Reduplikasi Sintaksis Reduplikasi Semantis Hakikat Reduplikasi

39 analisis seperti di atas dapat diterima.

2.2.4 Reduplikasi Sintaksis

Reduplikasi sintaksis merupakan reduplikasi gramatikal yang bahannya berupa leksem ada yang menyebut morfem, dan hasilnya berupa klausa. Jadi, reduplikasi ini menghasilkan klausa, bukan lagi kata. Persoalannya, klausa di sini bukan dalam arti bentuk, melainkan dalam semantik. Perhatikan kalimat contoh berikut ini. 1 Tua-tua masih mampu naik sepeda orang itu. Bentuk tua-tua dalam konteks itu dapat diparafrasekan menjadi meskipun tua, walaupun tua, dan sebagainya sehingga bentuk lengkapnya adalah orang itu sudah tua, yang merupakan klausa dengan tua sebagai predikat inti. Untuk jelasnya, bahwa tua-tua merupakan reduplikasi sintaksis, dapat dilihat parafrase dibawah ini. 2 Meskipun orang itu sudah tua, ia masih mampu naik sepeda. Dari penjelasan ini dapat dibuktikan bahwa reduplikasi tua-tua adalah reduplikasi sintaksis.

2.2.5 Reduplikasi Semantis

Reduplikasi semantis adalah perulangan makna yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya, ilmu pengetahuan, alim ulama, cerdik pandai, segar bugar, muda belia, tua renta, dan gelap gulita. Kata ilmu dan pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna yang sama; dan seterusnya. Namun, bentuk-bentuk seperti ini dalam berbagai buku tata bahasa dimasukkan dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi dwilingga salin suara. Memang bentuk segar bugar perubahan bunyinya masih bisa dikenali, tetapi bentuk Universitas Sumatera Utara 40 muda belia tidak tampak sama sekali bahwa unsur pertama berasal dari unsur kedua atau sebaliknya.

2.2.6 Hakikat Reduplikasi

Batasan-batasan yang disebutkan di atas secara tegas memperkuat hakikat reduplikasi yang tidak lain merupakan gejala repetisi atau perulangan bentuk. Bentuk yang diulang itu ternyata disebut dengan bermacam-macam sebutan dan cara pengulangannya dapat secara utuh dapat pula hanya sebagian. Bentuk yang diulang ada yang menggunakan istilah kata, bentuk kata, bentuk dasar, bahkan ada yang menyebut leksem lihat Parera, 1988:48; Kridalaksana, 1989:12. Bila persoalan bentuk yang menjadi dasar perulangan timbul permasalahan istilah, persoalan hasil reduplikasi semuanya menunjukkan kesamaan persepsi, yaitu harus berupa kata, dan kata yang dihasilkan dari proses reduplikasi termasuk kata turunan atau kata kompleks. Dengan demikian, bila digambarkan akan tampak sebagai berikut. Gambar-1. Proses Reduplikasi Dari gambar di atas jelaslah bahwa reduplikasi harus dibedakan dari kata yang berulang. Kata yang berulang tidak akan menghasilkan kata, tetapi menghasilkan kata- kata. Kata yang berulang muncul sebagai repetisi itu biasa dijumpai pada peristiwa berbahasa yang dilakukan oleh penjual atau penjaja makanan dan sebagainya, orang yang sedang sakit atau ketakutan, orang yang sedang menjadi suporter olah raga, dan Universitas Sumatera Utara 41 sebagainya. Bentuk tuturan seperti itu tidak termasuk ke dalam reduplikasi meski terjadi peristiwa perulangan atau repetisi bentuk lingual. Misalnya, sate, sate, sate tolong, tolong kebakaran, kebakaran dan sebagainya konteksnya sengaja tidak ditampilkan secara formal.

2.2.7 Jenis-jenis Reduplikasi