391
d. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa. e.
EEG Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem
saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. Smeltzer, 2002.
f. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula
didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal Victor,
2001.
J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis antara lain :
1. Isolasi : isolasi bertujuan mengurangi stimulirangsangan dari luar dan sebagai
tindakan pencegahan. 2.
Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter : a.
Ampicillin : 200 mgkgBB24 jam, dibagi 4 dosis. b.
Kemicetin : 100 mgkgBB24 jam, dibagi 4 dosis. c.
Bila encephalitis disebabkan oleh virus HSV, agen antiviral acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir
diberikan secara intravena dengan dosis 30 mgkgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan Victor, 2001.
d. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.
3. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak
a. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan yang
diberikan tergantung keadaan anak. b.
Glukosa 20, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.
c. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk
menghilangkan edema otak. 4.
Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
a. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mgkgBBkali.
b. Bila 15 menit belum teratasikejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama.
c. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip
dengan dosis 5 mgkgBB24 jam.
392
5. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan 2-
3lmenit. 6.
Penatalaksanaan shock septik. 7.
Mengontrol perubahan suhu lingkungan. 8.
Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan,
daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mgkgBBhari dan phenergan 4 mgkgBBhari secara intravena atau intramuscular
dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal
atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral Hassan, 1997.
ASUHAN KEPERAWATAN ENCEPHALITIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas : Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
2. Keluhan Utama, berupa panas badan meningkat, kejang, dan kesadaran menurun.
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Mula-mula anak rewel, gelisah, muntah-muntah, panas
badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala. 4.
Riwayat Penyakit Dahulu : Klien sebelumnya menderita batuk, pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan
tenggorokan.
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan
oleh virus contoh : Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus, E, Coli, dan lain-lain.
6. Imunisasi : Kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena ensefalitis dapat terjadi pada
post imunisasi pertusis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan Boedihartono, 1994. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada masalah ensefalitis adalah :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri bd sakit kepala mual.
2. Hipertemi bd reaksi inflamasi.
3. Gangguan sensorik motorik penglihatan, pendengaran, gaya bicara bd kerusakan
susunan saraf pusat. 4.
Resiko terjadi kontraktur bd spastik berulang.
393 C.
INTERVENSI KEPERAWATAN Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan Boedihartono, 1994. Intervensi keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis adalah :
a.
Gangguan rasa nyaman nyeri bd sakit kepala mual. Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria hasil : 1 Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
2 Menunjukkan postur rileks dan mampu tiduristirahat dengan tepat.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri : Berikan tindakan nyaman.
Tindakan non analgetik dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memeperbesar efek
terapi analgetik. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan
agak gelap sesuai indikasi. Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar
atau sensitivitas
terhadap cahaya
dan meningkatkan istirahatrelaksasi.
Kaji intensitas nyeri. Untuk
menentukan tindakan
yang akan
dilakukan kemudian. Tingkatkan tirah baring, bantu kebutuhan
perawatan diri pasien. Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan
nyeri.
Berikan latihan rentang gerak aktifpasif secara tepat dan masase otot daerah
Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa