Diduga Korban “Orang Hilang”

49. Diduga Korban “Orang Hilang”

Empat lelaki hanya mengenakan celana dalam dengan kondisi jasmani dan rohani yang sakit dan tidak memiliki identitas apapun, 12 Maret 1998 pukul 21.00 WIB “dibuang” dari sebuah mobil jeep di dua lokasi ditengah jalan raya Banda Aceh - Medan antara kawasan Bayu - Geudong. Seorang diantaranya, menjelang pagi tewas ditabrak sebuah mobil saat lari

menyeberang jalan beberapa jam setelah diberi makan dan tempat untuk tidur oleh penduduk. 26 Peristiwa “misterius” tersebut sempat disaksikan sejumlah warga Desa Bunot Bayu dan warga Gedong. Keempat pria korban “buangan” itu diduga keras adalah korban orang hilang atau penculikan yang telah mengalami penyiksaan berat. Beberapa warga sekilas melihat paling sedikit ada empat oknum dalam mobil yang mirip jeep Land Rover dan tak jelas plat nomor polisinya. Setelah menyele-saikan tugasnya membuang “muatannya” berupa empat anak manusia itu, dengan tenang meluncur kembali di jalan raya menju ke arah timur. Menurut keterangan yang diperoleh, dua orang korban pertama dibuang di kawasan Desa Benot Bayu, dan dua orang lagi di kawasan jalan tak jauh dari Geudong Samudera. Baik dua korban yang dibuang di Bayu, maupun dua lagi yang dibuang di Gedong, bangkit dan berjalan terhu-yung-huyung di jalan raya hingga menarik perhatian orang banyak yang saat itu berada di tepi jalan sekitar dua lokasi kejadian. 13 Agustus 1998, sekitar pukul 01.00 WIB pagi, beberapa pemuda Benot Bayu melihat ada orang berjalan terhuyung-huyung seperti ayam yang terkena sakit sawan, tak tentu arah berputar-putar di jalan raya yang padat lalu lintas dan berbahaya itu mendatangi orang itu bermaksud mencari tahu. Setelah ditanya ternyata orang itu adalah salah seorang dua korban yang dibuang di kawasan Benot Bayu. Dari profil tubuhnya diperkirakan korban masih muda dan berusia antara 18 sampai

25 tahun. Pemuda desa Benot kemudi-an meminta bantuan orang desa untuk memberi makan korban yang nampak fisiknya lemah sekali. Korban ini mendapat makanan disebuah rumah penduduk, saat sedang makan itu beberapa pemuda termasuk ibu yang memberi makan mengajukan beberapa pertanyaan menyangkut identitas korban. Korban saat itu hanya menjawab “Matang Peusangan”. Setelah menyebut dua kata itu, korban berteriak berulangkali menyebut- kan: “Jangan setrum saya, jangan pukul kepala saya pakai pistol, sakiiit, jangan siksa saya lagi”, kata korban tersedu-sedu sambil memegang kedua kepalanya serta menunduk. Wajahnya saat itu kelihat pucat dan ketaku-tan, serta tidak berani memandang wajah orang-orang yang membantu memberinya makan di sebuah rumah warga Bunot. Setelah selesai makan, empat pemuda yang bertugas di Pos Kamling Langa Bayu memberinya tempat tidur di pos itu. Menjelang subuh, keempat pemuda yang tertidur lelap, terbangun. Tapi tak melihat lagi korban. Mereka serentak bangun untuk mencari korban yang diam-diam meninggalkan Pos Kamling saat mereka tertidur. Mereka menelusuri arah jalan timur dan ke barat karena yakin korban tersebut belum jauh dari Pos Kamling itu. Dugaan keempat pemuda itu benar. Karena tak jauh dari lokasi itu, tiba-tiba mereka mendengar suara tabrakan di jalan raya, tapi tak sempat memperhatikan mobil yang melintas dengan cepat. Ternyata yang ditabrak adalah orang yang sedang mereka cari. Peristiwa kecelakaan dan ikhwal korban itu dilaporkan kepada petugas Polsek Bayu. Korban yang saat itu diperkira-kan telah tewas di TKP akibat ditabrak mobil, diangkut ke RSU Lhokseu-mawe. TPF yang melihat mayat tak dikenal yang sampai 15 Agustus 1998, masih terbaring di ruang jenazah RSU Lhokseumawe, kondisinya sangat menmprihatinkan. Korban hanya mengenakan sepotong celana dalam, tinggi tubuh ditaksir 160 cm, kurus. Luka baru akibat tabrakan terlihat mengganga dibagian kepala dengan darah yang membeku. Kedua belah siku tangan dan lutut juga terluka akibat terseret di jalan. Keanehan juga tampak pada mayat korban adalah, gigi korban sebagian telah rontok, bekas luka-luka sebelum tabrakan terlihat jelas pada tubuh korban terutama dibagian

dada, pipi, dan bagian kedua lengan yang di-duga keras, korban sebelum tewas ditabrak mobil telah “kenyang” dengan penganiayaan yang cukup berat dan sangat kejam. Seorang korban lain ditemukan penduduk Gedong terbaring tak berdaya di ditepi jalan dan dilaporkan ke Polsek Gedong. Penduduk Gedong mengatakan seorang petugas Polsek bernama Sertu Pol Oloan Siagian memberi bantuan dan membawa korban itu ke Mapolsek dan diberi makan. Petugas polisi ini mengajukan beberapa pertanyaan tapi dijawab tak jelas oleh korban yang juga mempunyai dugaan korban sedang dalam kondisi stress berat. Tak lama setelah makan, korban ini juga dengan pandangan curiga dan ketakutan yang amat sangat, bangkit lari meningggalkan kantor Mapolsek Gedong. Setelah itu tak diketahui lagi keberadaannya. Dengan itu dari empat korban buangan, seorang tewas dan mayatnya terbaring di kamar jenazah RSU Lhokseumawe, sedang tiga lagi diduga masih melanglang buana di sepanjang jalan raya tanpa tujuan. Kantor LBH Yayasan Iskan-dar Muda mendapat laporan dari penduduk Bunot tentang “pembua-ngan” keempat korban dan korban yang tewas ditabrak mobil. Yakob Hamzah langsung mengecek ke kamar jenazah RSU Lhokseumawe dan mendapat kepastian dari seorang warga Bunot bahwa korban tewas akibat ditabrak mobil itu adalah salah seorang korban eks “buangan” mobil misterius, di Bunot yang sempat diberi makan dan tidur di Pos Kamling Langa Bunot. Pihak LBH Yayasan Iskandar Muda Lhokseu-mawe membuat analisa dari keterangan penduduk Bunot serta menco-cokkannya dengan daftar laporan orang hilang serta sejumlah foto-foto korban orang hilang yang ada di arsip LBH Yayasan Iskandar Muda Lhokseumawe. Melihat kondisi korban yang tewas dan cerita penduduk tentang tiga korban lain, pihak LBH menduga keempat korban “buangan” dari mobil miterius itu adalah korban-korban penculikan atau “orang hilang” yang telah mengalami siksaan berat dan berada dalam kondisi fisik amat lemah serta gangguan akibat depressi mental yang cukup mengkahawatirkan. Buktinya salah seorang korban lari tanpa tujuan di jalan hingga ditabrak mobil. Yakob mengharapkan pihak kepolisian mencari tiga korban lainnya yang kini tidak diketahui lagi nasibnya setelah “dibuang”. Ketua LBH ini juga menyerukan demi kemanusiaan, jika itu adalah korban orang hilang atau penculikan maka cara “pembuangan” korban yang sedang mengalami sakit fisikis dan depressi mental yang berat itu seperti itu, sama dengan membunuh. Cara yang lebih manusiawi adalah menyerahkan atau membebaskan mereka dengan cara yang tidak menyakiti lagi. Mohd Yacob Hamzah menegaskan, kalau perlu LBH Yayasan Iskandar Muda siap menolong korban jika diberitahu keberada-annya dan berjanji menjaga “rahasia” lokasi tempat korban berada. “Ini demi kemanusiaan jangan menambah penderitaan terhadap korban lagi. Allah akan mengampunkan dosa bagi orang yang membantu orang-orang yang teraniaya.