374
4. Timbang berat badan 3 hari sekali
5. Monitor hasil laboratorium: Hb, albumin
6. Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik
Latihan
Setelah Anda mempelajari Kegiatan belajar 1 ini, silahkan Anda mencoba bermain peran dengan teman Anda seakan akan sedang merawat pasien dengan penyakit Tumor
otak dan buatlah dokumentasi asuhan keperawatan tersebut.
Ringkasan
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak benigna ataupun ganas maligna membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala intra cranial atau di sumsum
tulang belakang medulla spinalis. Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu
sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain metastase seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder.
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun pemeriksaan
penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-
gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti
edema papil dan deficit lapangan pandang.
Tes 4
1 Di bawah ini salah tentang Tumor Otak, kecuali :
A. Merupakan suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak benigna ataupun ganas
maligna B.
Ada dua jenis yaitu hemoragik dan non hemoragik C.
Hanya terjadi pada usia dewasa D.
Bisa karena adanya trombus di otak E.
Semua benar 2
Manifestasi klinis Tumor otak, kecuali : A.
Nyeri Kepala B.
Muntah C.
Kejang
375
D. Tekanan Intra Kranial Meningkat
E. Gangguan persepsi.
3 Pencegahan Tumor otak, kecuali :
A. Hindari merokok, kopi, dan alkohol.
B. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal cegah kegemukan.
C. Batasi intake gula bagi penderita hipertensi.
D. Batasi makanan berkolesterol dan lemak daging, durian, alpukat, keju, dan
lainnya. E.
Pertahankan diet dengan gizi seimbang banyak makan buah dan sayuran 4
Komplikasi Tumor Otak, kecuali : A.
Gagal jantung B.
Hipoksia serebral C.
Penurunan aliran darah serebral D.
Embolisme serebral E.
Pneumonia aspirasi 5
Diagnosis keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien Tumor otak, kecuali : A.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan abdomen B.
Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi ortostatik
C. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi atau
interpretasi. D.
Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan dengan kerusakan traktus sensori dengan perubahan resepsi sensori, transmisi, dan integrasi
E. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek
kemoterapi dan radioterapi
376
Topik 5 Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis dan Ensefalitif
A. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN MENINGITIS
Definisi
Meningitis adalah suatu inflamasi di piameter ,arakhnoid dan subararakhnoid infeksi biasanya menyebabkan meningitis dan chemical meningitis juga dapat menjadi meningitis
bisa akut atau kronik yang disebabkan karena bakteri,virus, jamur atau parasit. Meningitis adalah inflamasi meningen yang juga dapat menyerang arakhonoid dan
subarakhonoid, infeksi menyebar sampai subarakhonoid melalui cairan serebrospinal sekitar otak dan spinal cord .
B. ETIOLOGI
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi,
operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Penyebab meningitis antara lain:
1. Kuman sejenis Pneumococcus sp, Hemofilus influenza, Staphylococcus, Streptococcus,
E. coli, Meningococcus, dan Salmonella yang merupakan penyebab infeksi pada tempat lain pada tubuh dan masuk melalui aliran darah hematogen
2. Komplikasi penyebaran tuberculosis primer biasanya dari paru dan perluasan langsung
dari infeksi perkontinuitatum 3.
Implantasi langsung spt akibat trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak, pungsi lumbal.
4. Aspirasi dari cairan amnion dan infeksi kuman secara transplasental pada neonatus.
5. Faktor predisposisi: jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan wanita.
6. Faktor imunologi: defisiensi mekanisme imun, defisiensi immunoglobulin.
C. PATOFISIOLOGI
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Adanya etiologi yang menginvasi selaput otak menimbukan reaksi antigen dan antibody yang
menimbulkan peradangan. Dengan adanya radang terbentuk transudat dan eksudat yang menimbulkan odem pada selaput otak. Odem menyebabkan sirkulasi jaringan cerebral
menurun akibatnya timbul hipoksia. Adanya Hipoksia disatu sisi menyebabkan penurunan kesadaran dan disisi lain menyebabkan perubahan polaritas sel saraf.
Penurunan kesadaran memunculkan masalah Risiko Cedera dan perubahan polaritas sel saraf menimbulkan kejang askep tersendiri. Odem selaput otak selain menyebabkan
377
sirkulasi cerebral mengalami penurunan juga menyebabkan peningkatan TIK akibat membesarnya volume desak ruang otak.Peningkatan TIK menyebabkan mual muntah
sehingga dapat muncul masalah Risiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari Keb Tubuh. Dengan adanya peradangan juga akan memunculkan masalah Hipertermia. Disamping itu juga dapat
timbul iritasi meningen yang dapat memunculan masalah Nyeri Akut dan menyebabkan peningkatan tonus otot ektensor tengkuk. Dari sini dan peningkatan TIK juga dapat
memunculkan masalah Nyeri Akut.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Nyeri kepala.
2. Rasa nyeri ini dapat menyebar ke tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku
kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam
sikap hiperekstensi, kesadaran menurun. Tanda KernigBrudzinsky positif. Arief Mansjoer : 2000
3. Panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan, kejang, nafsu makan berkurang,
minum sangat berkurang. 4.
Konstipasi diare, biasanya disertai septicemia dan pneumonitis. 5.
Kejang terjadi pada lebih kurang 44 anak dengan penyebab hemofilus influenza, 25 streptokok pneumonia, 78 oleh streptokok dan 10 oleh infeksi meningokok.
6. Gangguan kesadaran berupa apati, letargi, renjatan, koma. Selain itu dapat terjadi
koagulasi intravaskularis diseminata. 7.
Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig brudzinski dan fontanela menonjol untuk sementara waktu belum timbul. Pada anak yang lebih besar
dan orang dewasa, permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri kepala yang bisa hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah LED, kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit.
Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu pada meningitis tuberculosis didapatkan juga peningkatan LED.
2. Cairan Otak
Periksa lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis. Pada meningitis serosa diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan
jumlah protein yang meninggi.
378 3.
Pemeriksaan Radiologis a.
Foto data b.
Foto kepala c.
Bila mungkin CT – Scan.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Keefektifan pengobatan tergantung pada pemberian dini antibiotik yang mampu
menembus barier blood – brain ke dalam lapisan subarakhnoid. Antibiotik penicillin
ampisillin, piperasillin atau salah satu chepalosporin ceftriaxone sodium, cefotaxim sodium dapat digunakan. Vacomyan hydrocloride tunggal atau kombinasi dengan
rifampisin juga dapat digunakan jika bakteri telah teridentifikasi. Antibiotik dosis tinggi diberikan secara intravena.
Dexametason dapat diberikan sebagai terapi tambahan pada meningitis akut dan meningitis pneumococcus. Dexametasone dapat diberikan bersamaan dengan antibiotik
untuk mensupresi inflamasi dan mengefektifkan pengobatan pada orang dewasa serta tidak meningkatkan resiko perdarahan gastrointestinal. Dehidrasi dan syok dapat diatasi dengan
penambahan volume cairan. Seizure yang terjadi pada tahap awal penyakit dapat dikontrol dengan phenitoindilantin Lewis, 2005.
1. Rejimen terapi :
2 HRZE – 7RH.
2 Bulan Pertama :
INH : 1 x 400 mg hari, oral
Rifampisin : 1 x 600 mg hari, oral
Pirazinamid : 15-30 mg kg hari, oral
Streptomisin a : 15 mg kg hari, oral
Etambutol : 15-20 mg kg hari, oral.
2. Steroid diberikan untuk :
Menghambat reaksi inflamasi
Mencegah komplikasi infeksi
Menurunkan edema serebri
Mencegah perlekatan
Mencegah arteritis infark otak.
3. Indikasi
Kesadaran menurun
Defisit neurologis fokal.
379 4.
Dosis Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg intravena selama 2-3
minggu, selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada meningitis adalah peningkat TIK yang
menyebabkan penurunan kesadaran .Komplikasi lain pada meningitis yaitu disfungsi neurology,disfungsi saraf kranial N.C III,IV VII atau VIII ,hemiparesis ,dysphasia dan
hemiparesia. Mungkin juga dapat terjadi syok, gangguan koagulasi, komplikasi septic bacterial endokarditis dan demam yang terus
– menerus. Hidrosefalus dapat terjadi jika eksudat menyebabkan adhesi yang dapat mencegah aliran CSF normal dari ventrikel. DIC
Dimensi Intravascular Coagulation adalah komplikasi yang serius pada meningitis yang dapat menyebabkan kematian .
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
A. PENGKAJIAN 1. Anamnesa
a. Identitas pasien.
b. Keluhan utama : sakit kepala dan demam
c. Riwayat penyakit
Riwayat Penyakit sekarang Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti sakit kepala, demam, dan
keluhan kejang. Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan kejang.
Riwayat penyakit dahulu Riwayat sakit TB paru, infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya perlu ditanyakan pada pasien. Pengkajian pemakaian obat obat yang sering
digunakan pasien, seperti pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic dan reaksinya untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic.
Riwayat psikososial Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting
untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya
baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.