285 7.
Penatalaksanaan
a. Medis
1 Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap penicilin,
sekarang a ak strai a g relatif resiste . Terapi pe i illi , a oksisili , da
tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan. 2
Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang
memadai. 3
Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
4 Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis
gonokokus. b.
Nonmedis 1
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang: 2
Bahaya penyakit menular seksual 3
Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan 4
Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya 5
Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari.
6 Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.
L. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data subyektif
1 Nyeri ketika berkemih dan desakan untuk berkemih
2 Keluarnya cairan nanah dari saluran kencing.
3 Demam
4 Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar
cairan. 5
Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.
6 Pasien yang datang dengan awitan gejala akut mengeluh lemah, nyeri lokal,
demam dan keluarnya nanah dari lubang saluran kencing. 7
Riwayat psikososial, pasien seringkali bertanya – tanya tentang pengobatan, perawatan dan ramalan penyakitnya.
286
b. Data obyektif
1 Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir
dan nanah. 2
Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
3 Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur.
Menggunakan media transport dan media pertumbuhan. 4
Tes definitif, tes oksidasi semua golongan Neisseria akan bereaksi positif, tes fermentasi kuman gonokokus hanya meragikan glukosa
5 Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase 6
Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
2. Diagnosa dan Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan reaksi infalamasi
Tujuan perawatan : nyeri berkurang atau hilang KH: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
1
Mengenali faktor penyebab 2
Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri 3
Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan 4
Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol Intervensi Keperawatan :
1 Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitasberatnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi. 2
Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
3 Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
4 Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
5 Kolaborasi dalam pemberikan analgesik sesuai anjuran
b. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan Kepertawatan : suhu badan klien dalam keadaan normal 36,5 C – 37,5 C
KH: setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan: 1
Suhu dalam rentang normal 2
Nadi dan RR dalam rentang normal 3
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing IntervensiKeperawatan :
1 Monitor vital sign
287
2 Monitor suhu minimal 2 jam
3 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
4 Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh
5 Kompres klien pada lipat paha dan aksila
6 Berikan antipiretik bila perlu
c. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan keperawatan : pola eliminasi tidak terganggu lagi KH: setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
1
Urin akan menjadi kontinens 2
Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri
Intervensi keperawatan : 1
Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna dengan tepat.
2 Pantau spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis.
3 Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala inferksi saluran kemih.
4 Sarankan pasien untuk minum sebanyak 3000 cc per hari.
5 Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan.
d. Resiko penularan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang sifat menular
dari penyakit Tujuan keperawatan : klien menjadi tahu tentang sifat penularan dari gonore
KH: dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain Intervensi keperawatan :
1
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang : 2
Bahaya penyakit menular 3
Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan 4
Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan 5
Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat menghindarinya.
e. Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit
Tujuan keperawatan : klien tidak merasa harga dirinya rendah dengan penyakit yang dialaminya
KH: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan 1
Mengekspresikan pandangan positif untuk masa depan dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya
2 Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
3 Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
4 Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol koping.