162 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
C. Kemajemukan sebagai Karunia Allah
Kata “majemuk” atau plural berarti lebih dari satu. Kedua kata tersebut seringkali dipakai secara bergantian, dengan arti yang sama. Pluralisme juga merupakan cara
pandang dan pendekatan yang menghargai kepelbagaian suatu masyarakat yang beraneka ragam. Kita mengakui kehadiran berbagai kelompok etnik, ras, agama dan
sosial. Kita berusaha terbuka untuk menerima, menghargai, mendorong partisipasi GDQ SHQJHPEDQJDQ EXGD\D WUDGLVLRQDO VHUWD NHSHQWLQJDQ VSHVL¿N PHUHND GDODP
kehidupan bersama. Pluralisme tidak mungkin kita hindari karena itu ada di setiap aspek kehidupan kita.
Perbedaan atau kemajemukan itu adalah karunia Allah. Dalam perspektif teologis, Alkitab memberi kesaksian bahwa sejak penciptaan dunia dan manusia, Tuhan sudah
mempunyai rencana yang indah bagi ciptaan-Nya. Taman Firdaus merupakan tempat tinggal manusia yang indah dan nyaman. Adam dan Hawa diberi fasilitas untuk
saling mengasihi, sekaligus bertanggung jawab atas keutuhan ciptaan Tuhan. Dalam Kitab Kejadian 1:26-28, diungkapkan bahwa manusia diciptakan Tuhan segambar
dan serupa dengan Allah sang pencipta imago Dei. Oleh karena itu pada hakikatnya semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama dan setara. Tidak ada
yang dapat mengklaim bahwa ia lebih berharga di hadapan Tuhan. Juga tidak boleh memandang sesamanya sebagai ciptaan yang hina atau lebih rendah. Pada hakikatnya
semua manusia adalah mitra dan kawan sekerja Allah, apapun agama, suku, dan golongannya.
Selanjutnya Alkitab mengungkapkan bahwa Kain membunuh Habel. Lewat kisah ini Alkitab menjelaskan bahwa manusia telah gagal mewujudkan kehendak Allah
untuk saling mengasihi dan memperlakukan sesamanya secara manusiawi, apalagi sesama saudara kandung.
Sumber : www.kidscanpress.com Gambar 8.1 Kemajemukan dalam lingkungan masyarakat
163
Secara khusus umat Tuhan diberikan dasar hukum yang menjadi standar moral untuk mengatur kehidupan yang harmonis baik hubungan vertikal dengan Tuhan,
maupun hubungan horisontal dengan sesamanya. Hal ini tercantum di dalam “sepuluh hukum Tuhan” atau “Dasa Titah” Kel. 20:1-17. Keluaran 20:1-11 menjadi
petunjuk bagi kita tentang bagaimana seharusnya kita menghormati dan memelihara hubungan\ dengan Tuhan. Selanjutnya ayat 12-17 memberikan petunjuk bagaimana
kita dapat saling menghormati dalam komunitas yang kecil orang tua kita, dan juga dalam lingkup yang lebih besar dengan lingkungan sosial yang beragam dan latar
belakang yang berbeda-beda.
Dalam konteks kemajemukan tentu saja semua petunjuk dan nasihat tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi umat Tuhan atau secara eksklusif umat Israel,
namun dimensi kemajemukan tersebut seharusnya juga menjadi pedoman bagi kita, khususnya dalam relasi dengan sesama yang berbeda latar belakang suku, agama,
golongan dalam konteks kemajemukan di Indonesia.
DODP3HUMDQMLDQDUX¿UPDQ7XKDQ\DQJWHUNHQDODGDODK³8FDSDQHUEDKDJLD´ Tuhan Yesus yang diungkapkan dalam Khotbah di Bukit. Dalam Injil Matius Yesus
mengatakan, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”. Firman tersebut menegaskan bahwa kita semua, siapa pun
juga, apapun juga agamanya dan latar belakang suku bangsanya, dipanggil untuk menghadirkan damai di dunia,
Tuhan Yesus juga mengajarkan bahwa dalam iman serta ketaatan kepada Sang Juruselamat, kita dipanggil untuk mengasihi sesama kita. Hal itu diungkapkan Tuhan
Yesus ketika Ia memberikan perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati Luk. 10:25-37. Bagian ini menjelaskan kepada murid-murid Kristus dan kita semua,
bahwa kehidupan yang kudus dan beriman kepada Tuhan, ternyata tidak ditentukan seberapa jauh kita memahami hukum Tuhan taurat Tuhan, melainkan sejauh mana
kita bersedia menyatakannya kepada sesama manusia, apa pun agama, status sosial, maupun sukurasnya. Kita terpanggil untuk memiliki dan mengembangkan kepekaan
untuk menaruh belas kasihan dan bersedia membela sesama kita.
Selanjutnya Tuhan Yesus memberikan perintah baru, yang tercatat di dalam Yohanes 13:34-35, yakni supaya kita saling mengasihi. Dengan demikian orang lain
akan tahu bahwa kita adalah murid-murid Kristus. Saling mengasihi merupakan tindakan dan cara hidup untuk mewujudkan kemuliaan Tuhan kepada siapapun,
apapun kelompok maupun golongannya. Kasih yang merupakan ciri khas bagi pengikut Kristus pada dasarnya adalah kasih yang memberi diri dan mau berkorban
demi kebaikan orang lain.
Kehidupan pengikut atau murid Kristus ditandai oleh kemauan untuk mengikuti cara hidup Kristus yang peduli dan bersedia berkorban demi kebahagiaan tertinggi
manusia. Inilah yang juga diungkapkan oleh Rasul Paulus dalam pemahamannya mengenai “manusia baru” Kol. 3:9-14. Manusia baru, yaitu manusia yang telah
ditebus oleh Kristus, menurut Rasul Paulus adalah manusia yang cara hidupnya tidak
164 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
membeda-bedakan latar belakang, status sosial, suku maupun budayanya. Itulah yang dinyatakannya dalam Kolose 3:11
Pada hakikatnya realitas kemajemukan bahkan juga dapat kita telusuri sejak awal kejadian alam dan segala isinya. Ketika Allah menciptakan langit dan bumi,
bumi belum berbentuk dan kosong, gelap gulita menutupi samudera raya. Allah kemudian memisahkan terang dari gelap dan menamai sebagai siang dan malam.
Hal ini merupakan perbedaan pertama yang nyata dalam proses penciptaan. Allah juga memisahkan air yang berada di atas dan yang berada di bawah, darat dan lautan
dipisahkan dalam wilayahnya masing-masing, berbagai benda penerang dengan peranannya masing-masing, serta manusia. Apa yang akan terjadi jika di bumi ini hanya
ada daratan atau lautan saja, matahari atau bulan saja di bumi, hanya ada satu jenis pohon dan binatang saja, maupun hanya ada satu laki-laki atau perempuan saja?
Makhluk hidup pasti akan punah karena tidak terjadi proses regenerasi.
Adam dan Hawa kemudian memiliki anak-anak yang memiliki pekerjaan yang berbeda. Kain bekerja sebagai petani, sedangkan Habel sebagai gembala kambing
domba Kej. 4:2. Hal ini menunjukkan berbagai kemajemukan yang terus berkembang seiring dengan bertambahnya umat manusia. Manusia kemudian menyebar ke seluruh
penjuru dunia, sehingga kehidupan semakin berkembang sesuai dengan lingkungan hidup masing-masing.
Sumber : Dok. Kemdikbud Gambar 8.2 Tuhan Yesus Sang Guru Agung berkhotbah di atas bukit.
“Berbahagialah orang yang membawa damai , karena mereka akan disebut anak-anak Allah” Mat. 5:9
165
Sejak semula Allah melihat bahwa semua yang diciptakan-Nya adalah “baik” dan “sungguh amat baik.” Kalimat ini dapat ditemukan dalam Kejadian 1:10b, 12b, 18b,
21b, 25b, 31. Kata “baik” dalam bahasa Ibrani juga berarti kesejahteraan, keselamatan, kebaikan, manfaat, keuntungan, menyenangkan. Artinya bahwa keberagaman
ciptaan Allah akan mendatangkan kebaikan, manfaat, keuntungan, kesejahteraan, keselamatan. Hal ini patut disyukuri karena maksud Allah menciptakan berbagai
perbedaan adalah untuk kebaikan umat manusia.
Kegiatan 3: Mengamati Lingkungan Sekitar
Setelah melakukan pengamatan di lingkungan sekitar, guru meminta murid menuliskan berbagai kemajemukan yang mereka temukan dalam sebuah tabel.
D. Kemajemukan di Indonesia: Perlu dikelola