PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah

318 F. PENATALAKSANAAN 1. Periode istirahat yang sering selama siang hari menghemat kekuatan. 2. Obat antikolinesterase diberikan untuk memperpanjang waktu paruh asetilkolin di taut neuro moskular. Obat harus diberikan sesuai jadwal seetiap hari untuk mencegah keletihan dan kolaps otot. 3. Obat anti inflamasi digunakan untuk membatasi serangan autoimun. 4. Krisis miastenik dapat diatasi dengan obat tambahan,dan bantuan pernapasan jika perlu. 5. Krisis kolinergik diatasi dengan atropin penyekat asetilkolin dan bantuan pernapasan,sampai gejala hilang. Terapi antikolinesisterase ditunda sampaikadar toksik obatb diatasi. 6. Krisis miastenia dan krisis kolinergik terjadi dengan cara yang sama,namun diatasi secara berbeda. Pemberian tensilon dilakukan untuk membedakan dua gangguan tersebut.

G. KOMPLIKASI 1.

Gagal nafas 2. Disfagia 3. Krisis miastenik 4. Krisis cholinergic 5. Komplikasi sekunder dari terapi obat 6. Penggunaan steroid yang lama :  Osteoporosis, katarak, hiperglikemi  Gastritis, penyakit peptic ulcer  Pneumocystis carinii

H. PROGNOSIS - Tanpa pengobatan angka kematian MG 25-31

- MG yang mendapat pengobatan, angka kematian 4 - 40 hanya gejala okuler ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MIASTENIA GRAVIS

A. PENGKAJIAN 1.

Identitas klien yang meliputi nama,alamat,umur,jenis kelamin,dannstatus 2. Keluhan utama : kelemahan otot 319 3. Riwayat kesehatan : diagnosa miastenia gravis didasarkan pada riwayat dan presentasi klinis. Riwayat kelemahan otot setelah aktivitas dan pemulihan kekuatan parsial setelah istirahat sangatlah menunjukkan miastenia gravis, pasien mungkin mengeluh kelemahan setelah melakukan pekerjaan fisik yang sederhana. Riwayat adanya jatuhnya kelopak mata pada pandangan atas dapat menjadi signifikan, juga bukti tentang kelemahan otot. 4. Pemeriksaan fisik :  B1breathing: dispnea,resiko terjadi aspirasi dan gagal pernafasan akut, kelemahan otot diafragma  B2bleeding : hipotensi hipertensi .takikardi bradikardi  B3brain : kelemahan otot ekstraokular yang menyebabkan palsi okular,jatuhnya mata atau dipoblia  B4bladder : menurunkan fungsi kandung kemih,retensi urine,hilangnya sensasi saat berkemih  B5bowel : kesulitan mengunyah-menelan,disfagia, dan peristaltik usus turun, hipersalivasi,hipersekresi  B6bone : gangguan aktifitas mobilitas fisik,kelemahan otot yang berlebih

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.

Ketidakefektifanpola nafas yang berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan 2. Gangguan persepsi sensori bd ptosis,dipoblia 3. Resiko tinggi cedera bd fungsi indra penglihatan tidak optimal 4. Gangguan aktivitas hidup sehari-hari yang berhubungan dengan kelemahan fisik umum, keletihan 5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan disfonia,gangguan pengucapan kata, gangguan neuromuskular, kehilangankontrol tonus otot fasial atau oral 6. Gangguan citra diri berhubungan dengan ptosis, ketidakmampuan komunikasi verbal

C. INTERVENSI 1.

Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan - Tujuan Dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan intervensi polapernapasan klien kembali efektif - Kriteria hasil :  Irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam batas normal  Bunyi nafas terdengar jelas o Respirator terpasang dengan optimal 320 Intervensi Rasionalisasi 1. Kaji Kemampuan ventilasi  Untuk klien dengan penurunan kapasitasventilasi, perawat mengkaji frekuensipernapasan, kedalaman, dna bunyi nafas,pantau hasil tes fungsi paru-paru tidal, kapasitas vital, kekuatan inspirasi,dengan interval yang sering dalammendeteksi masalah pau-paru, sebelumperubahan kadar gas darah arteri dansebelum tampak gejala klinik. 1. Kaji kualitas, frekuensi,Dan kedalaman pernapasan,laporkansetiap perubahan yang terjadi.  Dengan mengkaji kualitas, frekuensi, dankedalaman pernapasan, kita dapatmengetahui sejauh mana perubahan kondisiklien. 1. Baringkan klien dalamposisi yang nyamandalam posisi duduk  Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal 1. Observasi tanda-tanda vital nadi,RR  Peningkatan RR dan takikardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru 2. Gangguan persepsi sensori bd ptosis,dipoblia - Tujuan Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal. - Kriteria hasil :  Adanya perubahan kemampuan yang nyata  Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang Intervensi Rasional 1. Tentukan kondisi patologis klien  untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan. 1. Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi  untuk mempelajari kendala yang berhubungan dengan disorientasi klien. 1. Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama  agar klien tidak kebingungan dan lebih berkonsentrasi. 321 Intervensi Rasional 1. Observasi respon perilaku klien, seperti menangis, bahagia, bermusuhan, halusinasi setiap saat.  untuk mengetahui keadaan emosi klien 1. Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat- kalimat pendek.  memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah dapat dimengerti. 3. Resiko tinggi cedera bd fungsi indra penglihatan yang tidak optimal - Tujuan Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera. - Kriteria hasil :  Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cedera.  Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan Intervensi Rasionalisasi 1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas  Menjadi data dasar dalam melakukan intervensi selanjutnya 1. Atur cara beraktivitas klien sesuai kemampuan  Sasaran klien adalah memperbaiki kekuatandan daya tahan. Menjadi partisipan dalampengobatan, klien harus belajar tentangfakta-faakta dasar mengenai agen-agenantikolinesterase-kerja, waktu, penyesuaiandosis, gejala-gejala kelebihan dosis, danefek toksik. Dan yang penting padapengguaan medikasi dengan tepat waktuadalah ketegasan. 1. Evaluasi Kemampuan aktivitas motorik  Menilai singkat keberhasilan dari terapi yang boleh diberikan 4. Gangguan aktivitas hidup sehari-hari yang berhubungan dengan kelemahan fisik umum, keletihan - Tujuan