214 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
.HJLDWDQRD3HQXQWXQ+LGXSHUPDNQD
Sebagai wujud penghayatan serta pemahaman siswa mengenai hidup yang bermakna, guru meminta siswa menuliskan doa. Guru dapat memberikan contoh-
contoh doa. Upayakan agar dalam menyusun doa bukan hanya penalaran semata-mata namun juga tampak aspek penghayatan iman siswa terhadap hidup yang bermakna.
D. Hidup Bermakna di Lingkungan Sekolah
Ketika kita mendengar kata “sekolah”, apa yang pertama kali tebersit dalam pikiran kita? Sekolah pada dasarnya adalah sebagai organisasi, yaitu unit sosial yang
secara sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu, yakni untuk memudahkan pengajaran sejumlah pengetahuan. Sekolah sebagai organisasi memiliki perbedaan
dengan organisasi lainnya. Secara umum yang membedakan sebuah organisasi dari organisasi yang lainnya adalah tujuan yang ingin dicapai. Apapun pengertian sekolah
menurut kita , yang jelas secara umum sekolah memiliki komponen-komponen yang EHUVLIDW¿VLNVHSHUWLODKDQGDQEDQJXQDQSXQ\DNXULNXOXPWHUMDGLSURVHVEHODMDUGDQ
mengajar, serta orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Sebagai suatu organisasi, sekolah mempunyai suatu system yang terkait dengan sistem lainnya di luar sekolah. Misalnya, orang tua siswa, masyarakat di sekitar
sekolah, berbagai dinas yang ada di masyarakat. Hubungan antara sekolah dengan sistem lain bersifat hubungan timbal balik dan saling mengisi.
Suasana kelas di sekolah bisa hidup, tapi bisa pula mati. Suasana yang hidup ditandai dengan para siswa yang aktif dan responsif, sedangkan suasana kelas yang
mati ditandai dengan siswa yang pasif. Suasana kelas harus diusahakan hidup, sehingga baik guru maupun siswa dapat menikmati kebersamaan dan menjadi berkat
bagi sesamanya. Guru menjadi berkat bagi siswanya, sebaliknya siswa menjadi berkat bagi guru dan sesama siswa.
Dalam lingkungan sekolah kita juga ingin menemukan makna hidup. Banyak usaha yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungan sekolah untuk dapat menemukan
makna hidup. Dengan menemukan makna hidupnya, manusia memang menjadi bersemangat dalam menjalani kehidupannya. Dalam usaha menemukan makna hidup,
manusia melakukan berbagai cara. Misalnya, ada sebagian orang dalam mencari makna hidup memusatkan perhatian pada pemenuhan kebutuhan jasmani melalui
harta kekayaan. Dalam lingkup sekolah, sebagian orang menganggap makna hidup dapat ditemukan dengan memiliki kepandaian dan ilmu sebanyak-banyaknya, karier
dan jabatan setinggi-tingginya, gelar yang tinggi, atau mencari popularitas. Memang hal itu tidak salah, sayangnya tidak hanya itu saja makna hidup dapat ditemukan.
Sebaliknya dalam keadaan yang menderita, maupun tertekan kita manusia juga dapat menemukan makna hidup. Penghayatan akan penderitaan dan tanggapan apa
yang kita berikan saat mengalami kesulitan akan memotivasi kita untuk menemukan makna hidup.
215
Di dalam iman Kristen, penemuan makna hidup dapat ditemukan pada pribadi Yesus sebagai pemberi makna hidup manusia. Tuhan Yesus, Sang Guru Agung yang
selalu mengasihi dan mengajarkan kasih kepada sesama manusia, mengajarkan kepada kita bagaimana menemukan makna hidup. Yesus mengatakan, “Karena
barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya
seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” Mat. 16:25-26. Yesus rela kehilangan
nyawa-Nya dalam menjalankan tugas Bapa-Nya yang di surga. Karena itulah maka hidup-Nya menjadi bermakna. Ketika kita juga menerapkan kasih di dalam kehidupan
kita, maka tujuan hidup kita pun akan tercapai.
Beberapa aspek tersebut antara lain: 1. Makna ditentukan oleh lingkup situasi yang merupakan pengalaman dasar dalam
kebermaknaan di sekolah, terutama dalam proses pengajaran dan pembelajaran. 2. Makna bagi remaja di sekolah dapat diwujudkan melalui berbagai hal yang
berbeda. Hal tersebut dapat diungkapkan melalui berbagai kecerdasan kecerdasan majemuk yang sekaligus sebagai talenta karunia Tuhan untuk dikembangkan.
Jadi, ungkapan atau aktualisasi diri tersebut tidak harus diseragamkan.
3. Motivasi belajar siswa ternyata merupakan faktor utama yang cukup bermakna dalam menentukan keberhasilan studinya. Kadar motivasi tersebut ditentukan
oleh sejauh mana kebermaknaan bahan pelajaran maupun kegiatan pembelajaran dari siswa yang bersangkutan. Maka, kebermaknaan bahan pelajaran maupun
SURVHVEHODMDUVLVZDPHPLOLNLSHUDQ\DQJVDQJDWVLJQL¿NDQGDODPNHEHUKDVLODQ belajar para siswa.
4. Bahan pelajaran maupun kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi para siswa, apabila hal tersebut dihubungkan dengan pengalaman, perhatian,
minat siswa dan masa depannya. 5. Di lingkungan sekolah, siswa merupakan subjek yang utama. Dengan demikian,
dalam proses belajar-mengajar di sekolah, siswa tidak boleh menjadi objek belaka. Para siswalah yang menentukan kebermaknaan proses belajar mengajar
di sekolah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bagaimana kita memahami dan menghayati lingkungan sekolah bagi kita, sangat tergantung dari tujuan dan pilihan kita. Apakah
lembaga sekolah menjadi hanya sekadar tempat untuk mengisi waktu dalam kehidupan ini, atau untuk mengikuti keinginan orang tua, ataukah menjadi wahana
yang bermakna bagi pengembangan kehidupan, juga bagi Tuhan dan sesama.
Kegiatan 4: Merangkai Kata
Siswa diminta untuk memahami dan memaknai rangkaian kata-kata indah tentang arti hidup karya Andar Ismail. Siswa dapat memilih beberapa arti hidup yang
mereka sukai dari tulisan tersebut atau memberikan pendapat mereka sendiri tentang
216 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
arti hidup, setelah itu siswa akan memberikan penjelasan mengenai hal tersebut. Alternatif lain siswa diminta menuliskan motto hidupnya.
E. Kaitan Hidup Bermakna dengan Iman Kristen