267
Latihan
Setelah Anda mempelajari Topik 3 ini, silahkan Anda mencoba bermain peran dengan teman Anda seakan akan sedang merawat pasien dengan penyakit Dermatitis dan buatlah
dokumentasi asuhan keperawatan tersebut.
Ringkasan
De Dermatitis adalah peradangan hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil vesikel pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah
eksim juga digunakan untuk sekelompok kondisi yang menyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan perubahan spesifik di bagian permukaan. Istilah ini diambil dari
Bahasa Yunani yang berarti mendidih atau mengalir keluar .
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal . Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi
penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi.
Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit
yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan .Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus. Segera periksa
ke dokter jika kita mengalami selulit dan eksim.
Tes 3
Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih satu jawaban yang paling benar dengan
memberi tanda silang pada option jawaban yang benar. Soal :
1
Di bawah ini benar tentang Herpes, kecuali …. A.
Merupakan penyakit yang disebabkan virus B.
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella – Zoster
C. Herpes simpleks adalah infeksi akut yg disebabkan oleh virus herpes simpleks virus
herpes hominis D.
Merupakan penyakit menular E.
Dapat disebabkan karena paparan sinar matahari
268
2 Gejalah penyakit Herpes Zoster adalah ….
A. Nyeri segmental
B. Erupsi kulit
C. demam,
D. sakit kepala,
E. Semua benar
3 Gejala penyakit Herpes Simplek adalah ….
A. Rasa panas
B. Rasa gatal
C. Timbul vesikula
D. Demam
E. Semua benar
4 Etiologi penyakit Herpes Simplek ….
A. Herpes Virus Hominis HVH.
B. Herpes Simplex Virus HSV
C. Varicella Zoster Virus VZV
D. Epstein Bar Virus EBV
E. Benar semua
5 Diagnosis keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien Herpes adalah ….
A. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi virus
B. Gangguan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah
C. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit
herpes. D.
Potensial terjadi penyebaran penyakit b.d infeksi virus E.
Semua Benar
269
Topik 4 Asuhan Keperawatan Pasien Morbus Hansen
A.
PENGERTIAN MORBUS HANSEN LEPRA Kusta Lepra adalah penyakit infeksi yang kronik penyebabnya ialah Mycobacterium
leprae yang intraselular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktur respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali sususan saraf pusat.
B. ETIOLOGI
M. leprae merupakan basil tahan asam BTA, bersifat obligat intraselular, menyerang
saraf perifer, kulit, dan organ lain seperti mukosa, saluran nafas bagian atas, hati, dan sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat. Masa membelah diri M. leprae 12-21 hari dan
masa tunasnya antara 40 hari-40 tahun.
Kuman penyebabnya adalah mycobacterium leprae yang ditemukan oleh G.A Hansen pada tahun 1874 di Norwegia, yang sampai sekarang belum juga dapat dibiakkan dalam
media artificial. M. leprae bebentuk basil dengan ukuran 3-8 μ , µ , taha asa da
alcohol, serta positif-Gram.
C. PATOFISIOLOGI
Setelah M. leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung
pada kerentanan seseorang. Respon tubuh setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem imunitas selular cellular mediated immune pasien. Kalau system imunitas
selular tinggi penyakit berkembang kearah tuberkuloid dan bila rendah, berkembang arah lepromatosa. M. leprae berpredileksi didaerah-daerah yang relatif lebih dingin, yaitu daerah
akral dengan vaskularisasi yang sedikit.
Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi karena respon imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding dengan tingkat reaksi selular dari
pada itensitas infeksi. Oleh karena itu, penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit imunologi.
D. MACAM-MACAM LEPRA
1. Lepra Tuberkuloid
Lepra tuberkuloid terjadi pada pasien yang memiliki respon sel T yang baik terhadap bakteri. Organisme ini terletak ditempat masuk, jumlah lesi kecil, dan penyebaran bakterimia
jarang terjadi. Secara klinik, lesi kulit merupakan macula anestetik hipopigmentasi. macula adalah daerah datar, berbatas tegas yang mengalami perubahan warna. Keterlibatan saraf
270
perifer besar ulnaris, peronealis komunis, aurikularis magnus menimbulkan penebalan dan palsi saraf yang dapat diraba lumpuh pada pada tangan atau Wristdrop dan kaki atau
footdrop merupakan gambaran yang sering. Lepra tuberkuloid memiliki perjalanan penyakit yang lambat tanpa pengobatan. Lepra ini dapat sembuh bila diobati.
2.
Lepra Lepromatosa Lepra ini terjadi pada pasien pada pasien yang memiliki kadar imunitas selular rendah.
Pada keadaan tidak adanya respon sel T yang ektif, bakteri berkembang tidak terkendali didala akropag kulit, e e tuk sel lepra besar yang berbusa yang banyak ditemukan
pada bakteri tahan asam. Agregasi makropag menyebabkan penebalan noduralitas kulit. Limposit ada tetapi tidak banyak.
Bakteri menyebar melalui aliran darah, menimbulkan lesi didalam kulit, mata, saluran napas atas, dan testis. Bakteri lepra timbul terutama pada suhu dibawah 370c, dan organ
dalam limpa dan hati yang jarang terserang pada suhu tubuh inti. Lepra lepromatosa merupakan penyakit serius yang menyebabkan kerusakan luas pada jaringan. Terkenanya
jari, hidung dan telinga menimbulkan perubahan bentuk pengobatan tidak memuaskan.
3. Lepra Borderline
Lepra borderline memiliki gambaran antara lepra lepromatosa dan tuberkulosa.
E. MANISFESTASI KLINIS
Diagnosis didasarkan pada gambaran klinis, bakterioskopis, dan histopatologis.
Menurut WHO 1995, diagnosis kusta ditegakkan bila terdapat satu dari tanda cardinal berikut:
1. Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas. Lesi kulit dapat tunggal atau
multipel, biasanya hipopigmentasi tetapi kadang-kadang lesi kemerahan atau berwarna tembaga. Lesi dapat bervariasi tetapi umumnya berupa makula, papul, atau
nodul.
2. Kehilangan sensibilitas pada lesi kulit merupakan gambaran khas. Kerusakan saraf
terutama saraf tepi, bermanifestasi sebagai kehilangan sensibilitas kulit dan kelemahan otot. Penebalan saraf tepi saja tanpa disertai kehilangan sensibilitas
danatau kelemahan otot juga merupakan tanda kusta.
3. Pada beberapa kasus ditemukan basil tahan asam dari kerokan jaringan kulit. Bila ragu-
ragu maka dianggap sebagai kasus dicurigai dan diperiksa ulangn setiap 3 bulan sampai ditegakkan diagnosis kusta atau penyakit lain.
271 F.
KOMPLIKASI
Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kusta akibat kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis sewaktu terjadi reaksi kusta.
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah menyembuhkan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari pasien kusta
terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insidens penyakit. Program multy drug therapy MDT dengan kombinasi rifampisin, klofazimin, dan DDS
dimulai tahun 1981. program ini bertujuan untuk mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien, menurunkan angka putus obat, dan
mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan.
Rejimen pengobatan MDT di indonesia sesuai rekomendasi WHO 1995 sebagai berikut :
1. Tipe B
Jenis obat dan dosis untuk dewasa : a.
Rifampisin 600 mgbulan diminum didepan petugas. b.
DSS tablet 100 mghari diminum dirumah. c.
Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan dan setelah selesai minum 6 dosis dinyatakan RFT released from treatment = berhenti minum obat kusta meskipun
secara klinis lesinya masih aktif. Menurut WHO 1995 tidak lagi dinyatakan RFT tetapi menggunakan istilah completion of treatment cure dan pasien tidak lagi
dalam pengawasan.
2. Tipe MB
Jenis obat dan dosis : a.
Rifampisin 600 mgbulan diminum didepan petugas. b.
Klofazimin 300 mgbulan diminum didepan petugas dilanjutkan dengan klofazimin 50 mghari diminum dirumah.
c. DSS 100 mghari diminum dirumah.
d. Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan. Sesudah selesai
minum 24 dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri positif. Menurut WHO 1998 pengobatan MB diberikan
untuk 12 dosis yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien langsung dinyatakan RFT.
272 H.
ASUHAN KEPERAWATAN 1.
Pengkajian
a. Biodata
Umur memberikan petunjuk mengenai dosis obat yang diberikan, anak-anak dan dewasa pemberian dosis obatnya berbeda. Pekerjaan, alamat menentukan tingkat sosial,
ekonomi dan tingkat kebersihan lingkungan. Karena pada kenyataannya bahwa sebagian besar penderita kusta adalah dari golongan ekonomi lemah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien dengan morbus hansen datang berobat dengan keluhan adanya lesi dapat tunggal atau multipel, neuritis nyeri tekan pada saraf kadang-kadang gangguan
keadaan umum penderita demam ringan dan adanya komplikasi pada organ tubuh.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada klien dengan morbus hansen reaksinya mudah terjadi jika dalam kondisi lemah, kehamilan, malaria, stres, sesudah mendapat imunisasi
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Morbus hansen merupakan penyakit menular yang menahun yang disebabkan oleh kuman kusta mikobakterium leprae yang masa inkubasinya diperkirakan 2-5 tahun. Jadi
salah satu anggota keluarga yang mempunyai penyakit morbus hansen akan tertular.
e. Riwayat Psikososial
Fungsi tubuh dan komplikasi yang diderita. Klien yang menderita morbus hansen akan malu karena sebagian besar masyarakat akan beranggapan bahwa penyakit ini merupakan
penyakit kutukan, sehingga klien akan menutup diri dan menarik diri, sehingga klien mengalami gangguan jiwa pada konsep diri karena penurunan
f. Pola Aktivitas Sehari-hari
Aktifitas sehari-hari terganggu karena adanya kelemahan pada tangan dan kaki maupun kelumpuhan. Klien mengalami ketergantungan pada orang lain dalam perawatan
diri karena kondisinya yang tidak memungkinkan.
g. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien biasanya dalam keadaan demam karena reaksi berat pada tipe I, reaksi ringan, berat tipe II morbus hansen. Lemah karena adanya gangguan saraf tepi
motorik. 1
Sistem penglihatan. Adanya gangguan fungsi saraf tepi sensorik, kornea mata anastesi sehingga reflek
kedip berkurang jika terjadi infeksi mengakibatkan kebutaan, dan saraf tepi motorik