382 NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUANNIC INTERVENSINOC
pencetus nyeri merupakan salah satu metode distraksi
yang efektif. Delegatif dalam pemberian
analgetik,kortikosteroid atau steroid Rasional: membantu
mengurangi spasme otot yg menimbulkan
kaku kuduk
2 Risiko terhadap Cedera
b.d perubahan fungsi otak sekunder terhadap
penurunan kesadaran. Cedera tidak terjadi
Beri posisi tidur yang aman untuk anak
Rasional : meminimalkan kemungkinan cedera
Anjurkan ortu untuk melakukan pendampingan
Rasional : melakukan pengawasan terutama saat
anak gelisah Pasang palang pengaman
tempat tidur dan hindarkan benda2
yang dapat membahayakan terutama jika anak tiba2 kejang
Rasional : meminimalkan kemungkinan cedera
383 NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUANNIC INTERVENSINOC
3 Risiko Perubahan
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d
menurunnya napsu makan sekunder
terhadap mual dan muntah
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh tidak terjadi.
Hindari makanan yang memperburuk mual dan
muntah Rasional : meminimalkan mual
dan muntah Anjurkan menyajikan diet
dalam keadaan hangat Rasional : makanan hangat
meminimalkan risiko muntah Berikan makanan dalam porsi
kecil tapi sering terutama jika anak harus terpasang NGT
Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi karena
kesulitan asupan lewat oral
4 Risiko tinggi terhadap
trauma b.d
kejang umumfokal,
kelemahan umum,
vertigo Dapat
mengurangi resiko trauma, ditandai
dengan tidak
ada kejang, vertigo.
Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang
dan pasang jalan nafas buatan Melindungi pasien bila terjadi
kejang Tirah baring selama fase akut
Menurunkan resiko terjatuhtrauma ketika terjadi
vertigo, sinkop, atau ataksia
384 NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUANNIC INTERVENSINOC
Berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital.
Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan
kejang.
D. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ENSEFALITIS
Definisi
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus.
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini
disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari
penyakit lain seperti rabies disebabkan oleh virus atau sifilis disebabkan oleh bakteri. Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic
meningoencephalitis juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan
tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.
E. ETIOLOGI
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria,
protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis
bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut Mansjoer, 2000. Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan
chicken poxcacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi
sistemik atau vaksinasi terdahulu.
385
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah: 1.
Infeksi virus yang bersifat endemik a.
Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO. b.
Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis,
Murray valley encephalitis.
2. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
3. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia,
pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
F. TANDA DAN GEJALA
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan
khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang
disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan pendengaran dan penglihatan.
Adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut : 1. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun 3. Muntah
4. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja kejang-kejang di
muka 5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama,
misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya . Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan
gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-
otot wajah. Pemeriksaan penunjang :
Secara klinik dapat di diagnosis dengan menemukan gejala klinik tersebut diatas: 1.
Biakan : dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang positif. Dari likuor atau jaringan otak. Akan dapat gambaran
jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
386
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi henaglutinasi dan uji
teutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan leukosit.
4. Fungsi lumbal likuor serebospinalis sering dalam batas normal. Kadang- kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa. 5.
EEG Electroencephalography EEG sering menunjukan aktivitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun, adanya kejang,koma,tumor,infeksi sistem
saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik
berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. 6.
CT Scan, pemeriksaan CT Scan otak sering kali di dapat hasil normal, tetapi bisa juga didapat hasil edema diffuse.
G. MANIFESTASI KLINIS
Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah ensefalitis adalah : 1.
Panas badan meningkat. 2.
Sakit kepala. 3.
Muntah-muntah lethargi. 4.
Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen. 5.
Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. 6.
Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.
Klasifikasi Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :
1.
Ensefalitis Supurativa
a. Patogenesis
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau dari piema yang berasal dari radang, abses di dalam paru, bronkiektasi, empiema,
osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema,
kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula
pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel. b.
Manifestasi Klinis Secara umum gejala yang timbul dapat berupa trias ensefalitis seperti :
1 Demam.
2 Kejang.
3 Kesadaran menurun.
387
4 Bila ensefalitis berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi
umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik dan progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, dan kesadaran menurun.
5 Pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.
6 Tanda-tanda defisit neurologis tergantung pada lokasi dan luas abses.
c. Terapi pada ensefalitis supurativa adalah dengan pemberian:
1 Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
2 Cloramphenicol 4 x 1g24 jam intra vena selama 10 hari.
2. Ensefalitis Siphylis
a. Patogenesis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka,
kuman tiba di sistem limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf pusat.
Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain susunan saraf pusat.
b.
Manifestasi Klinis Adapun gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu :
1 Gejala-gejala neurologis
a Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan.
b Afasia.
c Apraksia.
d Hemianopsia.
e Penurunan kesadaran
f Pupil Agryll- Robertson.
g Nervus opticus dapat mengalami atrofi.
h Pada stadium akhir timbul gangguanan-gangguan motorik yang bersifat
progresif. 2 Gejala-gejala mental
a Timbulnya proses dimensia yang progresif.
b Intelgensia yang mundur perlahan-lahan yang mula-mula tampak pada kurang
efektifnya kerja. c
Daya konsentrasi mundur. d
Daya ingat berkurang. e
Daya pengkajian terganggu. 3
Terapi pada ensefalitis siphylis