POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI MIKSEDEMA DAN KOMA MIKSEDEMA

200 3 Etiologi penyakit Hipotiroid, kecuali …. A. Faktor keturunan B. Faktor bakteriologi C. Penyakit pankreas D. Penyakit hormonal E. Obat obatan 4 Diagnosis keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien Hipotiroid adalah …. A. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung. B. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi. C. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme peningkatan nafsu makanpemasukan dengan penurunan berat badan. D. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mataeksoftalmus. E. Benar semua 5 Komplikasi penyakit Hipotiroid adalah …. A. Krisis tirotoksik B. Oftalmopati Graves, C. Dermopati Graves D. Kelumpuhan E. Kematian 201 Kunci Jawaban Tes Tes 1 1 B 2 E 3 B 4 E 5 D Tes 2 1 B 2 E 3 B 4 E 5 D Tes 3 1 C 2 E 3 B 4 E 5 D 202 Daftar Pustaka Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC. Engram, B. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC. Brunner Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2. Jakarta : EGC. Price. S.A. 1995. Patofisiologi, Edisi Kedua, Jakarta : EGC. Jan Tambayong, dr. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. McDermott MT, Woodmansee WW, Haugen BR, Smart A,Ridgway EC. The Management of subclinical hyperthyroidism by thyroid specialists. Thyroid 2004,90-110 Van Sande J, Parma J, Tonacchera M, Swillens S, Dumont J,Vassart G. Somatic and clinical in thyroid diseases.2003, 201-220. 203 BAB VI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PENDAHULUAN Selamat berjumpah di Bab 6, bab ini akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem Integumen. Sebagai perawat pelaksana, Anda harus mengetahui tentang sistem integumen dan gangguan yang mungkin terjadi yang dialami oleh pasien yang Anda rawat di pelayanan kesehatan baik Rumah Sakit, Puskesmas, atau Klinik klinik kesehatan yang lain. Oleh sebab itu sangat relevan Anda mempelajari modul ini sebagai bekal pengetahuan Anda dalam memberikan Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem integumen. Setelah Anda mempelajari materi dalam bab 6 ini dengan sungguh-sungguh, di akhir proses pembelajaran, Anda diharapkan akan dapat menjelaskan: Bagaimana melaksanakan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem integumen. Agar Anda dapat memahami modul ini dengan mudah, maka modul ini dibagi menjadi tiga 3 kegiatan belajar, yaitu : 1. topik 1 : Asuhan Keperawatan Pasien Luka Bakar 2. topik 2 : Asuhan Keperawatan Pasien Herpes 3. topik 3 : Asuhan Keperawatan Pasien Dermatitis 4. topik 3 : Asuhan Keperawatan Pasien Morbushansen 5. topik 4 : Asuhan Keperawatan Pasien Sifilis dan Gonore 204 Topik 1 Asuhan Keperawatan Pasien Luka Bakar

A. DEFINISI COMBUSTIO LUKA BAKAR

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panaspenyebabnya. Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel. Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga .

B. KLASIFIKASI COMBUSTIO LUKA BAKAR

1. Berdasarkan penyebab: a. Luka bakar karena api b. Luka bakar karena air panas c. Luka bakar karena bahan kimia d. Luka bakar karena listrik e. Luka bakar karena radiasi f. Luka bakar karena suhu rendah frost bite 2. Berdasarkan kedalaman luka bakar: a. Luka bakar derajat I Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis. Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama akan sembuh tanpa bekas. 205 Gambar 1. Luka bakar derajat I b. Luka bakar derajat II Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua: 1 Derajat II dangkal superficial Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari. 2 Derajat II dalam deep Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan. Gambar 2. Luka bakar derajat II 206 c. Luka bakar derajat III Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan. Gambar 3. Luka bakar derajat III 3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka a. Luka bakar ringan minor 1 Luka bakar dengan luas 15 pada dewasa 2 Luka bakar dengan luas 10 pada anak dan usia lanjut 3 Luka bakar dengan luas 2 pada segala usia tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum. b. Luka bakar sedang moderate burn 1 Luka bakar dengan luas 15 – 25 pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 2 Luka bakar dengan luas 10 – 20 pada anak usia 10 tahun atau dewasa 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 3 Luka bakar dengan derajat III 10 pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum. c. Luka bakar berat major burn 1 Derajat II-III 20 pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun 2 Derajat II-III 25 pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama 3 Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum 207 4 Adanya cedera pada jalan nafas cedera inhalasi tanpa memperhitungkan luas luka bakar 5 Luka bakar listrik tegangan tinggi 6 Disertai trauma lainnya 7 Pasien-pasien dengan resiko tinggi.

C. ETIOLOGI COMBUSTIO LUKA BAKAR

Luka bakar Combustio dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi: 1. Paparan api a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak. b. Benda panas kontak: Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak. 2. Scalds air panas Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan. 3. Uap panas Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.