Ensefalitis Siphylis MANIFESTASI KLINIS

390 5. Ensefalitis Karena Fungus Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans, Cryptococcus neoformans, Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada sistem saraf pusat ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang menurun.  Terapi pada ensefalitis karena fungus  Amfoterisin 0,1- 0,25 gKgBBhari intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu.  Mikonazol 30 mgKgBB intra vena selama 6 minggu.

6. Riketsiosis Serebri

Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar pembuluh darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis. Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, sukar tidur, kemudian mungkin kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.  Terapi pada riketsiosis serebri  Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari.  Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari. H. KOMPLIKASI Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35-50 , dari pada penderita yangb hidup 20-40 mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa paralitis. Gangguan penglihatan atau gejala neurologik yang lain. Penderita yang sembuh tanpa kelainan neurologik yang nyata,dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi mental, gangguan tingkah laku dan epilepsi.

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Biakan :  Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang positif.  Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak hasil nekropsi, akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.  Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif .  Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif. b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul. c. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit. 391 d. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa. e. EEG Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. Smeltzer, 2002. f. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal Victor, 2001.

J. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis antara lain : 1. Isolasi : isolasi bertujuan mengurangi stimulirangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan. 2. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter : a. Ampicillin : 200 mgkgBB24 jam, dibagi 4 dosis. b. Kemicetin : 100 mgkgBB24 jam, dibagi 4 dosis. c. Bila encephalitis disebabkan oleh virus HSV, agen antiviral acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mgkgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan Victor, 2001. d. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi. 3. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak a. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan anak. b. Glukosa 20, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set untuk menghilangkan edema otak. c. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan edema otak. 4. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal. a. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mgkgBBkali. b. Bila 15 menit belum teratasikejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama. c. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5 mgkgBB24 jam.