88
menjadi umgorsing-gorsing ‘lebih kuning-kuning’ berkelas kata sifat sehingga pembentukan tersebut mengubah kelas kata dari proses reduplikasi D + R + um-.
b. Kata Kerja Verba
Kata kerja verba dalam bahasa Angkola Mandailing tidak ditemukan yang dapat dikenai melalui proses D + R + um-.
c. Kata Sifat Adjektiva
Kata sifat adjektiva dalam bahasa Angkola Mandailing yang dapat dikenai melalui proses D + R + par- umumnya menyatakan makna ‘lebih’. Contoh:
1 asok ‘pelan’ → umasok ‘lebih pelan’ → umasok- asok ‘lebih pelan-pelan’ Umasok-asok pardalan ni huting sian pardalan ni monci.
lebih pelan-pelan berjalan partni kucing dari berjalan partni tikus ‘Lebih pelan cara berjalan kucing dari pada tikus.’
2 bagas ‘dalam’ → umbagas ‘lebih dalam’ → umbagas-bagas ‘lebih dalam-dalam’ Umbagas-bagas lubuk Barumun sian lubuk Batangpane
lebih dalam-dalam lubuk Barumun dari lubuk Batangpane ‘Lebih dalam lubuk sungai Barumun dari pada sungai Batangpane.’
Proses D + R + um- yang dibentuk dari kata sifat menghasilkan kata Adverbia. Misalnya, pada kalimat 2 kata bagas ‘dalam’ berkelas kata sifat dibentuk
menjadi um bagas-bagas ‘lebih dalam-dalam’ berkelas kata adverbia sehingga pembentukan tersebut mengubah kelas kata dari proses reduplikasi D + R + um-.
4.2.1.4 Tipe R-4 yaitu Bentuk D + R + marsi--an Tipe R-4 yaitu bentuk D + R + marsi--an termasuk dalam jenis
pengulangan sebagian atau reduplikasi parsial. Tampaknya lebih tepat untuk menganggap bahwa kata ulang tipe R-4 dihasilkan dari kata yang dibentuk dengan
imbuhan mar--an dan mengandung makna ‘resiprokatif atau resiprokal’. Atau
Universitas Sumatera Utara
89
dengan kata lain hasil kata ulang pada tipe R-4 diperoleh melalui proses D + marsi-- an + R yaitu kata dasar terlebih dahulu dibubuhi afiks mar--an baru kemudian
diulang atau dengan kata lain mengulang bentuk dasar setelah membubuhinya afiks.
a. Kata Benda Nomina
Kata benda nomina dalam bahasa Angkola Mandailing dapat melalui proses D + R + marsi--an dan menyatakan makna ‘saling’. Contoh:
1 taha ‘kampak’→ marsitahaan ‘berkampakan’→ marsitaha-tahaan ‘berkampak- kampakan’
Biasi marsitaha-tahaan halai? mengapa berkampak-kampakan mereka
‘Mengapa mereka berkampak-kampakan?’
2 pangkur ‘cangkul’ → marsipangkuran‘bercangkulan’ → marsipangkur- pangkuran ‘bercangkul-cangkulan’
Ulang hamu marsipangkur-pangkuran. jangan kalian bercangkul-cangkulan
‘Jangan kalian bercangkul-cangkulan’
3 piso ‘pisau’ → marsipisoan ‘berpisauan’ → marsipiso-pisoan ‘berpisau-pisauan saling tikam’
Attara halai pe na marbanjar marsipiso-pisoan antara mereka pun yang bertetangga bertikam-tikaman
‘Antara mereka pun bertetangga bertikam-tikaman’
4 toko ‘martil’ → marsitokoan ‘bermartilan’ → marsitoko-tokoan ‘bermartil- martilan’
Attara tukang tu tukang marsitoko-tokoan antara tukang ke tukang bermartil-martilan’
‘Antara tukang dengan tukang bermartil-martilan’
5 sabi ‘sabit’ → marsisabian ‘bersabitan’ → marsisabi-sabian ‘bersabit-sabitan’ Mulana harani parbalokan marsisabi-sabian halai
pasalnya karena perbatasan bersabit-sabitan mereka ‘Pasalnya karena perbatasan bersabit-sabitan mereka’
Proses D + R + marsi--an yang dibentuk dari kata benda menghasilkan kata kerja. Misalnya, pada kalimat 2 kata pangkur ‘cangkul’ berkelas kata benda
Universitas Sumatera Utara
90
dibentuk menjadi marsipangkur-pangkuran ‘bercangkul-cangkulan’ berkelas kata kerja sehingga pembentukan tersebut mengubah kelas kata dari proses reduplikasi D
+ R + marsi--an.
b. Kata Kerja Verba