu untuk dipakai menghapusnya, maka tidak ada cara lain kecuali menyiramnya dengan air comberan”.

Hermanu, seorang yang pertama kali mengetahui adanya pamflet, adalah petugas Babinsa yang telah dua kali berkunjung ke mushalla. Dia mengaku, ”tidak mencopot sepatu dalam kunjungan kedua kalinya ke mushalla. Sebab, katanya, dia hanya masuk di halaman saja”. Ringkas-nya semua rekayasa ini, gagal untuk dijadikan sebagai alasan menyang-gah kebenaran issu-issu yang beredar tentang Tanjung Priok. Selain itu, ada tertuduh yang dinyatakan bersalah karena kejahatannya menyebar-kan issu-issu yang kebenarannya kurang dapat dipertanggungjawabkan, bahkan ada issu yang sama sekali tidak benar.