MANISFESTASI KLINIS Keperawatan Medikal Bedah

273 terjadi kelemahan mata akan lagophthalmos jika ada infeksi akan buta. Pada morbus hansen tipe II reaksi berat, jika terjadi peradangan pada organ-organ tubuh akan mengakibatkan irigocyclitis. Sedangkan pause basiler jika ada bercak pada alis mata maka alis mata akan rontok. 2 Sistem pernafasan. Klien dengan morbus hansen hidungnya seperti pelana dan terdapat gangguan pada tenggorokan. 3 Sistem persarafan: a Kerusakan fungsi sensorik Kelainan fungsi sensorik ini menyebabkan terjadinya kurang mati rasa. Alibat kurang mati rasa pada telapak tangan dan kaki dapat terjadi luka, sedang pada kornea mata mengkibatkan kurang hilangnya reflek kedip. b Kerusakan fungsi motorik Kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi lemah lumpuh dan lama-lama ototnya mengecil atropi karena tidak dipergunakan. Jari-jari tangan dan kaki menjadi bengkok dan akhirnya dapat terjadi kekakuan pada sendi kontraktur, bila terjadi pada mata akan mengakibatkan mata tidak dapat dirapatkan lagophthalmos. c Kerusakan fungsi otonom Terjadi gangguan pada kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit menjadi kering, menebal, mengeras dan akhirnya dapat pecah-pecah. 4 Sistem muskuloskeletal. Adanya gangguan fungsi saraf tepi motorik adanya kelemahan atau kelumpuhan otot tangan dan kaki, jika dibiarkan akan atropi. 5 Sistem integumen. Terdapat kelainan berupa hipopigmentasi seperti panu, bercak eritem kemerah-merahan, infiltrat penebalan kulit, nodul benjolan. Jika ada kerusakan fungsi otonom terjadi gangguan kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit kering, tebal, mengeras dan pecah-pecah. Rambut: sering didapati kerontokan jika terdapat bercak.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan proses inflamasi b. Gangguan rasa nyaman, nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi jaringan c. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik d. Gangguan konsep diri citra diri yang berhubungan dengan ketidakmampuan dan kehilangan fungsi tubuh 274 3. Intervensi Keperawatan a. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan proses inflamasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi berhenti dan berangsur- angsur sembuh. Kriteria :  Menunjukkan regenerasi jaringan  Mencapai penyembuhan tepat waktu pada lesi Intervensi : a. Kajicatat warna lesi, perhatikan jika ada jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka. Rasional : Memberikan informasi dasar tentang terjadi proses inflamasi dan atau mengenai sirkulasi daerah yang terdapat lesi. b. Berikan perawatan khusus pada daerah yang terjadi inflamasi. Rasional : Menurunkan terjadinya penyebaran inflamasi pada jaringan sekitar. c. Evaluasi warna lesi dan jaringan yang terjadi inflamasi perhatikan adakah penyebaran pada jaringan sekitar. Rasional : Mengevaluasi perkembangan lesi dan inflamasi dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi. d. Bersihkan lesi dengan sabun pada waktu direndam. Rasional : Kulit yang terjadi lesi perlu perawatan khusus untuk mempertahankan kebersihan lesi. e. Istirahatkan bagian yang terdapat lesi dari tekanan. Rasional : Tekanan pada lesi bisa menghambat proses penyembuhan. b. Gangguan rasa nyaman, nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi jaringan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi berhenti dan berangsur- angsur hilang. Kriteria :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi dapat berkurang  nyeri berkurang dan beraangsur-angsur hilang Intervensi : a. Observasi lokasi, intensitas dan penjalaran nyeri. Rasional : Memberikan informasi untuk membantu dalam memberikan intervensi. b. Observasi tanda-tanda vital. Rasioanal : Untuk mengetahui perkembangan atau keadaan pasien. c. Ajarkan dan anjurkan melakukan tehnik distraksi dan relaksasi. Rasional : Dapat mengurangi rasa nyeri. d. Atur posisi senyaman mungkin