05 Vonis Pengadilan
Bab 02-05 Vonis Pengadilan
Berikut ini akan dipaparkan beberapa keputusan yang dimuat oleh sementara koran yang terbit disaat itu, menyangkut ke 28 terdakwa di atas.
Terdakwa yang divonis paling berat adalah Hendra Safri, 22 tahun, seorang mahasiswa AKUBANK. Hendra sama sekali tidak mengalami cedera karena memang dia tidak berada di tempat demonstrasi. Hal ini berbeda dengan terdakwa lainnya. Karena Hendra ditangkap di Suma-tera, bukan di Jakarta, pada tanggal 20 September. Ia menyatakan pada pengadilan pada tanggal 12 September, tengah bermain kartu dengan teman-temannya, berjarak 2 km dari lokasi terjadinya demonstrasi.
Beberapa teman Hendera membenarkan keterangan yang diberikan di muka persidangan itu, tetapi hakim sama sekali tidak memperdulikan kesaksian mereka. Dia dijatuhi hukuman paling lama, 3 tahun, sebab ia menceritakan kasus pembantaian Tanjung Priok dalam sebuah ceramah- nya, beberapa hari kemudian sehingga hal ini menjadi bahan tuduhan pokok dalam kasusnya. Selain itu ia adalah teman dekat Amir Biki. Jaksa menuntut dia hukuman 5 tahun, sementara yang bersangkutan menolak semua tuduhan yang dikenakan kepadanya.
Tiga orang tertuduh lainnya masing-masing dikenai hukuman 27 bulan, yaitu:
1. Nama : Muslih bin Marzuki. Umur
: 25 tahun Pekerjaan : Buruh. Siksaan
: Diseret dan diinjak-injak dadanya oleh tentara. Keterangan
: Ia mencabut semua pengakuan yang dibuat dihada-pan penyidik. Terdakwa berkata: ”Sekiranya penun-tut tahu bagaimana pengakuan itu diberikan di depan penyidik, yang disertai penyiksaan di luar batas kemanusiaan, niscaya dengan pasti penuntut setuju atas pencabutan pengakuan kami”.
2. Nama : Marwoto. Umur
: 24 tahun Pekerjaan : Buruh Siksaan
: Menderita luka-luka di kepalanya akibat terkena popor bedil. Keterangan
: “Saya memang menghadiri pertemuan, tapi tidak ikut demonstrasi. Saat itu ia tengah pulang ke ru-mah. Namun massa memaksanya ikut demonstrasi sehingga ia meninggalkan sepedanya. Ketika men-dengar letusan senjata yang muncul dari markas polisi, ia tiarap dan menyusupkan kepalanya ke sebuah lubang. Di pengadilan ia menceritakan bahwa tentara menerobos barisan orang banyak tanpa mengindahkan kerumunan orang yang berje-jer sepanjang jalan. Ia tidak berani meninggalkan tempatnya sampai ia ditangkap oleh polisi lalu dibawa ke kantor Koramil dan di sana dipukuli. Ia mencabut kembali pengakuannya di depan penyi-dik, dan ujarnya: ”Semua yang saya katakan di depan penyidik adalah diluar kesadaran. Militer tidak mengijinkan saya untuk membaca kembali keterangan yang diperoleh dari saya sebelum saya menandatanganinya”.
3. Nama : Thahir bin Sarwi. Umur
: 20 th. Pekerjaan
: Buruh Siksaan
: Terkena letusan peluru pada paha kiri dan telinga kanannya. Keterangan
: Dia datang dari Tegal ke Jakarta bertepatan dengan peristiwa pembantaian Tanjung Priok. Dia sama sekali tidak bermaksud ikut demo. Dia benar- benar pendatang baru di daerah ini, tapi dia terseret massa untuk datang ke pertemuan. Dia juga menarik kembali semua keterangannya di depan penyidik.
Tiga orang terdakwa lainnya, masing-masing dijatuhi hukuman 21 bulan, yaitu:
1. Nama : Dudung bin Supian Umur
: 25 tahun Pekerjaan
: Pedagang air keliling Siksaan
: Luka-luka pada lengan kanannya. Keterangan
: Dia pergi ke pengajian karena memang senang mengikuti pengajian. Ia mendengar salah seorang perceramah berkata:”Asas Tunggal menyebabkan kebingungan umat Islam”. Ketika pengajian bubar dia pulang ke rumah salah seorang temannya, tetapi massa yang ada di sampingnya berteriak “Allahu Akbar”, lalu dia bergabung. Dia mendengar letusan senjata dan kemudian dia terkena peluru nyasar. Orang-orang menolong dia untuk lari dari tempat kejadian dan dibawa ke rumah sakit dan opname selama 2 bulan. Sekeluar dari RS dia ditangkap. Hakim bertanya kepadanya,”Apa yang kamu bawa ketika pengajian, disaat mana ia mendengar tembakan?”. Jawabnya,”Rp 5000 Pak Hakim, tetapi uang itu hilang”.
2. Nama : Amir bin Bunari.
Umur : 19 tahun. Pekerjaan
: Pengangguran. Keterangan
: Dia mencabut pengakuannya di depan penyidik. “Dia turut hadir di pengajian dan hanya mendengar suara dari speaker. Dia bergabung dengan massa yang pergi ke kantor Koramil. Di tengah jalan dia mendengar rentetan suara bedil dan menyaksikan banyak orang menggelepar di tanah. Dia berusaha lari, tapi ternyata kena tembakan. Kemudian dia dilarikan oleh beberapa orang ke RS setempat. Dari sini dipindahkan ke RS militer untuk ditahan.
3. Nama : Armin bin Mawi Umur
: 20 tahun. Keterangan
: Dia mendengar suara pengajian dari kejauhan, kemudian ikut demonstrasi untuk membebaskan 4 orang yang ditahan. Dia berada di barisan terakhir dari massa yang berdemonstrasi, jadi tidak melihat apa-apa pada saat pertama kali dilepaskannya tem-bakan. Dia tidak tahu siapa yang menembak dan ke arah mana. Tetapi dengan tiba-tiba dia pingsan ketika perutnya ditembus peluru.