73
2 huling ‘kulit’ → huling-kuling ‘bermacam kulit kerbaulembu’ Sude huling-kuling i dihiskis sampe ias.
semua kulit itu dikikis sampai bersih.’ ‘Semua kulit kerbaulembu itu dikikis sampai bersih.’
Bentuk ulang huling-kuling berasal dari bentuk dasar huling ‘kulit’. Bentuk huling berasal dari kata hulit ‘kulit’ setelah diulang mengandung makna ‘bagian dari
kulit kerbau dan lembu’. Proses D + R yang dibentuk dari kata benda menghasilkan kata benda. Misalnya, pada kalimat 1 kata dakan ‘permainan’ berkelas kata benda
dibentuk menjadi dakan-duken ‘permainan-anak-anak’ berkelas kata benda sehingga pembentukan tersebut tidak mengubah kelas kata dari proses reduplikasi D + R.
b. Kata Kerja Verba
Kata kerja verba dalam bahasa Angkola Mandailing yang dapat dikenai melalui proses D + R dan menghasilkan makna ‘intensif’. Contoh:
1 base ’berbaring’ → busa-base ‘gelisah; tidak bisa diam ketika tidur’ Busa-base ia modom na borngin i.
gelisah dia tidur yang malam itu. ‘Dia tidur gelisah tadi malam.’
Bentuk ulang busa-base berasal dari bentuk dasar base ‘berbaring’. Setelah diulang mengandung makna ‘berbaring dengan gelisah; tidak bisa diam ketika tidur.
2 pail ‘terpelanting’ → pual-pail ‘pontang-panting’ Pual-pail ia tiop ari manjalahi mangan.
pontang-panting dia tiap hari mencari makan. ‘Ia pontang-panting tiap hari mencari makan.’
Bentuk ulang pual-pail berasal dari bentuk dasar pail ‘terpelanting’. Setelah diulang mengandung makna ‘terpelanting kesan dan terpelanting kesini; pontang-
panting’ 3 pajelu ‘menyimpang’ → pajala-jelu ‘simpang-siur’
Carito ni halai pe na pajala-jelu do cerita parni mereka pun yang simpang-siur partdo.
‘Cerita mereka pun masih simpang siur’
Universitas Sumatera Utara
74
Bentuk ulang pajala-jelu berasal dari bentuk dasar pajelu ‘menyimpang’, setelah diulang mengandung makna ‘simpang siur’.
4 pahulu ‘ke hulu’ → pahe-pahulu ‘mondar-mandir’ Pahe-pahulu ia patidahon potong.
mondar-mandir dia perlihatkan tampang’ ‘Mondar-mandir dia memperlihatkan tampang’.
Bentuk ulang pahe-pahulu berasal dari bentuk dasar pahae ‘ke hilir’ dan pahulu ‘ke hulu’ setelah diulang mengandung makna ‘mondar-mandir’. Proses D +
R yang dibentuk dari kata kerja menghasilkan kata kerja. Misalnya, pada kalimat 4 kata pahulu ‘mandir’ berkelas kata kerja dibentuk menjadi pahe-pahulu ‘mondar-
mandir’ berkelas kata kerja sehingga pembentukan tersebut tidak mengubah kelas kata dari proses reduplikasi D + R.
c. Kata Sifat Adverbia
Kata sipat adverbia dalam bahasa Angkola Mandailing yang dapat dikenai melalui proses D + R dan menghasilkan makna ‘intensif’. Contoh:
1 hubar ‘usir’ → hubar-habir ‘kocar-kacir’ Hubar-habir hu baen halai naron.
kocar-kacir saya buat mereka nanti. ‘Kocar-kacir saya buat mereka nanti.’
Bentuk ulang hubar-habir berasal dari bentuk dasar hubar ‘usir’ setelah diulang mengandung makna ‘kocar-kacir’
Proses D + R yang dibentuk dari kata sifat menghasilkan kata sifat. Misalnya, pada kalimat 1 bentuk dasarnya adalah kata habir ‘sobek’ berkelas kata sifat
dibentuk menjadi hubar-habir ‘kucar-kacir’ berkelas kata sifat sehingga pembentukan tersebut mengubah kelas kata dari proses reduplikasi D + R.
2 jubak ‘camping’ → jubak-jabik ‘compang-camping’ Jubak-jabik bajunia, pula-pail pahe pahulu
compang-camping bajunya, pontang-panting kesana kemari’
Universitas Sumatera Utara
75
‘Compang-camping bajunya, pontang-panting kesana kemari’ Bentuk ulang jubak-jabik berasal dari bentuk dasar jabik ‘sobek’ setelah
diulang mengandung makna ‘compang-camping’ Proses D + R yang dibentuk dari kata sifat menghasilkan kata sifat. Misalnya,
pada kalimat 2 bentuk dasarnya adalah kata jubak ‘sobek’ berkelas kata sifat dibentuk menjadi jubak-jabik ‘compang-camping’ berkelas kata sifat sehingga
pembentukan tersebut tidak mengubah kelas kata dari proses reduplikasi D + R. 3 hillong ‘kemilau’ → hillong-killong ‘kilau-kemilau’
Marhillong-killong bulung ni poring i margorak berkilau-kemilau daun partni kelor itu bergoyang.
‘Berkilau-kemilau daun kelor itu bergoyang’
Bentuk ulang hillong-killong berasal dari bentuk dasar hillong ‘kilat’ setelah diulang mengandung makna ‘kilau-kemilau’. Proses D + R yang dibentuk dari kata
sifat menghasilkan kata sifat. Misalnya, pada kalimat 2 bentuk dasarnya adalah kata jubak ‘sobek’ berkelas kata sifat dibentuk menjadi jubak-jabik ‘compang-camping’
berkelas kata sifat sehingga pembentukan tersebut tidak mengubah kelas kata dari proses reduplikasi D + R.
4.2.1.3 Tipe R-3 yaitu Bentuk D + R + mar-, D + R + tar-, D + R + par-,
dan D + R + um-.
Tipe R-3 yaitu bentuk reduplikasi D + R + mar-, D + R + tar-, D + R + par-, dan D + R + um- merupakan bentuk reduplikasi yang sama sehingga
tergabung dalam satu tipe R-3. Bentuk D + R + mar-, D + R + tar-, D + R + par-, dan D + R + um- termasuk dalam jenis pengulangan sebagian atau
reduplikasi parsial yaitu kata dasar dibubuhi afiks mar-, tar-, dan par- baru
Universitas Sumatera Utara
76
kemudian diulang atau dengan kata lain mengulang bentuk dasar setelah membubuhinya afiks.
4.2.1.3.1 Tipe R-3, yaitu bentuk D + R + mar-
Tipe R-3, yaitu bentuk melalui proses D + mar- + R yaitu termasuk dalam jenis pengulangan sebagian yaitu kata dasar terlebih dahulu dibubuhi afiks mar- baru
kemudian diulang atau dengan kata lain mengulang bentuk dasar setelah membubuhinya afiks. Contoh:
a. Kata Benda Nomina