216 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
arti hidup, setelah itu siswa akan memberikan penjelasan mengenai hal tersebut. Alternatif lain siswa diminta menuliskan motto hidupnya.
E. Kaitan Hidup Bermakna dengan Iman Kristen
Dalam kehidupan kristiani, iman Kristen memiliki tempat yang sentral, sekaligus menjadi identitas kita, terutama di tengah orang lain yang memiliki iman yang
berbeda. Iman juga berperan sangat penting dalam memaknai hidup kita. Lalu apa artinya iman Kristen? Mengapa kita belajar mengembangkan iman Kristen?
Sejak komunitas Kristen mulai hadir dan bertumbuh, tujuan komunitas adalah untuk membantu menumbuhkan konteks agar iman bisa bertumbuh, dihayati
dan ditopang. Bukan berarti apabila kita belajar agama Kristen, maka kita akan memiliki iman. Dalam perspektif kristiani, kita menerima bahwa pada dasarnya
iman berasal, dan ditumbuhkan serta dianugerahkan oleh Tuhan sendiri. Tuhan Yesus mengungkapkan mengenai hal ini dalam Yohanes 15:16, “Bukan kamu yang
memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Selanjutnya sesuai dengan hal itu, Rasul Paulus mengungkapkan keyakinannya tentang iman Kristen dalam Efesus 2:8,
“Sebab kasih karunia, kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah”. Jelas bahwa iman adalah karunia dan digerakkan oleh Tuhan,
bukan karena usaha maupun kepandaian para pengajar.
Memang proses belajar-mengajar tidak otomatis dan tidak berarti dapat secara langsung menyebabkan tumbuhnya iman seperti analogi orang makan obat yang bisa
langsung sembuh. Iman adalah pemberian Allah. Iman bertumbuh karena adanya UHVSRQV DWDX WDQJJDSDQ WHUKDGDS ¿UPDQ NDUXQLD 7XKDQ ,PDQ PHQMDGL Q\DWD GDQ
efektif karena karya Roh Kudus dalam hati dan kehidupan manusia.
Meskipun iman itu berasal dari Allah, Tuhan berkenan menggunakan aktivitas belajar mengajar menjadi suatu wahana dinamika di mana iman dapat berkembang
dan semakin nyata, dirasakan serta hidup. Thomas Groome 1990 mengungkapkan bahwa iman memiliki tiga ranah penting yaitu sebagai suatu keyakinan, sebagai
tindakan mempercayai dan sebagai tindakan atau perbuatan.
1. Iman sebagai keyakinan. Di sini iman berada dalam ranah kognitif atau pemikiran. Meskipun demikian, iman tidak boleh direduksi atau dipersempit hanya pada
ranah kognitif, seperti penekanan yang terjadi selama ini dalam proses belajar mengajar.
2. Iman sebagai suatu tindakan mempercayai. Di sini iman berada dalam ranah afektif menekankan perasaan yang mempercayakan dan mempertaruhkan diri
kepada Allah dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Ungkapan ini dapat terwujud pada adanya sikap hormat, menyerahkan diri, berbakti, setia, mengasihi, dan
memuliakan Allah.
3. Iman sebagai suatu perbuatan. Di sini iman berada dalam ranah psikomotorik atau tingkah laku. Iman dilihat sebagai suatu tanggapan terhadap kasih Allah.
Yakobus mengungkapkan bahwa “iman tanpa perbuatan adalah mati”. Perbuatan
217
merupakan aktivitas ranah psikomotorik. Sesungguhnya kehendak Allah tidak hanya cukup dimengerti dan dirasakan, namun harus dilakukan Mat. 7:21. Oleh
karena itu, kita harus berusaha untuk mengintegrasikan apa yang kita percayai dengan tindakan nyata kita. Misalnya dalam memberlakukan nilai-nilai kasih,
keadilan, persekutuan, kejujuran, menghargai orang lain.
Dari ungkapan di atas, maka jelas bahwa ketiga aspek tersebut merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa dipisah-pisahkan ataupun dipersempit dengan menekankan
satu aspek tertentu saja. Apabila iman seperti ini diberlakukan di kehidupan sekolah, maka hidup kitamu menjadi lebih bermakna
F. Hidup Bermakna dengan Mengembangkan Kecerdasan Majemuk